Minggu, 12 April 2015

POTENSI EKONOMI TUMBUHAN ROTAN



Makalah Ekonomi Sumber Daya Hutan                                                    Medan,  April  2015

POTENSI EKONOMI TUMBUHAN ROTAN



Dosen Pembimbing :
Oleh :
Renhard Christian Manurung
131201028
HUT 4A






PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah  ini dengan baik.
Adapun judul dari makalah  ini adalah ” Potensi Ekonomi Tanaman Rotan. Makalah  ini bertujuan untuk mempelajari tentang bagaiman nilai ekonomi dari manfaat rotan dan potensi pengembangannya.
            Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si. selaku dosen dari mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan yang telah memberikan banyak saran dan arahan  sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
            Penulis menyadari bahwa makalah  ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
            Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.


Medan,   April 2015
                                                                                        
                                                               
Penulis


                                                                  
DAFTAR ISI
                                                                                          Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI..................................................................................... .................. ii
BAB I PENDAHULUAN                                                                                     

BAB II ISI
       Deskripsi Rotan..................................................................................... 4
      Tempat Tumbuh dan Penyebaran Rotan................................................ 5
       Pemanenan Rotan................................................................................. 5
       Kegunaaan Rotan.................................................................................. 6
       Distribusi dan Pesaran Rotan................................................................ 7
       Kebijakan Pemerintah Mengeni Pengangkutan Rotan.......................... 8

BAB III PENUTUP                                                                                   
           
DAFTAR PUSTAKA


















BAB I
PENDAHULUAN
Di banyak negara, total nilai ekonomi dari HHBK diperkirakan mampu memberi sumbangan terhadap pemasukan negara yang sama besar, bahkan mungkin lebih, daripada yang dapat diperoleh dari kayu bulat. Di Indonesia sendiri, nilai ekonomi HHBK diperkirakan mencapai 90 % dari total nilai ekonomi yang dapat dihasilkan dari ekosistem hutan (Lampiran Permenhut No. P.21/Menhut-II/2009).
Selama ini HHBK seolah dipandang sebelah mata dan hanya dianggap sebagai hasil hutan ikutan. Hal ini tidak lepas dari besarnya variasi jenis HHBK, sehingga tidak ada penanganan yang fokus dan terarah sebagaimana pada produk kayu bulat. Akibatnya, kebanyakan HHBK tidak terkelola secara memadai agar memiliki nilai eknonomi dan nilai tambah yang tinggi. Baru dalam beberapa tahun terahir ini, setelah era keemasan kayu bulat terlewati dengan meninggalkan banyak masalah akibat degradasi hutan yang luar biasa berat, HHBK mulai mendapat perhatian yang lebih serius. Pergeseran paradigma pengelolaan hutan dari semula berbasis kayu (timber-based managment) menjadi berbasis sumberdaya (resource-based management) menjadi titik balik arah pembangunan kehutanan. Multi fungsi hutan yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial bagi negara dan masyarakat, tidak lagi dilihat dari produk hasil hutan kayu saja, melainkan juga potensi hasil hutan lainnya, seperti HHBK, ekowisata, karbon  (Prayitno, 2007).
Hasil hutan selain kayu, yang lebih dikenal dengan sebutan HHBK (hasil hutan bukan kayu), selalu menduduki peran penting dan besar dalam ekonomi kehutanan di negara-negara berkembang (Arnold, 2004), tidak terkecuali Indonesia. Hal ini tidak lepas dari banyaknya jenis HHBK yang dapat diperoleh dari hutan, baik yang berasal dari tumbuhan (HHBK nabati) maupun dari hewan (HHBK hayati). Pemanfaatan HHBK pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, energi, dan obat-obatan (HHBK FEM), serta pemanfaatan lainnya (HHBK non FEM). Produk HHBK telah menjadi pemasukan sekaligus pendapatan langsung bagi pemenuhan kebutuhan banyak rumah tangga dan masyarakat di seluruh dunia (Iqbal, 1993; Walter, 2001).
Di Indonesia, Tanaman Rotan sudah tidak asing lagi namanya. Rotan dikenal tanaman yang sangat cepat tumbuh dan dipanen dalam waktu singkat. Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2-5cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Satu batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter.
Beberapa wilayah di Indonesia memiliki hutan yang dipenuhi Rotan seperti Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Dan tahukah anda bahwa 70% kebutuhan Rotan Dunia dipasok oleh Indonesia serta sisanya dari Malaysia, Sri Lanka, Filipina, dan Bangladesh. Tingginya nilai ekspor Rotan di Indonesia disebabkan jumlah tanaman yang banyak dan kegunaanya. Pemanfaatan Rotan terutama adalah sebagai bahan baku mebel, misalnya kursi, meja tamu, rak buku, keranjang Hantaran, keranjang Hampers, Keranjang Souvenir, dll. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti ringan, kuat, elastis / mudah dibentuk, serta murah.
   Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna. Biogeografi merupakan cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang pola dan proses sebaran organisme di bumi. Secara umum, persebaran flora dan fauna di muka bumi ini dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu tekanan populasi, persaingan, dan perubahan habitat. Tulisan ini khusus membahas tentang geografi tumbuhan, yaitu rotan.
Rotan merupakan jenis tanaman famili Palmae yang tumbuh memanjat dan banyak tersebar di bagian bumi beriklum tropis dan subtropis. Tumbuhan rotan merupakan tumbuhan khas tropika yang banyak dijumpai di daerah khatulistiwa dan sekitarnya yaitu dari Afrika, India, Srilanka, Kaki pegunungan Himalaya, China Bagian Selatan, Malaysia, Indonesia, Pasifik Bagian barat sampai Fiji. Keanekaragaman jenis rotan banyak dijumpai di Asia Tenggara dan merupakan komoditas penting setelah kayu. Indonesia merupakan produsen terbesar rotan di dunia. Rotan di Indonesia banyak dimanfaatkan untuk industri mebel.
Sampai saat ini rotan sudah dikenal 15 suku dan di Indonesia ditemukan sebanyak 8 suku dan mencapai sekitar 306 jenis.  Beberapa jenis rotan tumbuh liar di hutan dan sebagian dibudidayakan oleh manusia. Keanekaragaman jenis rotan ini tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dan sekitar 40 jenis diantaranya merupakan rotan terpenting di Indonesia. Tulisan ini terbatas untuk membahas pola dan daerah sebaran beberapa jenis dari 40 jenis rotan terpenting, yaitu Calamus caesius, Calamus javensis, Calamus manan, Calamus optimus, Calamus ornatus, Calamus scipionum,  Calamus trachycoleus, Calamus tumidus, Daemonorops robusta, dan Korthalsia rigida. Spesies-spesies tersebut merupakan spesies rotan yang saat ini banyak dibudidayakan di Indonesia. Dengan mengetahui sebaran spesies-spesies rotan ini memudahkan untuk mengetahui daerah-daerah yang memiliki potensi silvikultur yang besar sehingga dapat dimanfaatkan untuk tujuan komersial.

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan (ESDH) tentang  hasil dari tanaman hutan berupa Rotan yaitu  produk hasil hutan non kayu adalah untuk mengetahui potensi ekonomi dan gambaran umum dalam memenuhi kebutuhan konsumsi baik di dalam negeri  maupun luar negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman rotan.




BAB II
ISI
Deskripsi Rotan
Akar tanaman rotan mempunyai sistem perakaran serabut, berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan serta kehitam-hitaman. Batang tanaman rotan berbentuk memanjang dan bulat seperti silinder tetapi ada juga yang berbentuk segitiga. Batang tanaman rotan terbagi menjadi ruas-ruas yang setiap ruas dibatasi oleh buku-buku. Pelepah dan tangkai daun melekat pada buku-buku tersebut. Tanaman rotan berdaun majemuk dan pelepah daun yang duduk pada buku dan menutupi permukaan ruas batang. Daun rotan ditumbuhi duri, umumnya tumbuh mengahadap ke dalam sebagai penguat mengaitkan batang pada tumbuhan inang. Rotan termasuk tumbuhan berbunga majemuk. Bunga rotan terbungkus seludang. Bunga jantan dan bunga betina biasanya berumah satu tetapi ada pula yang berumah dua. Karena itu, proses penyerbukan bunga dapat terjadi dengan bantuan angin atau serangga penyerbuk. Buah rotan terdiri atas kulit luar berupa sisik yang berbentuk trapezium dan tersusun secara vertikal dari toksis buah. Bentuk permukaan buah rotan halus atau kasar berbulu, sedangkan buah rotan umumnya bulat, lonjong atau bulat telur.
Rotan merupakan palem berduri yang memanjat dan hasil hutan bukan kayu yang terpenting di Indonesia. Rotan dapat berbatang tunggal (soliter) atau berumpun. Rotan yang tumbuh soliter hanya dipanen sekali dan tidak berregenerasi dari tunggul yang terpotong, sedangkan rotan yang tumbuh berumpun dapat dipanen terus –menerus. Rumpun terbentuk oleh berkembangnya tunas-tunas yang dihasilkan dari kuncup ketiak pada bagian bawah batang. Kuncup-kuncup tersebut berkembang sebagai rimpang pendek yang kemudian tumbuh menjadi batang di atas permukaan tanah.
Secara umum tujuh ratus juta orang di dunia memanfaatkan rotan (FAO, 2002). Rotan sebagai salah satu komoditi yang mulai dapat di andalkan untuk penerimaan negara telah dipandang sebagai komoditi perdagangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang cukup penting bagi Indonesia. Hasil hutan bukan kayu umumnya dikelola oleh masyarakat yang bermukim di sekitar hutan. Oleh karena itu, selain menjadi sumber devisa negara HHBK seperti rotan, daging binatang, madu, dammar, berbagai macam minyak tumbuhan bahan obat-obatan, dan lain sebagainya merupakan sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan.
Rotan tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan baku industri furniture tetapi juga sebagai makanan dan obat. Banyak jenis rotan yang menghasilkan pucuk rotan atau hati rotan yang dapat dimakan seperti Calamus hookerianus, Calamus metzianus, dan Calamus thwaitesii. Di Leyte Filiphina, rotan digunakan untuk mengikat tiang rumah. Rotan merupakan hasil hutan yang potensial untuk dikembangkan sebagai bahan ekspor.
Bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, produk rotan sudah banyak dikenal terutama pada masyarakat bawah dan menengah. Selain kegiatan pengolahan rotan, maka perdagangan rotan juga telah banyak dilakukan. Terjalinnya hubungan dagang dengan pihak luar negeri memacu pada bertambahnya peran hasil rotan untuk meningkatkan kontribusi penerimaan Negara yang layak untuk diperhitungkan.
Tempat Tumbuh dan Penyebaran Rotan
Tempat tumbuh rotan pada umumnya di daerah tanah berawa, tanah kering, hingga tanah pegunungan. Tingkat ketinggian tempat untuk tanaman rotan dapat mencapai 2900 meter di atas permukaan laut (mdpl). Semakin tinggi tempat tumbuh semakin jarang dijumpai jenis rotan. Rotan juga semakin sedikit di daerah yang berbatu kapur. Tanaman rotan menghendaki daerah yang bercurah hujan antara 2000mm-4000mm per tahun menurut tipe iklim Schmidt dan Ferguson, atau daerah yang beriklim basah dengan suhu udara berkisar 24 oC-30 oC. Tanaman rotan yang tumbuh dan merambat pada suatu pohon akan memiliki tingkat pertumbuhan batang lebih panjang dan jumlah batang dalam satu rumpun lebih banyak jika dibandingkan dengan rotan yang menerima sedikit cahaya matahari akibat tertutup oleh cabang, ranting dan daun pohon.
Pemanenan Rotan
Tanaman rotan pada umumnya tumbuh berumpun dan mengelompok, maka umur dan tingkat ketuaan rotan yang siap dipanen berbeda. Oleh karena itu, pemungutan rotan dilakukan secara tebang pilih. Tanda-tanda rotan siap dipanen adalah daun dan durinya sudah patah; warna durinya berubah menjadi hitam atau kuning kehitam-hitaman; dan sebagian batangnya sudah tidak dibalut oleh pelepah daun dan telah berwarna hijau.
Hal yang sangat penting sebelum pemanfaatan hasil rotan adalah proses cara pemungutan dan pasca panen. Rotan merupakan tumbuhan merambat di pohon-pohon penopang (turus) dengan bantuan duri-duri (cirus) pengait yang terdapat pada ujung tangkai daun pada pelepah daun. Rambatan rotan tidak saja hanya pada pohon penopangnya, akan tetapi juga pada pohon-pohon sekitarnya dan kadang-kadang saling berjalin dengan cabang atau ranting pohon. Keadaan tersebut kadang-kadang mengakibatkan para penebang rotan akan mengalami kesulitan untuk menarik rotan secara keseluruhan dimana sebagain rotan ada yang tertinggal di atas pohon.  
Kegunaan Rotan
Batang rotan yang sudah tua banyak dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan dan perabot rumah tangga. Batang yang muda digunakan untuk sayuran, akar dan buahnya untuk bahan obat tradisional. Getah rotan dapat digunakan untuk bahan baku pewarnaan pada industri keramik dan farmasi. Manfaat tidak langsung dari rotan adalah kontribusinya meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan, peranannya dalam membentuk budaya, ekonomi, dan sosial masyarakat. Batang rotan dapat dibuat bermacam-macam bentuk perabot rumah tangga atau hiasan-hiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak, penyekat ruangan, keranjang, tempat tidur, lemari, lampit, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya.
Rotan mempunyai keterkaitan yang rumit dengan binatang-binatang di dalam hutan seperti tumbuh-tumbuhan lainnya dalam hutan basah tropis. Banyak rotan yang memberi tempat kehidupan bagi semut dalam helaian daun, duri, dan batangnya mungkin hal ini merupakan suatu perlindungan terhadap pemangsaan. Dalam hubungan timbal balik antara semut dan rotan, semut memelihara kutu-kutu bertepung yang menghasilkan embun madu. Bunga rotan berbau harum dan penyerbukan bergantung pada serangga termasuk semut, kumbang, trips, lebah, dan lalat. Burung, kera, monyet dan luang diperkirakan merupakan pemencar biji rotan yang penting.
Rotan merupakan hasil hutan terpenting setelah kayu pada sebagian besar kawasan di Asia Tenggara. Tumbuhan rotan mempunyai nilai sosial yang besar sebagai sumber penghasilan bagi beberapa komunitas termiskin dalam kawasan tertentu, namun secara tradisional diabaikan dalam program-program kehutanan yang disibukkan oleh niaga kayu. Dewasa ini sumberdaya itu terancam serius karena hilangnya habitat hutan yang diubah menjadi lahan pertanian atau penggunaan tanah lainnya, dan oleh ekspoitasi berlebihan. Pola niaga Internasional juga telah diubah dengan drastis oleh dikenakannya pengawasan ekspor yang menambahkan penekanan pada persediaan di hutan dalam daerah-daerah yang tidak dikenai pengamanan dan dengan serius mempengaruhi mata pencaharian pangumpul rotan.
Jenis-jenis utama rotan yang banyak di ekspor saat ini yaitu manau (Calamus manan), Irit (Calamus trachycoleus), sega (Calamus caesius), tohiti (Calamus irops), dan semambu (Calamus scipionum). Adapun jenis-jenis potensial lainnya diperdagangkan di dalam negeri dan tidak tertutup kemungkinan jenis-jenis ini mempunyai masa depan cerah untuk diekspor mengingat banyaknya permintaan sedangkan jenis-jenis utama mulai terbatas di hutan alam.
Pada umumnya pemanfaatan jenis rotan yaitu dalam keadaan rotan yang utuh, kulit rotan, dan hati rotan. Ketiga macam bahan ini digunakan untuk pembuatan barang-barang kerajinan, alat-alat rumah tangga, mebel, alat-alat olahraga dan lain-lain.
Rotan adalah hasil hutan bukan kayu yang tumbuh alami di hutan-hutan tropis, namun saat ini banyak dibudidayakan karena memiliki banyak manfaat. Rotan dapat dijadikan sebagai sumber mata pencaharian dan menyerap tenaga kerja. Nilai ekonomi terpenting dari rotan adalah batangnya. Batang rotan banyak dimanfaaatkan untuk bahan anyaman, kerajinan, kerangka mebel, tali pengikat dan perabot rumah tangga. Selain itu, bagian lain seperti buah dan getah  digunakan untuk bumbu masak, obat tradisional, dan bahan baku pewarna industri keramik.
Distribusi dan Pemasaran Rotan
Pola distribusi pemasaran rotan ada dua yaitu dari petani ke pedagang pengumpul pertama ke pedagang pengumpul kedua kemudian ke konsumen dan pola distribusi dari petani ke pedagang pengumpul pertama langsung kepada konsumen. Selisih harga yang ditetapkan pedagang pengumpul kedua pada pola pertama berkisar Rp.3000 sampai Rp.5000. Sistem penjualan dari petani ke pedagang pertama kemudian ke konsumen umumnya dalam skala besar untuk mengurangi biaya. Umumnya pengrajin memproduksi kerajinan berdasarkan pesanan, dimana sistem ini memiliki kelemahan yaitu pengrajin tidak mempunyai akses informasi penjualan komoditas yang memiliki pasar. Hal ini memaksa pedagang besar memesan kepada pengrajin dan kompensasi memberikan kemudahan penyediaan bahan baku.
Pada umumnya rantai penjualan dan perdagangan rotan dari petani rotan kepada pengumpul rotan lokal ke pengumpul besar selanjutnya ke industri rotan di luar daerah. Petani rotan pada umumnya melakukan pemungutan dan pemanenan rotan dari hutan-hutan sekitar tempat tinggal (yang sudah diklaim menjadi milik sebagai bekas perladangan turun temurun) dan kebun-kebun rotan yang ditanam sendiri selanjutnya dilakukan penjualan bebas kepada pedagang pengumpul atau diolah lebih dulu melalui proses pemilihan, pengawetan dan pemutihan (diblerang) dengan tingkat rendemen mencapai 70%-80%. Harga jual rotan diolah terlebih dahulu memiliki nilai jual yang tinggi dari pada rotan basah yang dijual langsung setelah panen oleh petani rotan.
Kebijakan Pemerintah Mengenai Pengangkutan Rotan
Suryopamungkas (2006) menyatakan bahwa rotan dieksploitasi secara terus-menerus oleh masyarakat tampa diikuti proses pembudidayaan yang seimbang. Untuk membatasi pengambilan rotan yang berlebihan maka pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pengambilan dan pengangkutan rotan. Pengambilan rotan diatur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 50 ayat (3) Huruf H, bahwa setiap orang dilarang mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan. Surat keterangan sahnya hasil hutan pada setiap segmen kegiatan dalam penatausahaan hasil hutan. Jika ketentuan ini dilanggar maka di ancam dengan sanksi pidana berupa pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000 (Pasal 78 ayat (7) UU No. 41 tahun 1999).
Rotan merupakan hasil hutan yang terpenting sebagian besar Asia Tenggara. Tumbuhan rotan mempunyai nilai sosial yang besar sebagai sumber pendapatan. Pada enam dasawarsa terakhir terjadi kegiatan-kegiatan penelitian yang mendorong suatau peningkatan pentingnya rotan dan kesadaran yang juga meningkatkan bahwa budidaya rotan mempunyai potensi yang nyata. Kebanyakan rotan memasuki pasar internasioanl diambil dari rotan yang liar tumbuh di hutan alami dan hutan bekastebangan. Pada saat ini sumberdaya rotan terancam karena habitat rotan dikonservasimenjadi lahan pertanian lahan perkebunan,dan peruntukan lainnya, serta eksploitasiyang berlebihan tanpa diimbangi dengan tindakan silvikultur.Semakin tingginya permintaan terhadap hasil hutan non kayu dalam hal inirotan tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dapat menyebakan kepunahanterhadap spesies ini. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah yaitu konservasigenetik baik secarain situataupunex situ. Startegi yang dapat diterapkan dalamupaya konservasi ex situ dapat dilkukan dengan pembangunan hutan rotan produksi.
Berikut merupakan hasil kerajinan dari tanaman rotan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.









BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Rotan merupakan jenis tanaman famili Palmae yang tumbuh memanjat dan banyak tersebar di bagian bumi beriklum tropis dan subtropis. Tumbuhan rotan merupakan tumbuhan khas tropika yang banyak dijumpai di daerah khatulistiwa dan sekitarnya. Rotan tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan baku industri furniture tetapi juga sebagai makanan dan obat. Hal yang sangat penting sebelum pemanfaatan hasil rotan adalah proses cara pemungutan dan pasca panen. Pada umumnya rantai penjualan dan perdagangan rotan dari petani rotan kepada pengumpul rotan lokal ke pengumpul besar selanjutnya ke industri rotan di luar daerah.
Saran
            Sebaiknya dalam pembuatan makalah ini harus menggunakan pustaka-pustaka yang banyak, sehingga penulisan makalah menjadi lebih sempurna. Penelusuran ke lapangan juga penting dalam penulisan makalah ini, agar data yang didapat mengenai nilai ekonomis tanaman rotan lebih akurat.



 
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Rotan. http://id.wikipedia.org/wiki/Rotan. diakses pada tanggal 23             Maret 2015
Anonim. 2013. Calamus trachycoleus.                                                                            http://rattanwikipedia.blogspot.com/search?q=calamus+trachycoleus.Diakses pada tanggal 24 Maret 2015
CFM, Januminro. 2000. Rotan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.  Dransfield, J &               Manokaran, N. 1996. Plant Resources of South-East Asia 6 : Rattans                      (terjemahan). Yogyakarta: UGM Press 
Pollun, Nicholas. 1960. Pengantar Geografi Tumbuhan dan beberapa ilmu             serumpun. Yogyakarta: UGM Press.
Sudarnadi, Hartono. 1996. Tumbuhan Monokotil. Jakarta : Penebar Swadaya



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar