Makalah Ekonomi
Sumberdaya Hutan Medan, April 2015
POTENSI
EKONOMI PEMANFAATAN GAHARU (Aquilaria sp)
Dosen Penanggung Jawab :
Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si
Oleh :
Winta Sari
131201033
HUT 4A
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Adapun
makalah yang berjudul “Potensi Ekonomi Pemanfaatan Gaharu (Aquilaria sp)”, dibuat sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan, Program
Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam
penulisan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr.
Agus Purwoko, S.Hut., M.Si selaku dosen penanggung jawab dalam mata
kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan yang telah memberikan pelajaran dan
bimbingannya dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah
ini belum sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah
ini dapat menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, April
2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................... ....... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................. 1
Tujuan............................................................................................... 2
BAB II ISI
Identifikasi
(Morfologi) Pohon Gaharu........................................... 3
Proses
Pembentukan......................................................................... 4
Nilai Ekonomi.................................................................................. 5
Pengolahan Minyak
Gaharu.............................................................. 5
Manfaat Agarwood.......................................................................... 6
Pengembangan Gaharu..................................................................... 7
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................... 12
Saran................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gaharu merupakan produk Hasil Hutan Non Kayu (HHBK)
yang memiliki nilai ekonomi sangat
tinggi dibanding produk Kehutanan lainnya,
sehingga sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan
Gaharu ini selain untuk menjaga
kesinambungan produksi, sekaligus juga melindungi keragaman pohon penghasil gaharu yang
ada di Indonesia.
Gaharu
adalah kayu wangi yang sudah diresapi resin yang dijumpai pada pohon Aquilaria
yang sangat berharga terutama karena wangi, dapat digunakan untuk
pengasapan, dan untuk obat. Di Indonesia, persediaan pohon ini diperkirakan
mencapai 1,87 pohon per ha di Sumatera, 3,37 pohon per hektar di Kalimantan,
dan 4,33 pohon per ha di Papua. Keberadaan pohon itu sendiri tidak menjamin
keberadaan resin. Para ilmuwan memperkirakan hanya 10% dari pohon Aquilaria di
dalam hutan yang mengandung gaharu .
Indonesia adalah eksportir utama produk gaharu di dunia. Dengan permintaan
pasar yang tinggi, banyak kolektor yang tidak trampil tertarik untuk
mengeksploitasi gaharu dan,
akibatnya, sebagian besar populasi gaharu rusak terlepas bahwa kayu ini
tercantum dalam CITES Appendix II. Baru-baru ini, harga untuk gaharu dengan mutu terbaik dinyatakan
sebesar kurang-lebih 400/kg dan sebagian besar bahan ini diselundupkan dan
diperdagangkan secara ilegal keluar dari Indonesia.
Pohon Gaharu atau Aquilaria sp mempunyai
nilai ekonomi tinggi terus diburu oleh masyarakat sekitar hutan. Tanaman yang
banyak tumbuh di hutan Kalimantan Barat ini akan punah bila tidak dilestarikan.
Untuk memenuhi permintaan ekspor, perlu dilakukan upaya peningkatan produksi
gaharu secara lestari. Hal ini dapat dicapai melalui upaya konservasi,
pembangunan hutan industri gaharu yang didukung dengan tersedianya bibit
unggul, serta teknologi bioproses gaharu yang efektif. Selain untuk
mempertahankan kelestarian gaharu, konservasi plasma nuftah gaharu baik secara in
situ maupun ex situ juga akan memberikan peluang dihasilkannya bibit
unggul. Penemuan bibit unggul yang memiliki sifat potensial dalam menghasilkan
gaharu dapat dilakukan melalui metode seleksi, baik seleksi in planta (pada
pohon) maupun in vitro (di laboratorium).
Namun
pohon gaharu masih bersifat langka. Kelangkaan gaharu tersebut perlu mendapatkan
perhatian yang khusus, mengingat pasar gaharu cukup baik dan permintaan pasar
semakin meningkat. Sehingga guna menghindari kepunahan gaharu dan agar
pemanfaatan gaharu menjadi lestari perlu dilakukan konservasi, baik in-situ
maupun ek-situ dan budidaya pohon penghasil gaharu. Namun upaya tersebut tidak
mudah dilaksanakan dan kalaupun ada usaha konservasi dan budidaya namun
skalanya terbatas dan hanya dilkukan oleh lembaga penelitian, perguruan tinggi
dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) konservasi. Agar pelestarian gaharu dapat
berjalan maka langkah awal yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan
identifikasi pada permasalahan yang ada dalam pengembangan riset komoditi
gaharu untuk memperoleh solusi yang tepat terhadap permasalahan yang ada, sehingga
gaharu dapat dilestarikan dan dibudidayakan untuk kepentingan konservasi maupun
ekonomi.
Bila menyebut gaharu, banyak yang
membayangkan harganya yang begitu mahal sehingga ada yang mengatakan lebih
bernilai dari emas. Harganya jutaan rupiah perkilogram untuk kepingan gaharu
yang bermutu tinggi. Namun, semua hasil ini diambil dari hutan dan kini
realitinya, pohon gaharu hampir punah. Tanpa kesadaran untuk penanaman kembali,
negara kita mungkin tidak lagi dapat mengeksport hasil gaharu yang bermutu tinggi
permintaannya ke negara-negara Timur Tengah dan juga negara lain seperti
Taiwan, Jepang dan sebagainya. Mungkin, kekurangan sumber informasi yang tepat
dan juga modal awal yang tinggi untuk diusahakan secara komersil menjadi faktor
gaharu kurang diminati banyak di antara manusia yang tidak sadar, usaha
penanaman pohon gaharu sudah banyak dilakukan oleh beberapa daerah.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya
Hutan (ESDH) tentang potensi ekonomi dari gaharu yaitu pemanfaatan dari hasilnya serta
produk-produk yang dapat diolah dari gaharu sehinnga akan memperoleh hasil
ekonomi serta pengembangan, pemanfaatan, dan pengelolaannya.
BAB II
ISI
Identifikasi (Morfologi) Pohon Gaharu
Beberapa
sifat biofisiologis tumbuh pohon penghasil gaharu yang penting untuk
diperhatikan adalah faktor sifat fisiologis pertumbuhan, sebagian besar pohon
pada fase pertumbuhan awal (vegetatif) memiliki sifat tidak tahan
akan intensitas cahaya langsung (semitoleran) hingga berumur 2 - 3 tahun.
Faktor lain sifat fenologis pembungaan dimana setiap jenis, selain dipengaruhi
oleh kondisi iklim dan musim setempat juga akan dipengaruhi oleh kondisi lahan
tempat tumbuh. Sifat fenologis buah/benih yang rekalsitran, badan buah pecah
dan tidak jatuh bersamaan dengan benih. Sifat fisiologis benih memiliki masa
istirahat (dormansi) yang sangat rendah, benih-benih yang jatuh di bawah
tajuk pohon induk pada kondisi optimal setelah 3 – 4 bulan akan tumbuh dan
menghasilkan permudaan alam tingkat semai yang tinggi dan setelah 6 – 8 bulan
akan terjadi persaingan, sehingga populasi anakan tingkat semai akan menurun
hingga 60 – 70 %. Aspek pertumbuhan permudaan alam tingkat semai penting
diketahui sebagai dasar dalam penyediaan bibit tanaman dengan cara memanfaatkan
cabutan permudaan alam.
Jenis- Jenis
Kayu Gaharu :
Beberapa
ciri morfologis, sifat fisik, sebaran tumbuh serta nama daerah jenis pohon
penghasil gaharu di Indonesia sebagai berikut :
Ø
Pohon
dengan tinggi batang yang dapat mencapai antara 35 – 40 m,
Ø
Berdiameter
sekitar 60 cm,
Ø
Kulit
batang licin berwarna putih atau keputih-putihan dan berkayu keras.
Ø
Daun
lonjong memanjang dengan ukuran panjang 5 – 8 cm dan lebar 3 – 4 cm,
Ø
Ujung
daun runcing, warna daun hijau mengkilat.
Ø
Bunga
berada diujung ranting atau diketiak atas dan bawah daun.
Ø
Buah
berada dalam polongan berbentuk bulat telur aatau lonjong berukuran sekitar 5 cm
panjang dan 3 cm lebar.
Ø
Biji/benih
berbentuk bulat atau bulat telur yang tertutup bulu-bulu halus berwarna
kemerahan.
Proses Pembentukan
Gaharu dihasilkan tanaman sebagai
respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang terluka. Luka pada
tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang
patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan
penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanamandianggap sebagai benda
asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang
berfungsi sebagai pertahanan
terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa
resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem
dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila
mikroba yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman
maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk.
Ciri-ciri bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang
menjadi lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan,
pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman. Senyawa gaharu dapat
menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone,
dan selina dienol. Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang
tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap
spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi
penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat
digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium
sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium
fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.
Nilai Ekonomi
Gaharu
banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi terutama untuk gaharu
dari tanaman famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria spp. yang dalam dunia
perdangangan disebut sebagai gaharu beringin. Untuk jenis gaharu dengan nilai
jual yang relatif rendah, biasanya disebut sebagai gaharu buaya. Selain
ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya, kualitas gaharu juga ditentukan
oleh banyaknya kandungan resin dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan
resin di dalamnya maka harga gaharu tersebut akan semakin mahal dan begitu pula
sebaliknya. Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas
besar, yaitu gubal, kemedangan, dan abu. Gubal merupakan kayu berwarna hitam
atau hitam kecoklatan dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang
memiliki kandungan damar wangi beraroma kuat. Kemedangan adalah kayu gaharu
dengan kandungan damar wangi dan aroma yang lemah serta memiliki penampakan
fisik berwarna kecoklatan sampai abu-abu, memiliki serat kasar, dan kayu lunak.
Kelas terakhir adalah abu gaharu yang merupakan serbuk kayu hasil pengerokan
atau sisa penghancuran kayu gaharu.
Pengolahan
Minyak Gaharu
Sebelum
dijadikan bahan baku parfum, gaharu harus diolah terlebih dahulu untuk
mendapatkan minyak dan senyawa aromatik yang terkandung di dalamnya. Sebagian
kayu gaharu dapat dijual ke ahli penyulingan minyak yang biasanya menggunakan
teknik distilasi uap atau air untuk mengekstraksi minyak dari kayu tersebut.
Untuk mendapatkan minyak gaharu dengan distilasi air, kayu gaharu direndam
dalam air kemudian dipindahkan ke dalam suatu tempat untuk menguapkan air
hingga minyak yang terkandung keluar ke permukaan wadah dan senyawa aromatik
yang menguap dapat dikumpulkan secara terpisah. Teknik distilasi uap
menggunakan potongan gaharu yang dimasukkan ke dalam peralatan distilasi uap.
Tenaga uap yang menyebabkan sel tanaman dapat terbuka dan minyak dan senyawa
aromatik untuk parfum dapat keluar. Uap air akan membawa senyawa aromatik
tersebut kemudian melalui tempat pendinginan yang membuatnya terkondensasi
kembali menjadi cairan. Cairan yang berisi campuran air dan minyak akan
dipisahkan hingga terbentuk lapisan minyak di bagian atas dan air di bawah.
Salah satu metode digunakan saat ini adalah ekstraksi dengan [[superkritikal
CO2]], yaitu CO2 cair yang terbentuk karena tekanan tinggi. CO2 cair berfungsi
sebagai pelarut aromatik yang digunakan untuk ekstraksi minyak gaharu.[7]
Metode ini menguntungkan karena tidak terdapat residu yang tersisa, CO2 dapat
dengan mudah diuapkan saat berbentuk gas pada suhu dan tekanan normal.
Manfaat Agarwood
Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas,
memiliki kandungan damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil
gaharu, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi secara alami atau
buatan pada pohon Aguilaria sp (Thymelaeaceae). Manfaatnya adalah :
a.
Aktivitas Kebudayaan - Islam,
Budha, Hindu
b.
Perayaan Keagamaan - Kebanyakan di Negara
Islam dan Arab
c.
Wangi Parfum - Wanginya Tahan
Lama Banyak Diminati di Negara Eropa Seperti Daerah Yves Saint Laurent, Zeenat
dan Amourage
d.
Aroma Terapi - Menyegarkan Tubuh,
Perayaan dan Undangan
e.
Kecantikan - Sabun, Shampo Yang
Harum Semerbak
f.
Obat & Kesehatan - Biasa
Digunakan di Pengobatan Tradisional Khususnya Dinegara China dan Jepang
g.
Koleksi Pribadi - Untuk Ruangan
Besar Khusus Eksklusif
Kebutuhan dunia akan agarwood atau gaharu terus meningkat. Menurut
statistik, Indonesia yang pada tahun 1995 menjadi pengexport gaharu yang cukup
besar, kini nilai exportnya semakin menurun. Mengingat permintaan dunia akan
agarwood yang terus meningkat, maka proyek Pengembangan Agarwood sangat
menguntungkan "Investment for Highest Profit"
Pengembangan Gaharu
Pada
dasarnya kegiatan pengusahaan gaharu dapat dikelompokkan menjadi tiga, di hulu,
tengah dan hilir sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut:
Tengah
Hulu Hilir
Di sektor
hulu, industri yang dapat
dikembangkan antara lain: (1) industri penangkaran bibit, industri
pembuatan alat-alat pertanian, industri
pupuk kompos, transportasi, penyediaan jasa dan lain-lain
Di sektor
tengah, penyewaan lahan untuk penanaman,
industri pembuatan obat-obatan pemberantasan hama dan penyakit,
penyediaan jasa inokulasi, industry pembuatan inokulan, transportasi, pelatihan pamanenan, riset, dan lain-lain.
Di sektor hilir, industri yang bisa
dikembangkan antara lain: industri pengolahan, industri penyulingan minyak
gaharu, industri pembuatan produk turunan, transportasi, pemasaran, jasa bongkar muat, pelatihan, riset dan lain-lain.
Keterangan :
1.
Pohon
2.
Pembuatan Lubang Bor
3.
Inokulan Serbuk
4.
Pertumbuhan
5.
Gubal Gaharu
6.
Hasil Inkolasi 1 Tahun
Solusi
masalah dalam pengembangan gaharu adalah
1.
Pemanfaatan dari alam yang masih berlangsung saat ini harus
diimbangi dengan peningkatan pengembangan budidaya tanaman gaharu di seluruh
wilayah Indonesia. Untuk menjamin keseimbangan ini harus segera dibuat rencana
pengelolaan dan rencana aksi nasional pengembangan gaharu secara komprehensif
yang didukung oleh seluruh Stake holder gaharu;
2.
Untuk menjamin keberlangsungan pemanfaatan gaharu, baik alam
maupun budidaya, harus dibuat sistem Non
Detriment Finding (NDF) yang kuat dan efektif yang meliputi antara lain :
a.
Sistem quota (alam) yang didasarkan
kepada data dan informasi berbasis riset;`
b.
Sistem pendataan potensi gaharu yang
yang dapat dipercaya (database potensi gaharu), baik spasial maupun non
spasial;
c.
Data/informasi permintaan pasar
(DN/LN)
d.
Mendorong peningkatan kapasitas stakeholders, pelaku usaha, petani
gaharu ditingkat lokal untuk dapat menguasai dan menerapkan IPTEK budidaya,
pengelolaan dan produksi inokulan, khususnya untuk budidaya gaharu;
3.
Untuk menjamin kelangsungan usaha, percepatan pelayanan
kepada masyarakat dan kepastian potensi tanaman gaharu, perlu segera dibuat
sistem registrasi budidaya gaharu nasional yang antara lain memuat:
a. Sistem pendataan tanaman yang jelas
dan terukur;
b.
Mekanisme dan prosedur registrasi
yang mudah dan murah, namun dapat dipertanggungjawabkan;
c.
Kelembagaan registrasi yang efektif
dan efisien. Terhadp hal ini peran kelembagaan pemerintah yang ada di daerah
perlu diprioritaskan. Khusus untuk Propinsi Bangka Belitung, pembentukan Balai
KSDA perlu segera dipercepat;
4.
Aspek pasar (marketing), terutama untuk gaharu budidaya,
perlu ditangani secara serius dan segera agar semangat pembudidayaan gaharu
yang sudah berkembang saat ini tetap terjaga. Upaya-upaya yang perlu dilakukan
antara lain :
a. Kerjasama antara petani (produsen)
gaharu dengan pedagang gaharu (pengumpul dan eksportir) yang transparan dan
saling menguntungkan;
b. Peran fasilitasi pemerintah (pusat
atau daerah) untuk :
1) Membangun mekanisme pasar yang
transparan, baik lokal maupun nasional;
2)
Memberikan akses dan informasi pasar
seluas – luasnya kepada petani gaharu;
3) Membuat sistem labeling dan packing produk
gaharu untuk peningkatan nilai produk dan kepercayaan pasar;
4) Membuat standar kualitas gaharu dan
produk gaharu yang terukur;
5) Membuat sistem informasi yang
efektif tentang pengelolaan gaharu Indonesia (antara lain melalui web atau
publikasi)
6)
Fasilitasi pembentukan kelembagaan
pelaku usaha gaharu di daerah-daerah (forum komunikasi atau kelompok-kelompok
profesi termasuk pusat informasi di daerah)
7)
Perlu dirancang perlindungan hukum
yang efektif (termasuk perda) untuk menjamin berjalannya suatu sistem,
mekanisme dan prosedur pengembangan budidaya gaharu.
5.
Mendorong pemerintah pusat untuk menempatkan pengembangan
budidaya gaharu sebagai prioritas (Crash program), antara lain dalam program :
a. Pengembangan hutan tanaman rakyat
(HTR) untuk perluasan tanaman gaharu
b. Pengembangan kebun bibit rakyat
(KBR) untuk membantu penyediaan bibit
c.
Pemanfaatan dana Badan Layanan Umum
(BLU) untuk membantu pola pembiayaan budidaya gaharu
d.
Hibah atau bantuan sosial melalui
sektor-sektor terkait, baik pusat atau daerah (program PNPM, dll).
6.
Mendorong Badan Litbang Kehutanan bersama-sama LIPI untuk
melakukan kajian-kajian atau penelitian antara lain tentang :
a.
Pencegahan dan pengendalian hama dan
penyakit terhadap tanaman gaharu secara biologis dan ramah lingkungan;
b. Unit kelayakan usaha (Economic
scale) gaharu
c.
Identifikasi jenis tanaman penghasil
“Decaying log” di Papua
d.
Kajian kemungkinan mendatangkan
bibit-bibit gaharu unggul dari luar negeri, baik dari aspek ekonomis maupun
ekologis
e.
Kajian tentang syarat-syarat dan
aturan main produksi serta pemanfaatan inokulan gaharu
7.
Tanaman gaharu Indonesia memiliki daya komparatife yang
tinggi dibandingkan dengan negar-negara penghasil gaharu lainnya di dunia,
mengingat jumlah jenis pohon aharu dan jumlah jenis mikro-organisme (jamur)
yang sangat tinggi. Namun demikian persoalan serius yang perlu kewaspadaan
semua pihak adalah hama gaharu yang dapat mengganggu kelangsungan budidaya
gaharu.
8.
Pembasmian dan pengendalian hama gaharu dianjurkan secara
biologis atau mekanisme (monitoring rutin). Penggunaan bahan kimia (pestisida)
merupakan pulihan terakhir dan sifatnya lokal (terisolasi)
9.
Pola budidaya gaharu yang efektif disarankan menggunakan
sistem agroforestri (sehingga ada hasil antara yang diperoleh sebelum gaharu
memberikan hasil).
10. Peluang pasar gaharu hasil budidaya
masih terbuka luas, terutama untuk Timur Tengah, China, Taiwan dan Singapura.
Karena itu gerakan budidaya gaharu di Indonesia perlu terus disosialisasikan
dan dikembangkan.
Hasil
Kerajinan dari Pohon Gaharu
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gaharu merupakan hasil hutan yang sangat
berpotensi nilai ekonomis bila dikembangkan. Permassalahan utama
gaharu adalah produksi alam yang tidak maksimal dan pemasaran yang masih
terpusat. Penyuluhan, pelatihan, pendampingan dan
penguatan modal menjadi alternative dalam memecahkan permasalahan gaharu.
Peran serta dan koordinasi lembaga pemerintah,
non-departemen, dan swasta dapat memaksimalkan pemasaran gaharu. Agar
pemanfaatan gaharu menjadi lestari perlu dilakukan konservasi, baik in-situ
maupun ek-situ dan budidaya pohon penghasil gaharu. Identifikasi masalah
tersebut dapat dilakukan pada subsistem hulu (penyiapan lahan, penyiapan bibit,
penanaman, penyediaan pupuk, pemberantasan hama dan penyakit). Identifikasi
masalah tersebut dapat dilakukan pada subsistem tengah (penyuntikan, penyediaan
inokulan, peralatan inokulan dan pengamanan). Identifikasi masalah tersebut
dapat dilakukan pada subsistem hilir (pemanenan, pengangkutan, pengolahan,
pemasaran) dan subsistem pendukung (kebijakan pemerintah, riset dan
pengembangan, pendidikan dan pelatihan, transportasi, infrastruktur, skema
kredit dan asuransi).
Saran
Agar
pelestarian gaharu dapat berjalan maka langkah awal yang dapat ditempuh adalah
dengan melakukan identifikasi pada permasalahan yang ada dalam pengembangan
riset komoditi gaharu untuk memperoleh solusi yang tepat terhadap permasalahan
yang ada, sehingga gaharu dapat dilestarikan dan dibudidayakan untuk
kepentingan konservasi maupun ekonomi.
DAFTAR
PUSTAKA
Gun, et.al., 2004.
Eaglewood in Papua New Guinea. Tropical Rain Forest Project.
Working paper No. 51. Vietnam. Dalam Sofyan, A.dkk. 2010. Pengembangan Dan Peningkatan
Produktivitas Pohon Penghasil Gaharu
Sebagai Bahan Obat
Di Sumatera. Kementerian
Kehutanan Balai
Penelitian
Kehutanan Palembang. Palembang.
Iskandar.
2009. Pengembangan Hhbk Jenis Gaharu (Aquilaria
Malaccensis ) Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dinas Kehutanan Bangka
Belitung.
Diakses dari http//:
workshopHHBK09_BaBel. Pdf. Com// [10 Maret 2015].
Sumadiwangsa
dan Zulnely, 1999. Pengembangan Gaharu di Sumatera, Makalah Workshop
Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu Berbasis pada Pemberdayaan Masyarakat di
Sekitar Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alarr:-
ITTO PO 425/06 Rev .1 (1). Bogar, 29 April 2009.
Sumarna,
2007. Stategi dan Teknik pemasaran Gaharu di Indonesia. Makalah Workshop
Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu Berbasis pada Pemberdayaan Masyarakat di
Sekitar Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam -
ITTO PO 425/06 Rev.1 (1). Bogor, 29 April 2009.
Turjaman, M
dan Santoso, E. 2011. Teknologi Inokulasi
& Perkembangannya
Untuk Menghasilkan
Gubal Gaharu Berkualitas
Tinggi. Pusat Litbang
Konservasi & Rehabilitasi.
Diakses dari http//: 2 Inokulasi Gaharu.pdf.
Tarigan.
2004. Profil Pengusahaan (Budidaya) Gaharu. Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan.
Oepartemen Kehutanan.Ddalam Pengembangan Hhbk Jenis Gaharu (Aquilaria Malaccensis )
Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dinas Kehutanan Bangka Belitung. Diakses
dari http//: workshopHHBK09_BaBel. Pdf. Com// [23 Maret 2015].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar