POTENSI
KAWASAN KAMPUNG NIPAH SEBAGAI EKOWISATA
Dosen Pembimbing :
Dr. Agus
Purwoko, S. Hut., M.Si
Oleh:
Muhammad Arif 131201044
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2015
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang karena rahmat-Nya memberikan kesehatan dan kemudahan
sehingga tugas ini dapat diselesaikan, serta shalawat dan salam kepada Rasullulah
SAW.
Tugas
ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas akademik dalam mata kuliah
Ekonomi Sumber Daya Hutan di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing Dr.
Agus Purwoko, S.Hut., M.Si, serta teman-teman dilingkungan kampus yang telah
ikut serta membantu dalam penyelasaian tugas ini dengan memberikan ide dan
dorongan semangat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan oleh penulis.
Medan, April 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................... .... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................... 1
2.1.Tujuan............................................................................................... 2
3.1.Rumusan
Masalah.............................................................................. 2
BAB II. ISI
2.1 Pengertian
Ekowisata............................................................................ 3
2.2 Letak Kawasan Kampung
Nipah............................................................................. 3
2.3 Potensi Kampung
Nipah.............................................................................................. 4
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan.............................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA
BAB
1
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Keberadaan
hutan kian hari kian bekurang jumlah luasannya, hal ini merupakan salah satu
dampak dari kurang kepedulian manusia untuk menjagahnya, di lain sisi hanya
mengekplorasinya saja tanpa menjaganya untuk dapat lestari berkelanjutannya dan
dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Hal ini juga yang terjadi di Desa sei
Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi
Sumatera Utara 20985 yang merupakan kawasan pesisir yang banyak ditumbuhin
Mangrove, namun kelestariannya semakin hari semakin berkurang karena perambahan
oleh penduduk sekitar baik di jadikan area pemukiman ataupun pertambakan.
Dalam dua dekade ini
keberadaan ekosistem mangrove mengalami penurunan kualitas secara drastis. Saat
ini mangrove yang tersisa hanyalah berupa komunitas-komunitas mangrove yang ada
di tepi pantai dan disekitar muara-muara sungai dengan ketebalan 10-100 meter,
didominasi oleh Avicennia Marina, Rhizophora Mucronata, Sonneratia Caseolaris
yang semuanya memiliki manfaat sendiri. Misalkan pohon Avicennia memiliki
kemampuan dalam mengakumulasi (menyerap dan menyimpan dalam organ daun, akar,
dan batang) logam berat pencemar, sehingga keberadaan mangrove dapat berperan
untuk menyaring dan mereduksi tingkat pencemaran diperairan laut, dan manfaat
ekonomis seperti hasil kayu serta bermanfaat sebagai pelindung bagi lingkungan
ekosistem daratan dan lautan. Mangrove adalah individu jenis tumbuhan maupun
komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Dinamakan hutan bakau
oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau, dan disebut
hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu tergenang oleh air
payau.
Kegiatan pengambilan
kayu sering terlihat Riau, Kalimantan dan Irian Jaya. Sayangnya dampak yang
ditimbulkan oleh pengambilan kayu terhadap hilangnya luasan areal mangrove
sangat sulit untuk dirinci karena mangrove ternyata dapat tumbuh sendiri
setelah tubuhnya ditebang, akan tetapi tidak berarti bahwa tumbuhan yang baru
tersebut akan selalu sama dengan jenis sebelumnya. Luas hutan mangrove di
Indonesia pada tahun 1999 mencapai 8,60 juta hektar dan yang telah mengalami
kerusakan sekitar 5,30 juta hektar. Kerusakan tersebut antara lain disebabkan
oleh konversi mangrove menjadi kawasan pertambakan, pemukiman, dan industri,
padahal mangrove berfungsi sangat strategis dalam menciptakan ekosistem pantai
yang layak untuk kehidupan organisme akuatik. Keseim-bangan ekologi lingkungan
perairan pantai akan tetap terjaga apabila keberadaan mangrove dipertahankan
karena mangrove dapat berfungsi sebagai biofilter, agen pengikat dan perangkap
polusi.
Salah satu upaya yang kini sedang
dilakukan oleh penduduk setempat dan pemkab Sergai untuk menjadikan kawasan
Kampung Nipah ini menjadi kawasan ekowisata, namun masih belum terlalu tertata
rapi dan belum diketahui oleh banyak orang. Daya tarik yang ada belum sepenuh
tereksplor untuk di jadikan sesuatu hal yang menarik minat khususnya penduduk
sekitar untuk menjagah kawasan tersebut.
2.1.
Tujuan
- Untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan.
- Untuk mengetahui potensi atau fungsi
kawasan Kampung Nipah.
3.1
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan ekowisata.
2. Potensi atau fungsi
kawasan Kampung Nipah.
BAB
II
ISI
2.1
Pengertian Ekowisata
Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu
kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan
dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial
budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Ekowisata
dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata
konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan oleh
para ahli lingkungan tapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku
bisnis pariwisata itu sendiri. Dampak berupa kerusakan lingkungan,
terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran
masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan,
budaya dan ekonomi masyarakat setempat. Pada mulanya ekowisata dijalankan
dengan cara membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara
ramah lingkungan. Proses kunjungan yang sebelumnya memanjakan wisatawan namun
memberikan dampak negatif kepada lingkungan mulai dikurangi.
Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu
bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami
(natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan
budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata
pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk
dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis. Definisi ekowisata yang
pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society sebagai berikut:
Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan
dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat.
2.2
Letak Kawasan Kampung Nipah
Mangrove Sei Nagalawan
Serdang Bedagai, dikenal dengan Mangrove Kampung Nipah terletak di Desa Sei
Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai, Provinsi Sumatera
Utara.
2.3
Potensi Kampung Nipah
-
Sebagai Tempat Ekowisata
Keberadan tempat yang
banyak ditumbuhin oleh berbagai jenis Mangrove ini sebaiknya dijaga kelestarian
dengan mengadakan konservasi. Konservasi Mangrove Terkait dengan semakin
parahnya kerusakan area hutan mangrove di Indonesia maka perlu distrategikan
dan diambil langkah yang jelas terhadap aspek-aspek konservasi dari mangrove
itu sendiri. Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation
yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian
mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun
secara bijaksana (wise use). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi
dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan
sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi
merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Konsep ekowisata ini
dinilai cocok untuk dikembangkan di ndonesia termasuk dengan Kampung Nipah,
dengan beberapa alasan yang melandasinya:
1.
Kampung Nipah kaya akan keanekaragaman
hayati dan ekowisata bertumpu pada sumberdaya alam dan budaya sebagai atraksi.
Namun disisi lain tempat ini juga mengalami ancaman terbesar dari degradasi
keanekaragaman hayati baik darat maupun laut, sehingga memerlukan startegi yang
tepat dan alat/sarana yang tepat pula, guna melibatkan kepedulian banyak pihak,
untuk menekan laju kerusakan alam.
2.
Pelibatan masyarakat, konsep ini cocok
untuk mengubah kesalahan-kesalahan dalam konsep pengelolaan pariwisata
terdahulu, yang lebih bersifat komersial dan memarginalisasikan masyarakat
setempat, serta mampu menyerap tenaga kerja yang lebih besar.
Namun lebih dari itu,
demi keberhasilan usaha ini tidak semua kawasan yang memiliki mangrove memiliki
potensi pariwisata untuk dikembangkan, yang mana dapat ditentukan atas
faktor-faktor berikut:
- Lokasi harus memenuhi kategori seperti keunikan
dan dapat dijangkau.
- Perencanaan ekowisata dan persiapan oleh
masyarakat untuk menjalankan ekowisata sebagai usaha bersama.
- Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan
kegiatan ekowisata
- Interpretasi atas alam dan budaya yang baik.
- Kemampuan untuk menciptakan rasa nyaman, aman
kepada wisatawan, dan juga usaha pembelajaran kepada wisatawan
- Menjalin hubungan kerja yang berkelanjutan kepada
pemerintah dan organisasi-organisasi lain yang terlibat.
Gambar pembibitan Mangrove
Kegiatan penanaman oleh wisatawan
-
Membuat Olahan Aneka Mangroe dan Masakan Kuliner Setempat
Dengan mengolah ujung
daun mangrove dengan adonan tepung yang telah dibumbui, mangrove jeruju
(Acantus ilicifolius) bisa dijadikan kerupuk. Sebelum menjadi kerupuk yang
renyah, duri-duri daun jeruju harus dihilangkan. Lalu, dicuci bersih dan
digiling halus bersama campuran bawang. Kendati tanpa bahan pengawet, kerupuk
mangrove jeruju bisa bertahan hingga sebulan. Untuk membuat dodol, 70 persen
bahan bakunya adalah tepung mangrove api-api. Tepungnya ini bisa juga untuk
campuran bahan baku kue-kue kering. Rasa dodol untuk saat ini masih rasa mangrove
asli, belum berani inovasi menggunakan rasa lain karena takut akan
menghilangkan ciri khas. Dodol ini dapat bertahan sampai sepuluh hari karena
kita tidak pakai bahan pengawet.
Gambar
Aneka Olahan Mangrove
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengelolaan dan
pelestarian mangrove bisa diterapkan melelui ekowisata hutan mangrove, dengan
berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang
berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, dimana dalam konsep
pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder yang kemudian menetapkan
prioritas–prioritas. Dengan berpedoman tujuan utama, yaitu tercapainya
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................... .... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................... 1
2.1.Tujuan............................................................................................... 2
3.1.Rumusan
Masalah.............................................................................. 2
BAB II. ISI
2.1 Pengertian
Ekowisata......................................................................... 3
2.2 Letak Kawasan Kampung
Nipah....................................................... 3
2.3 Potensi Kampung
Nipah..................................................................... 4
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan.............................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang karena rahmat-Nya memberikan kesehatan dan kemudahan
sehingga tugas ini dapat diselesaikan, serta shalawat dan salam kepada
Rasullulah SAW.
Tugas
ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas akademik dalam mata kuliah
Ekonomi Sumber Daya Hutan di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing Dr.
Agus Purwoko, S.Hut., M.Si, serta teman-teman dilingkungan kampus yang telah
ikut serta membantu dalam penyelasaian tugas ini dengan memberikan ide dan
dorongan semangat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan oleh penulis.
Medan, April 2015
Penulis
BAB
1
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Keberadaan
hutan kian hari kian bekurang jumlah luasannya, hal ini merupakan salah satu
dampak dari kurang kepedulian manusia untuk menjagahnya, di lain sisi hanya
mengekplorasinya saja tanpa menjaganya untuk dapat lestari berkelanjutannya dan
dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Hal ini juga yang terjadi di Desa sei
Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi
Sumatera Utara 20985 yang merupakan kawasan pesisir yang banyak ditumbuhin
Mangrove, namun kelestariannya semakin hari semakin berkurang karena perambahan
oleh penduduk sekitar baik di jadikan area pemukiman ataupun pertambakan.
Dalam dua dekade ini
keberadaan ekosistem mangrove mengalami penurunan kualitas secara drastis. Saat
ini mangrove yang tersisa hanyalah berupa komunitas-komunitas mangrove yang ada
di tepi pantai dan disekitar muara-muara sungai dengan ketebalan 10-100 meter,
didominasi oleh Avicennia Marina, Rhizophora Mucronata, Sonneratia Caseolaris
yang semuanya memiliki manfaat sendiri. Misalkan pohon Avicennia memiliki
kemampuan dalam mengakumulasi (menyerap dan menyimpan dalam organ daun, akar,
dan batang) logam berat pencemar, sehingga keberadaan mangrove dapat berperan
untuk menyaring dan mereduksi tingkat pencemaran diperairan laut, dan manfaat
ekonomis seperti hasil kayu serta bermanfaat sebagai pelindung bagi lingkungan
ekosistem daratan dan lautan. Mangrove adalah individu jenis tumbuhan maupun
komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Dinamakan hutan bakau
oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau, dan disebut
hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu tergenang oleh air
payau.
Kegiatan pengambilan
kayu sering terlihat Riau, Kalimantan dan Irian Jaya. Sayangnya dampak yang
ditimbulkan oleh pengambilan kayu terhadap hilangnya luasan areal mangrove
sangat sulit untuk dirinci karena mangrove ternyata dapat tumbuh sendiri
setelah tubuhnya ditebang, akan tetapi tidak berarti bahwa tumbuhan yang baru
tersebut akan selalu sama dengan jenis sebelumnya. Luas hutan mangrove di
Indonesia pada tahun 1999 mencapai 8,60 juta hektar dan yang telah mengalami
kerusakan sekitar 5,30 juta hektar. Kerusakan tersebut antara lain disebabkan
oleh konversi mangrove menjadi kawasan pertambakan, pemukiman, dan industri,
padahal mangrove berfungsi sangat strategis dalam menciptakan ekosistem pantai
yang layak untuk kehidupan organisme akuatik. Keseim-bangan ekologi lingkungan
perairan pantai akan tetap terjaga apabila keberadaan mangrove dipertahankan
karena mangrove dapat berfungsi sebagai biofilter, agen pengikat dan perangkap
polusi.
Salah satu upaya yang kini sedang
dilakukan oleh penduduk setempat dan pemkab Sergai untuk menjadikan kawasan
Kampung Nipah ini menjadi kawasan ekowisata, namun masih belum terlalu tertata
rapi dan belum diketahui oleh banyak orang. Daya tarik yang ada belum sepenuh
tereksplor untuk di jadikan sesuatu hal yang menarik minat khususnya penduduk
sekitar untuk menjagah kawasan tersebut.
2.1.
Tujuan
- Untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan.
- Untuk mengetahui potensi atau fungsi
kawasan Kampung Nipah.
3.1
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan ekowisata.
2. Potensi atau fungsi
kawasan Kampung Nipah.
BAB
II
ISI
2.1
Pengertian Ekowisata
Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu
kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan
dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial
budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Ekowisata
dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata
konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan oleh
para ahli lingkungan tapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku
bisnis pariwisata itu sendiri. Dampak berupa kerusakan lingkungan,
terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran
masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan,
budaya dan ekonomi masyarakat setempat. Pada mulanya ekowisata dijalankan
dengan cara membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara
ramah lingkungan. Proses kunjungan yang sebelumnya memanjakan wisatawan namun
memberikan dampak negatif kepada lingkungan mulai dikurangi.
Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu
bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami
(natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan
budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata
pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk
dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis. Definisi ekowisata yang
pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society sebagai berikut:
Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan
dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat.
2.2
Letak Kawasan Kampung Nipah
Mangrove Sei Nagalawan
Serdang Bedagai, dikenal dengan Mangrove Kampung Nipah terletak di Desa Sei
Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai, Provinsi Sumatera
Utara.
2.3
Potensi Kampung Nipah
-
Sebagai Tempat Ekowisata
Keberadan tempat yang
banyak ditumbuhin oleh berbagai jenis Mangrove ini sebaiknya dijaga kelestarian
dengan mengadakan konservasi. Konservasi Mangrove Terkait dengan semakin
parahnya kerusakan area hutan mangrove di Indonesia maka perlu distrategikan
dan diambil langkah yang jelas terhadap aspek-aspek konservasi dari mangrove
itu sendiri. Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation
yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian
mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun
secara bijaksana (wise use). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi
dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan
sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi
merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Konsep ekowisata ini
dinilai cocok untuk dikembangkan di ndonesia termasuk dengan Kampung Nipah,
dengan beberapa alasan yang melandasinya:
1.
Kampung Nipah kaya akan keanekaragaman
hayati dan ekowisata bertumpu pada sumberdaya alam dan budaya sebagai atraksi.
Namun disisi lain tempat ini juga mengalami ancaman terbesar dari degradasi
keanekaragaman hayati baik darat maupun laut, sehingga memerlukan startegi yang
tepat dan alat/sarana yang tepat pula, guna melibatkan kepedulian banyak pihak,
untuk menekan laju kerusakan alam.
2.
Pelibatan masyarakat, konsep ini cocok
untuk mengubah kesalahan-kesalahan dalam konsep pengelolaan pariwisata
terdahulu, yang lebih bersifat komersial dan memarginalisasikan masyarakat
setempat, serta mampu menyerap tenaga kerja yang lebih besar.
Namun lebih dari itu,
demi keberhasilan usaha ini tidak semua kawasan yang memiliki mangrove memiliki
potensi pariwisata untuk dikembangkan, yang mana dapat ditentukan atas
faktor-faktor berikut:
- Lokasi harus memenuhi kategori seperti keunikan
dan dapat dijangkau.
- Perencanaan ekowisata dan persiapan oleh
masyarakat untuk menjalankan ekowisata sebagai usaha bersama.
- Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan
kegiatan ekowisata
- Interpretasi atas alam dan budaya yang baik.
- Kemampuan untuk menciptakan rasa nyaman, aman
kepada wisatawan, dan juga usaha pembelajaran kepada wisatawan
- Menjalin hubungan kerja yang berkelanjutan kepada
pemerintah dan organisasi-organisasi lain yang terlibat.
Gambar pembibitan Mangrove
Kegiatan penanaman oleh wisatawan
-
Membuat Olahan Aneka Mangroe dan Masakan Kuliner Setempat
Dengan mengolah ujung
daun mangrove dengan adonan tepung yang telah dibumbui, mangrove jeruju
(Acantus ilicifolius) bisa dijadikan kerupuk. Sebelum menjadi kerupuk yang
renyah, duri-duri daun jeruju harus dihilangkan. Lalu, dicuci bersih dan
digiling halus bersama campuran bawang. Kendati tanpa bahan pengawet, kerupuk
mangrove jeruju bisa bertahan hingga sebulan. Untuk membuat dodol, 70 persen
bahan bakunya adalah tepung mangrove api-api. Tepungnya ini bisa juga untuk
campuran bahan baku kue-kue kering. Rasa dodol untuk saat ini masih rasa mangrove
asli, belum berani inovasi menggunakan rasa lain karena takut akan
menghilangkan ciri khas. Dodol ini dapat bertahan sampai sepuluh hari karena
kita tidak pakai bahan pengawet.
Gambar
Aneka Olahan Mangrove
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengelolaan dan
pelestarian mangrove bisa diterapkan melelui ekowisata hutan mangrove, dengan
berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang
berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, dimana dalam konsep
pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder yang kemudian menetapkan
prioritas–prioritas. Dengan berpedoman tujuan utama, yaitu tercapainya
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................... .... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................... 1
2.1.Tujuan............................................................................................... 2
3.1.Rumusan
Masalah.............................................................................. 2
BAB II. ISI
2.1 Pengertian
Ekowisata......................................................................... 3
2.2 Letak Kawasan Kampung
Nipah....................................................... 3
2.3 Potensi Kampung
Nipah..................................................................... 4
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan.............................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang karena rahmat-Nya memberikan kesehatan dan kemudahan
sehingga tugas ini dapat diselesaikan, serta shalawat dan salam kepada
Rasullulah SAW.
Tugas
ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas akademik dalam mata kuliah
Ekonomi Sumber Daya Hutan di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing Dr.
Agus Purwoko, S.Hut., M.Si, serta teman-teman dilingkungan kampus yang telah
ikut serta membantu dalam penyelasaian tugas ini dengan memberikan ide dan
dorongan semangat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan oleh penulis.
Medan, April 2015
Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar