Kamis, 09 April 2015

POTENSI KAWASAN KAMPUNG NIPAH SEBAGAI EKOWISATA



Ekonomi Sumber Daya Hutan                                                                                Medan,    April  2015
POTENSI KAWASAN KAMPUNG NIPAH SEBAGAI EKOWISATA

Dosen Pembimbing :
Dr. Agus Purwoko, S. Hut., M.Si

Oleh:
Muhammad Arif                   131201044


















PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015


KATA PENGANTAR
            Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang karena rahmat-Nya memberikan kesehatan dan kemudahan sehingga tugas ini dapat diselesaikan, serta shalawat dan salam kepada Rasullulah SAW.
            Tugas ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas akademik dalam mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si, serta teman-teman dilingkungan kampus yang telah ikut serta membantu dalam penyelasaian tugas ini dengan memberikan ide dan dorongan semangat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis.



Medan,    April 2015


                                                                                                                           Penulis










DAFTAR ISI
    Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................      i
DAFTAR ISI.................................................................................................... .... ii
BAB I. PENDAHULUAN
          1.1 Latar belakang...................................................................................     1
          2.1.Tujuan...............................................................................................      2
3.1.Rumusan Masalah..............................................................................     2
BAB II. ISI
       2.1 Pengertian Ekowisata............................................................................    3
       2.2 Letak Kawasan Kampung Nipah.............................................................................     3
2.3 Potensi Kampung Nipah..............................................................................................   4
BAB III. PENUTUP
         Kesimpulan..............................................................................................     6
 DAFTAR PUSTAKA

 



BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Keberadaan hutan kian hari kian bekurang jumlah luasannya, hal ini merupakan salah satu dampak dari kurang kepedulian manusia untuk menjagahnya, di lain sisi hanya mengekplorasinya saja tanpa menjaganya untuk dapat lestari berkelanjutannya dan dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Hal ini juga yang terjadi di Desa sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara 20985 yang merupakan kawasan pesisir yang banyak ditumbuhin Mangrove, namun kelestariannya semakin hari semakin berkurang karena perambahan oleh penduduk sekitar baik di jadikan area pemukiman ataupun pertambakan.
Dalam dua dekade ini keberadaan ekosistem mangrove mengalami penurunan kualitas secara drastis. Saat ini mangrove yang tersisa hanyalah berupa komunitas-komunitas mangrove yang ada di tepi pantai dan disekitar muara-muara sungai dengan ketebalan 10-100 meter, didominasi oleh Avicennia Marina, Rhizophora Mucronata, Sonneratia Caseolaris yang semuanya memiliki manfaat sendiri. Misalkan pohon Avicennia memiliki kemampuan dalam mengakumulasi (menyerap dan menyimpan dalam organ daun, akar, dan batang) logam berat pencemar, sehingga keberadaan mangrove dapat berperan untuk menyaring dan mereduksi tingkat pencemaran diperairan laut, dan manfaat ekonomis seperti hasil kayu serta bermanfaat sebagai pelindung bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan. Mangrove adalah individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Dinamakan hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau, dan disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu tergenang oleh air payau.
Kegiatan pengambilan kayu sering terlihat Riau, Kalimantan dan Irian Jaya. Sayangnya dampak yang ditimbulkan oleh pengambilan kayu terhadap hilangnya luasan areal mangrove sangat sulit untuk dirinci karena mangrove ternyata dapat tumbuh sendiri setelah tubuhnya ditebang, akan tetapi tidak berarti bahwa tumbuhan yang baru tersebut akan selalu sama dengan jenis sebelumnya. Luas hutan mangrove di Indonesia pada tahun 1999 mencapai 8,60 juta hektar dan yang telah mengalami kerusakan sekitar 5,30 juta hektar. Kerusakan tersebut antara lain disebabkan oleh konversi mangrove menjadi kawasan pertambakan, pemukiman, dan industri, padahal mangrove berfungsi sangat strategis dalam menciptakan ekosistem pantai yang layak untuk kehidupan organisme akuatik. Keseim-bangan ekologi lingkungan perairan pantai akan tetap terjaga apabila keberadaan mangrove dipertahankan karena mangrove dapat berfungsi sebagai biofilter, agen pengikat dan perangkap polusi.
Salah satu upaya yang kini sedang dilakukan oleh penduduk setempat dan pemkab Sergai untuk menjadikan kawasan Kampung Nipah ini menjadi kawasan ekowisata, namun masih belum terlalu tertata rapi dan belum diketahui oleh banyak orang. Daya tarik yang ada belum sepenuh tereksplor untuk di jadikan sesuatu hal yang menarik minat khususnya penduduk sekitar untuk menjagah kawasan tersebut.
2.1. Tujuan
- Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan.
- Untuk mengetahui potensi atau fungsi kawasan Kampung Nipah.
3.1 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekowisata.
2. Potensi atau fungsi kawasan Kampung Nipah.











BAB II
ISI
2.1 Pengertian Ekowisata
Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri. Dampak berupa kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat setempat. Pada mulanya ekowisata dijalankan dengan cara membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara ramah lingkungan. Proses kunjungan yang sebelumnya memanjakan wisatawan namun memberikan dampak negatif kepada lingkungan mulai dikurangi.
Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis. Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
2.2 Letak Kawasan Kampung Nipah
Mangrove Sei Nagalawan Serdang Bedagai, dikenal dengan Mangrove Kampung Nipah terletak di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai, Provinsi Sumatera Utara.
2.3 Potensi Kampung Nipah
- Sebagai Tempat Ekowisata
Keberadan tempat yang banyak ditumbuhin oleh berbagai jenis Mangrove ini sebaiknya dijaga kelestarian dengan mengadakan konservasi. Konservasi Mangrove Terkait dengan semakin parahnya kerusakan area hutan mangrove di Indonesia maka perlu distrategikan dan diambil langkah yang jelas terhadap aspek-aspek konservasi dari mangrove itu sendiri. Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Konsep ekowisata ini dinilai cocok untuk dikembangkan di ndonesia termasuk dengan Kampung Nipah, dengan beberapa alasan yang melandasinya:
1.      Kampung Nipah kaya akan keanekaragaman hayati dan ekowisata bertumpu pada sumberdaya alam dan budaya sebagai atraksi. Namun disisi lain tempat ini juga mengalami ancaman terbesar dari degradasi keanekaragaman hayati baik darat maupun laut, sehingga memerlukan startegi yang tepat dan alat/sarana yang tepat pula, guna melibatkan kepedulian banyak pihak, untuk menekan laju kerusakan alam.
2.      Pelibatan masyarakat, konsep ini cocok untuk mengubah kesalahan-kesalahan dalam konsep pengelolaan pariwisata terdahulu, yang lebih bersifat komersial dan memarginalisasikan masyarakat setempat, serta mampu menyerap tenaga kerja yang lebih besar.
Namun lebih dari itu, demi keberhasilan usaha ini tidak semua kawasan yang memiliki mangrove memiliki potensi pariwisata untuk dikembangkan, yang mana dapat ditentukan atas faktor-faktor berikut:
- Lokasi harus memenuhi kategori seperti keunikan dan dapat dijangkau.
- Perencanaan ekowisata dan persiapan oleh masyarakat untuk menjalankan ekowisata sebagai usaha bersama.
- Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan kegiatan ekowisata
- Interpretasi atas alam dan budaya yang baik.
- Kemampuan untuk menciptakan rasa nyaman, aman kepada wisatawan, dan juga usaha pembelajaran kepada wisatawan
- Menjalin hubungan kerja yang berkelanjutan kepada pemerintah dan organisasi-organisasi lain yang terlibat.
 



Gambar pembibitan Mangrove              Kegiatan penanaman oleh wisatawan

- Membuat Olahan Aneka Mangroe dan Masakan Kuliner Setempat
Dengan mengolah ujung daun mangrove dengan adonan tepung yang telah dibumbui, mangrove jeruju (Acantus ilicifolius) bisa dijadikan kerupuk. Sebelum menjadi kerupuk yang renyah, duri-duri daun jeruju harus dihilangkan. Lalu, dicuci bersih dan digiling halus bersama campuran bawang. Kendati tanpa bahan pengawet, kerupuk mangrove jeruju bisa bertahan hingga sebulan. Untuk membuat dodol, 70 persen bahan bakunya adalah tepung mangrove api-api. Tepungnya ini bisa juga untuk campuran bahan baku kue-kue kering. Rasa dodol untuk saat ini masih rasa mangrove asli, belum berani inovasi menggunakan rasa lain karena takut akan menghilangkan ciri khas. Dodol ini dapat bertahan sampai sepuluh hari karena kita tidak pakai bahan pengawet.
Gambar Aneka Olahan Mangrove
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengelolaan dan pelestarian mangrove bisa diterapkan melelui ekowisata hutan mangrove, dengan berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, dimana dalam konsep pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder yang kemudian menetapkan prioritas–prioritas. Dengan berpedoman tujuan utama, yaitu tercapainya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.























 
DAFTAR PUSTAKA













 
DAFTAR ISI
                                                                                                                             Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................      i
DAFTAR ISI.................................................................................................... .... ii
BAB I. PENDAHULUAN
          1.1 Latar belakang...................................................................................      1
          2.1.Tujuan...............................................................................................      2
3.1.Rumusan Masalah..............................................................................      2
BAB II. ISI
       2.1 Pengertian Ekowisata.........................................................................      3
       2.2 Letak Kawasan Kampung Nipah.......................................................       3
2.3 Potensi Kampung Nipah.....................................................................     4
BAB III. PENUTUP
         Kesimpulan..............................................................................................     6

DAFTAR PUSTAKA



























 
KATA PENGANTAR
            Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang karena rahmat-Nya memberikan kesehatan dan kemudahan sehingga tugas ini dapat diselesaikan, serta shalawat dan salam kepada Rasullulah SAW.
            Tugas ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas akademik dalam mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si, serta teman-teman dilingkungan kampus yang telah ikut serta membantu dalam penyelasaian tugas ini dengan memberikan ide dan dorongan semangat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis.



Medan,    April 2015


                                                                                                            Penulis


















 


BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Keberadaan hutan kian hari kian bekurang jumlah luasannya, hal ini merupakan salah satu dampak dari kurang kepedulian manusia untuk menjagahnya, di lain sisi hanya mengekplorasinya saja tanpa menjaganya untuk dapat lestari berkelanjutannya dan dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Hal ini juga yang terjadi di Desa sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara 20985 yang merupakan kawasan pesisir yang banyak ditumbuhin Mangrove, namun kelestariannya semakin hari semakin berkurang karena perambahan oleh penduduk sekitar baik di jadikan area pemukiman ataupun pertambakan.
Dalam dua dekade ini keberadaan ekosistem mangrove mengalami penurunan kualitas secara drastis. Saat ini mangrove yang tersisa hanyalah berupa komunitas-komunitas mangrove yang ada di tepi pantai dan disekitar muara-muara sungai dengan ketebalan 10-100 meter, didominasi oleh Avicennia Marina, Rhizophora Mucronata, Sonneratia Caseolaris yang semuanya memiliki manfaat sendiri. Misalkan pohon Avicennia memiliki kemampuan dalam mengakumulasi (menyerap dan menyimpan dalam organ daun, akar, dan batang) logam berat pencemar, sehingga keberadaan mangrove dapat berperan untuk menyaring dan mereduksi tingkat pencemaran diperairan laut, dan manfaat ekonomis seperti hasil kayu serta bermanfaat sebagai pelindung bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan. Mangrove adalah individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Dinamakan hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau, dan disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu tergenang oleh air payau.
Kegiatan pengambilan kayu sering terlihat Riau, Kalimantan dan Irian Jaya. Sayangnya dampak yang ditimbulkan oleh pengambilan kayu terhadap hilangnya luasan areal mangrove sangat sulit untuk dirinci karena mangrove ternyata dapat tumbuh sendiri setelah tubuhnya ditebang, akan tetapi tidak berarti bahwa tumbuhan yang baru tersebut akan selalu sama dengan jenis sebelumnya. Luas hutan mangrove di Indonesia pada tahun 1999 mencapai 8,60 juta hektar dan yang telah mengalami kerusakan sekitar 5,30 juta hektar. Kerusakan tersebut antara lain disebabkan oleh konversi mangrove menjadi kawasan pertambakan, pemukiman, dan industri, padahal mangrove berfungsi sangat strategis dalam menciptakan ekosistem pantai yang layak untuk kehidupan organisme akuatik. Keseim-bangan ekologi lingkungan perairan pantai akan tetap terjaga apabila keberadaan mangrove dipertahankan karena mangrove dapat berfungsi sebagai biofilter, agen pengikat dan perangkap polusi.
Salah satu upaya yang kini sedang dilakukan oleh penduduk setempat dan pemkab Sergai untuk menjadikan kawasan Kampung Nipah ini menjadi kawasan ekowisata, namun masih belum terlalu tertata rapi dan belum diketahui oleh banyak orang. Daya tarik yang ada belum sepenuh tereksplor untuk di jadikan sesuatu hal yang menarik minat khususnya penduduk sekitar untuk menjagah kawasan tersebut.
2.1. Tujuan
- Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan.
- Untuk mengetahui potensi atau fungsi kawasan Kampung Nipah.
3.1 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekowisata.
2. Potensi atau fungsi kawasan Kampung Nipah.











BAB II
ISI
2.1 Pengertian Ekowisata
Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri. Dampak berupa kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat setempat. Pada mulanya ekowisata dijalankan dengan cara membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara ramah lingkungan. Proses kunjungan yang sebelumnya memanjakan wisatawan namun memberikan dampak negatif kepada lingkungan mulai dikurangi.
Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis. Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
2.2 Letak Kawasan Kampung Nipah
Mangrove Sei Nagalawan Serdang Bedagai, dikenal dengan Mangrove Kampung Nipah terletak di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai, Provinsi Sumatera Utara.
2.3 Potensi Kampung Nipah
- Sebagai Tempat Ekowisata
Keberadan tempat yang banyak ditumbuhin oleh berbagai jenis Mangrove ini sebaiknya dijaga kelestarian dengan mengadakan konservasi. Konservasi Mangrove Terkait dengan semakin parahnya kerusakan area hutan mangrove di Indonesia maka perlu distrategikan dan diambil langkah yang jelas terhadap aspek-aspek konservasi dari mangrove itu sendiri. Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Konsep ekowisata ini dinilai cocok untuk dikembangkan di ndonesia termasuk dengan Kampung Nipah, dengan beberapa alasan yang melandasinya:
1.      Kampung Nipah kaya akan keanekaragaman hayati dan ekowisata bertumpu pada sumberdaya alam dan budaya sebagai atraksi. Namun disisi lain tempat ini juga mengalami ancaman terbesar dari degradasi keanekaragaman hayati baik darat maupun laut, sehingga memerlukan startegi yang tepat dan alat/sarana yang tepat pula, guna melibatkan kepedulian banyak pihak, untuk menekan laju kerusakan alam.
2.      Pelibatan masyarakat, konsep ini cocok untuk mengubah kesalahan-kesalahan dalam konsep pengelolaan pariwisata terdahulu, yang lebih bersifat komersial dan memarginalisasikan masyarakat setempat, serta mampu menyerap tenaga kerja yang lebih besar.
Namun lebih dari itu, demi keberhasilan usaha ini tidak semua kawasan yang memiliki mangrove memiliki potensi pariwisata untuk dikembangkan, yang mana dapat ditentukan atas faktor-faktor berikut:
- Lokasi harus memenuhi kategori seperti keunikan dan dapat dijangkau.
- Perencanaan ekowisata dan persiapan oleh masyarakat untuk menjalankan ekowisata sebagai usaha bersama.
- Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan kegiatan ekowisata
- Interpretasi atas alam dan budaya yang baik.
- Kemampuan untuk menciptakan rasa nyaman, aman kepada wisatawan, dan juga usaha pembelajaran kepada wisatawan
- Menjalin hubungan kerja yang berkelanjutan kepada pemerintah dan organisasi-organisasi lain yang terlibat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhft6W6HRfsAgzyy-TQhlFa4QOlAn7yusHohyphenhyphensQBOlF7xlEODaE8ssCYxnKyBIh3vz-sCq-DnGGH6iWfZZ15tR2kBDLAbqeHSkyRqcAWob39BlChPmEp2ihlwDJ47Xl9ZBXomcHSZdUMR4/s1600/43.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNVDldvqX5Z-eUSvThrisZAjjIzwoi0rVWwFNwbZPTtfn86mKmZUZ8mzImd8n8R78xGeAIjaWnYH-SyIcsLJRmFozCWOjLe9VaLe9QABUpH3ZHR1UgCWvyT4pQG9siN3FaGyqyykK3sE8/s1600/45.jpg
Gambar pembibitan Mangrove              Kegiatan penanaman oleh wisatawan

- Membuat Olahan Aneka Mangroe dan Masakan Kuliner Setempat
Dengan mengolah ujung daun mangrove dengan adonan tepung yang telah dibumbui, mangrove jeruju (Acantus ilicifolius) bisa dijadikan kerupuk. Sebelum menjadi kerupuk yang renyah, duri-duri daun jeruju harus dihilangkan. Lalu, dicuci bersih dan digiling halus bersama campuran bawang. Kendati tanpa bahan pengawet, kerupuk mangrove jeruju bisa bertahan hingga sebulan. Untuk membuat dodol, 70 persen bahan bakunya adalah tepung mangrove api-api. Tepungnya ini bisa juga untuk campuran bahan baku kue-kue kering. Rasa dodol untuk saat ini masih rasa mangrove asli, belum berani inovasi menggunakan rasa lain karena takut akan menghilangkan ciri khas. Dodol ini dapat bertahan sampai sepuluh hari karena kita tidak pakai bahan pengawet.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1aMju8LLFiCtY5037C2wPcMLLfEiN98wJxRSIN91v7ld_BUQAVbXz4Bt35otr_Rj95pmlIbLAqKSdw5LPFHD6KI4ByFMKAQoqeoslzey2lMEOmI2pNQO5anw6ak12PaDAlquhwigKRS4/s1600/12.jpg
Gambar Aneka Olahan Mangrove
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengelolaan dan pelestarian mangrove bisa diterapkan melelui ekowisata hutan mangrove, dengan berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, dimana dalam konsep pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder yang kemudian menetapkan prioritas–prioritas. Dengan berpedoman tujuan utama, yaitu tercapainya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.























 
DAFTAR PUSTAKA













 
DAFTAR ISI
                                                                                                                             Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................      i
DAFTAR ISI.................................................................................................... .... ii
BAB I. PENDAHULUAN
          1.1 Latar belakang...................................................................................      1
          2.1.Tujuan...............................................................................................      2
3.1.Rumusan Masalah..............................................................................      2
BAB II. ISI
       2.1 Pengertian Ekowisata.........................................................................      3
       2.2 Letak Kawasan Kampung Nipah.......................................................       3
2.3 Potensi Kampung Nipah.....................................................................     4
BAB III. PENUTUP
         Kesimpulan..............................................................................................     6

DAFTAR PUSTAKA



























 
KATA PENGANTAR
            Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang karena rahmat-Nya memberikan kesehatan dan kemudahan sehingga tugas ini dapat diselesaikan, serta shalawat dan salam kepada Rasullulah SAW.
            Tugas ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas akademik dalam mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si, serta teman-teman dilingkungan kampus yang telah ikut serta membantu dalam penyelasaian tugas ini dengan memberikan ide dan dorongan semangat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis.



Medan,    April 2015


                                                                                                            Penulis


















 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar