Jumat, 10 April 2015

NILAI EKONOMIS DAMAR

Laporan Ekonomi Sumber Daya Hutan                                                               Medan,      April 2015
NILAI EKONOMIS DAMAR
Dosen Penangung jawab :
Oleh :
Sunarti T. P. Ambarita
131201041
HUT 4A








                                                                                                  



PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015





PENDAHULUAN
Hasil hutan selain kayu, yang lebih dikenal dengan sebutan HHBK (hasil hutan bukan kayu), selalu menduduki peran penting dan besar dalam ekonomi kehutanan di negara-negara berkembang (Arnold, 2004), tidak terkecuali Indonesia. Hal ini tidak lepas dari banyaknya jenis HHBK yang dapat diperoleh dari hutan, baik yang berasal dari tumbuhan (HHBK nabati) maupun dari hewan (HHBK hayati). Pemanfaatan HHBK pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, energi, dan obat-obatan (HHBK FEM), serta pemanfaatan lainnya (HHBK non FEM). Produk HHBK telah menjadi pemasukan sekaligus pendapatan langsung bagi pemenuhan kebutuhan banyak rumah tangga dan masyarakat di seluruh dunia (Iqbal, 1993; Walter, 2001).
Di banyak negara, total nilai ekonomi dari HHBK diperkirakan mampu memberi sumbangan terhadap pemasukan negara yang sama besar, bahkan mungkin lebih, daripada yang dapat diperoleh dari kayu bulat. Di Indonesia sendiri, nilai ekonomi HHBK diperkirakan mencapai 90 % dari total nilai ekonomi yang dapat dihasilkan dari ekosistem hutan (Lampiran Permenhut No. P.21/Menhut-II/2009).
Selama ini HHBK seolah dipandang sebelah mata dan hanya dianggap sebagai hasil hutan ikutan. Hal ini tidak lepas dari besarnya variasi jenis HHBK, sehingga tidak ada penanganan yang fokus dan terarah sebagaimana pada produk kayu bulat (Prayitno, 2007). Akibatnya, kebanyakan HHBK tidak terkelola secara memadai agar memiliki nilai eknonomi dan nilai tambah yang tinggi. Baru dalam beberapa tahun terahir ini, setelah era keemasan kayu bulat terlewati dengan meninggalkan banyak masalah akibat degradasi hutan yang luar biasa berat, HHBK mulai mendapat perhatian yang lebih serius. Pergeseran paradigma pengelolaan hutan dari semula berbasis kayu (timber-based managment) menjadi berbasis sumberdaya (resource-based management) menjadi titik balik arah pembangunan kehutanan. Multi fungsi hutan yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial bagi negara dan masyarakat, tidak lagi dilihat dari produk hasil hutan kayu saja, melainkan juga potensi hasil hutan lainnya, seperti HHBK, ekowisata, karbon.
Salah satu sumber dari HHBK yakni getah dari kayu damar. Melihat potensinya yang melimpah di Indonesia getah kayu damar dijadikan salah satu tanaman hutan yang mampu memberikan produksi baik kayu maupun hasil lainnya (bukan kayu). Dari pohon ini dihasilkan getah yang memiliki kualitas tinggi yang dikenal dengan nama damar. Pohon damar yang tumbuh baik di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku selain diambil getahnya, kayunyapun sudah dimanfaatkan. Di daerah Krui (Lampung Utara), kayu damar telah lama diusahakan oleh rakyat untuk diambil getahnya, hal ini sudah terjadi beberapa generasi, sehingga bertani damar telah merupakan mata pencaharian pokok untuk daerah ini.
Damar merupakan salah satu tanaman kayu asli Indonesia yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Damar biasanya dimanfaatkan kayunya karena mempunyai nilai jual yang cukup tinggi, terutama digunakan untuk pertukangan. Pulp dan kayu lapisnya termasuk golongan awet IV dan awet III dengan berat jenis kayunya sekitar 0,49. Nama damar sendiri diambil karena pohon ini memproduksi kopla (getah) atau yang biasa kita sebut dengan “damar”. Di Jawa, tumbuhan ini dibudidayakan untuk diambil getah atau hars-nya. Getah damar ini diolah untuk dijadikan kopal (hasil olahan getah atau resin yang disadap dari batang damar). Nama kopal berarti juga “dupa” atau “setanggi”. Getah akan mengalir keluar dan membeku setelah kena udara beberapa waktu lamanya. Lama-kelamaan getah ini akan mengeras dan dapat dipanen; yang dikenal sebagai kopal sadapan. Kegunaan getah damar antara lain sebagai bahan korek api, plastik, plester, vernis, lak, tinta cetak dan pelapis tekstil.
Pohon damar juga disukai sebagai tumbuhan peneduh taman dan tepi jalan (misalnya di sepanjang Jalan Dago, Bandung). Damar teristimewa ditanam untuk diambil resinnya, yang diolah menjadi kopal. Resin ini adalah getah yang keluar tatkala kulit (pepagan) atau kayu damar dilukai. Getah akan mengalir keluar dan membeku setelah kena udara beberapa waktu lamanya. Lama-kelamaan getah ini akan mengeras dan dapat dipanen; yang dikenal sebagai kopal sadapan. Getah juga diperoleh dari deposit damar yang terbentuk dari luka-luka alami, di atas atau di bawah tanah; jenis yang ini disebut kopal galian. Pada masa lalu resin damar terutama dihasilkan dari tegakan-tegakan alam di Maluku dan Sulawesi. Kini kopal juga dihasilkan dari hutan-hutan tanaman Perhutani di Jawa.Kayu damar berwarna keputih-putihan, tidak awet, dan tidak seberapa kuat. Di Bogor dan di Sulawesi Utara, kayu ini hanya dimanfaatkan sebagai papan yang digunakan di bawah atap.
Kayu damar diperdagangkan di Indonesia dengan nama kayu agatis Selain fungsinya sebagai tanaman ”paru-paru kota” dan komoditas penting untuk hasil hutannya, pohon damar juga mulai menarik perhatian para ilmuwan dalam hal pengembangan obat anti Alzheimer. Penyakit alzheimer sendiri merupakan gangguan saraf di otak yang diakibatkan oleh penyumbatan aliran darah yang menuju ke otak. Disadari atau tidak, penyakit alzheimer adalah penyakit yang cukup banyak menyerang manusia di berbagai belahan dunia. Gejala-gejala penyakit ini diantaranya adalah gangguan memori yang mempengaruhi keterampian dalam bekerja, kesulitan bericara dan berbahasa, kesulitan berpikir abstrak, dan perubahan kepribadian. Penyumbatan aliran darah tersebut disebabkan oleh akumulasi protein amiloid beta peptida yang dihasilkan dari pembelahan senyawa beta amiloid yang merupakan prekursornya. Pembelahan ini terjadi karena adanya aktivitas enzim beta sekretase. Oleh karena itu, penemuan inhibitor aktivitas enzim beta sekretase dapat menjadi suatu alternatif dalam hal pengembangan obat penyakit alzheimer. Salah satu senyawa alam yang telah diuji aktivitasnya sebagai inhibitor enzim beta sekretase adalah kelompok biflavonoid. Dari penelitian yang dilakukan oleh Sasaki dkk. (2010) di Jepang bersama peneliti dari Kimia Organik Bahan Alam ITB, diperoleh data bahwa senyawa biflavonoid yang bernama amentoflavon (dan turunannya) memiliki aktivitas yang menarik sebagai inhibitor aktivitas enzim beta sekretase. Senyawa biflavonoid sendiri diketahui merupakan kandungan utama dari beberapa tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae).
Pohon damar (spesies Agathis alba) adalah salah satu tumbuhan biji terbuka yang cukup banyak terdapat di Indonesia. Khan dkk. (1972) dari India melaporkan bahwa senyawa amentoflavon diketahui merupakan salah satu kandungan dari spesies Agathis alba yang tumbuh di Taiwan. Akan tetapi, kadar amentoflavon pada pohon damar tersebut juga diketahui masih sedikit (merupakan komponen minor). Walaupun demikian, sangat dimungkinkan bahwa senyawa amentoflavon (dan turunannya) pada pohon damar yang tumbuh di Indonesia akan ditemukan dalam jumlah banyak karena produksi metabolit sekunder tertentu oleh tumbuhan dipengaruhi oleh aktivitas enzim-enzim yang terlibat dalam biosintesisnya, dan faktor lokasi tempat tumbuh sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim ini. Indonesia memiliki banyak pohon damar (spesies A. dammara dan A. alba) yang tersebar di berbagai daerah. Selain sebagai anti alzheimer, amentoflavon juga dimungkinkan memiliki aktivitas lain yang menarik, diantaranya adalah anti-HIV seperti yang telah diuji oleh para peneliti dari Taiwan dan Amerika. Pada pengujian tersebut, amentoflavon menunjukkan aktivitas yang moderat. Akan tetapi, penambahan gugus-gugus fungsi tertentu dapat meningkatkan keaktifan senyawa amentoflavon, dan hal tersebut sangat mungkin terjadi dalam proses biosintesis yang terjadi di alam sehingga dihasilkan suatu senyawa turunan amentoflavon yang aktif sebagai anti-HIV. Jadi, pada pohon damar yang tumbuh di Indonesia sangat berpotensi untuk ditemukan senyawa alam untuk pengembangan obat anti alzheimer dan anti-HIV. Oleh karena itu, penelitian mengenai kandungan senyawa biflavonoid dari pohon damar yang tumbuh di Indonesia perlu terus dikembangkan guna penemuan senyawa obat baru sehingga dengan demikian nilai guna pohon damar dapat lebih ditingkatkan. Tidak hanya sebagai ”paru-paru kota” serta untuk keperluan kayu dan getahnya.












ISI
Analisis Kelayakan Damar
Deskripsi Damar
Damar merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang sudah lama dikenal, yaitu suatu getah yang merupakan senyawa polysacarida yang dihasilkan oleh jenis-jenis pohon hutan tertentu. Sampai saat ini damar cukup banyak digunakan orang antara lain untuk bahan vernis, bahan penolong dalam pembuatan perahu dan yang terpenting adalah sebagai pembungkus kabel laut/ tanah. Damar dihasilkan oleh jenis-jenis pohon dari genus: Hopea, Balonocarpus, Vatica, Canoriurn, dan Agathis.
   Masyarakat banyak yang salah paham, menganggap getah damar dihasilkan oleh pohon damar. Padahal pohon damar, misalnya yang banyak dijumpai di Kebun Raya Bogor, dan Kebun Raya Cibodas, adalah jenis Agathis, yakni Agathis dammara. Meskipun Agathis dammara juga menghasilkan resin, namun nilai ekonomisnya hampir tidak ada. Getah damar yang nilai ekonomisnya paling tinggi adalah resin dari pohon Shorea  javanica. Getah inilah yang sudah diburu oleh para pedagang India, China, dan Arab, sampai ke Sumatera, Kalimantan, dan juga (ketika itu) di pulau Jawa. Sekarang di Jawa sudah sulit didapatkan pohon Shorea  javanica, yang diambil getahnya.
Pohon Shorea  javanica bisa mencapai ketinggian lebih dari 30 m, dengan diameter batang lebih dari 1 m. Menyadap getah damar, beda dengan getah pinus (Pinus Merkusii), atau karet (Hevea brasiliensis), yang bisa dilakukan pada pangkal batang. Damar Shorea  javanica harus disadap pada batangnya, sampai dengan ketinggian belasan meter. Hingga penyadap damar harus memanjat pohon tersebut, dengan bantuan tali sebagai pengaman. Penyadapan dilakukan dengan melukai kulit batang (menakik), sama dengan pada penyadapan pohon pinus untuk diambil gondorukemnya. Luka takikan itu akan menghasilkan resin, yang mengeras di sekitar luka takikan.
Sejarah Damar/Resin
Resin, cairan getah lengket yang dipanen dari beberapa jenis pohon hutan, merupakan produk dagang tertua dari hutan alam Asia Tenggara. Spesimen resin dapat ditemukan di situs-situs prasejarah, membuktikan bahwa kegiatan pengumpulan hasil hutan sudah sejak lama dilakukan. Hutan-hutan alam Indonesia menghasilkan berbagai jenis resin. Terpentin (resin Pinus) dan kopal (resin Agathis) pernah menjadi resin bernilai ekonomi yang diperdagangkan dari Indonesia sebelum Perang Dunia II.
Damar adalah istilah yang umum digunakan di Indonesia untuk menamakan resin dari pohon-pohon yang termasuk suku Dipterocarpaceae dan beberapa suku pohon hutan lainnya. Sekitar 115 spesies, yang termasuk anggota tujuh (dari sepuluh) marga Dipterocarpaceae menghasilkan damar. Pohon-pohon dipterokarpa ini tumbuh dominan di hutan dataran rendah Asia Tenggara, karena itu damar merupakan jenis resin yang lazim dikenal di Indonesia bagian barat. Biasanya, damar dianggap sebagai resin yang bermutu rendah dibanding kopal atau terpentin.

Manfaat Damar
Memang tidak banyak yang tahu tentang damar. Padahal, dari pohon damar bisa diambil banyak manfaat. Kayu pohon damar bisa dipakai untuk perahu boat. Kekuatannya tangguh, tapi memiliki bobot yang ringan. Batangnya yang tegak lurus itulah membuat kayu dari pohon damar pun banyak yang lurus-lurus. Sedangkan daunnya lebar, lonjong tapi pipih. Biasa kayu pohon damar juga dijadikan bahan pembuat kertas, alat rumahtangga, alat musik dan alat olahraga. Dalam bahasa ahli bangunan, kualitas kayu pohon damar termasuk kualitas IV, dan kekuatannya kelas III. Sedangkan getahnya bisa diambil untuk bahan cat, kosmetik, plastik, vernis, bahkan korek api. Tumbuhnya damar ada Sebagian besar tumbuh di hutan primer. Itu antara lain banyak ditemukan di kawasan hutan Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi, Kalimantan, dan Irian Jaya. Memiliki rata-rata ketinggian 50 meter, diameternya rata-rata 2 meter. Yang paling diburu orang dari damar adalah getahnya. Getah damar ini mengandung unsur kimia resin yang juga bisa berkasiat untuk obat gosok. Selain itu juga bisa dipakai untuk bahan pengawet binatang bahkan tumbuh-tumbuhan.
Ada beberapa jenis getah damar yang menjadi buruan orang, yakni damar mata kucing, damar batu, damar hitam dari jenis meranti, juga damar resak. Saat ini, jenis-jenis itu yang banyak dimanfaatkan orang adalah jenis damar batu dan mata kucing yang merupakan salah satu produk andalan ekspor yang banyak diperoleh diantaranya di pulau Sumatera.
Damar tumbuh secara alami di hutan hujan dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.200 m dpl. Namun di Jawa, tumbuhan ini terutama ditanam di pegunungan. Kayu damar berwarna keputih-putihan, tidak awet, dan tidak seberapa kuat. Di bogor dan di Sulawesi Utara, kayu ini hanya dimanfaatkan sebagai papan yang digunakan di bawah atap. Kerapatan kayunya berkisar antara 380–660 kg/m³. Kayu damar diperdagangkan di Indonesia dengan nama kayu agatis.
Tanaman ini cukup mudah untuk dibudidayakan, seperti tanaman-tanaman kayu yang lainnya. Damar dapat tumbuh pada tempat denga ketinggian diatas 400 dpal. Namun beberapa spesies damar juga ada yang dapat tumbuh dibawah ketinggian tersebut. Kondisi tanah yang dibutuhkan relatif subur serta memiliki solum dengan curah hujan rata-rata 3000-4000 mm per tahun. Pohon ini tidak tahan dengan musim panas, jadi hanya tumbuh di tempat yang banyak hujannya seperti di daerah tropis. Penanamannya biasanya menggunakan model tumpangsari. Saat awal penanaman, pohon damar membutuhkan tanaman peneduh sebagai naungan, biasanya dengan menggunakan tanaman akasia. Bila damar sudah mulai tinggi maka tanaman peneduh tersebut dapat diganti dengan tanaman penyela yang dapat berupa tanaman pangan. Sistem ini sangat dianjurkan, karena pendapatan selama menunggu hingga damar dapat dipanen berasal dari tanaman sela. Tanaman sela disesuaikan dengan rotasi yang ada disekelilingnya. Perawatannya dilakukan bersamaan dengan perawatan tanaman sela.
Tanaman damar (shorea javanica) telah dibudidayakan masyarakat pesisir Kabupaten Lampung Barat (Lambar) sejak zaman Belanda hingga sekarang. Damar menjadi salah satu bagian dari sistem usaha tani masyarakat setempat. Seperti halnya budi daya tanaman lain.

Penyadapan Damar
Penyadapan damar dilakukan dengan cara membuat beberapa buah lubang sadap pada batang pohon dalam bentuk segitiga dan  disusun secara vertical (arah keatas) maupun secara vertical (arah ke samping). Variatifnya jumlah produksi suatu getah dammar disebabkan oleh sebab belum seragamnya cara penyadapan, terutama dalam jumlah, ukuran dan kedalaman lubang sadap yang dibuat pada setiap pohon berdiameter tertentu. Bahkan tidak jarang dijumpai jumlah lubang sadap dan kedalaman yang berlebihan yang tidak sesuai dengan batang pohon yang disadap. Cara penyadapan yang demikian tentunya tidak akan memberikan hasil dammar yang optimal, disamping itu pohonakan terganggu pertumbuhannya. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya perbaikan cara dalam menyadap dammar.
Tujuan dari penyadapan dammar adalah membuka saluran damar sehingga damar keluar dari Pohon . Makin besar dan makin banyak jumlah lubang sadap, maka makin banyak jumlah damar yang keluar dari batang pohon. Tetapi konsekuensinya, bila luka pohon terlalu banyak maka daya tumbuh pohon akan terganggu sehingga pohon hidup merana atau bahkan menjadi tumbang. Dengan demikian perbaikan cara penyadapan yang dimaksudkan disini adalah penyadapan dengan jumlah lubang sadap yang tidak terlalu banyak. Tetapi mampu meningkatkan produksi pada setiap lubang sadap. Ada beberapa alternatif cara penyadapan yang dapat meningkatkan produksi yaitu melalui perlakuan perangsangan baik secara fisik maupun kimia.
Analisis Permintaan
Nilai Ekonomi Damar dan Produksi Indonesia
Ada dua macam damar yang dikenal umum, dengan kualitas yang jauh berbeda. Pertama adalah damar batu, yaitu damar bermutu rendah berwarna coklat kehitaman, yang keluar dengan sendirinya dari pohon yang terluka. Gumpalan-gumpalan besar yang jatuh dari kulit pohon dapat dikumpulkan dengan menggali tanah di sekeliling pohon. Di seputar pohon-pohon penghasil yang tua biasanya terdapat banyak sekali damar batu. Kedua, adalah damar mata kucing; yaitu damar yang bening atau kekuningan yang bermutu tinggi, sebanding dengan kopal, yang dipanen dengan cara melukai kulit pohon. Sekitar 40 spesies dari genus Shorea dan Hopea menghasilkan damar mata kucing, di antaranya yang terbaik adalah Shorea javanica dan Hopea dryobalanoides.
Idealnya, getah damar di-unduh (dipanen) satu bulan sekali, untuk mendapatkan hasil terbaik. Dalam usia satu bulan getah damar sudah dalam kondisi ideal; keras dan tidak lengket. Dalam kondisi seperti inilah getah damar mendapatkan harga tertingginya. Getah damar usia kurang dari satu bulan umumnya kurang keras dan lengket, dalam kondisi seperti ini, biasanya getah damar tersebut dihargai murah. Namun karena desakan ekonomi, kadang-kadang petani mengunduh damarnya pada usia muda.
Jika harga sedang baik satu kilo gram damar bisa mencapai harga Rp.10.000. Jika satu hektar bisa menghasilkan sebanyak 2 kuintal, maka petani bisa mengantongi penghasilan sebesar Rp.2 juta. Jumlah itu sudah sangat berarti mengingat damar bukan satu-satunya sumber penghasilan mereka. Dalam kondisi seperti inilah, masyarakat tani pengelola ghepong damar memandang nilai ekonomi ghepong damar mereka.
                        Gambar 1. Pengelompokkan Getah Damar dalam Berbagai Kualitas
Ketika krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1977-1978, para petani pengelola ghepong damar justru memperoleh nikmat karena, pada saat itu, harga damar satu kilo gram mencapai Rp.15.000. pada saat krisis tersebut, petani pengelola ghepong damar relatif tidak merasakan imbasnya. Mereka malah bisa berpoya-poya menikmati harga damar yang tinggi. Pada waktu itu, justru lebih banyak petani damar yang membeli sepeda motor baru, dibandingkan saat ini.
Rendahnya harga getah damar di tingkat petani tidak terlepas dari terlalu panjangnya mata rantai tata niaga. Mata rantai tata niaga di mulai dari pedagang perantara yang biasanya membeli getah damar dari petani di hutan/pekon. Dari pedagang ini barulah barang dikirim ke eksportir yang menjualnya ke Singapura dan India. Dari Singapura umumnya getah damar Lampung diekspor ke Eropa dan negara Asia Timur lainnya. Sementara itu, dari India, getah damar dijual ke berbagai negara di Timur Tengah. Mengingat panjangnya mata rantai tata niaga, ketika Pemda Lambar mengikuti pameran tunggal Indonesia di Dubai, Uni Emirat Arab, tahun lalu, pengusaha setempat baru tahu jika damar yang selama ini diimpornya dari India ternyata dihasilkan Indonesia. Apalagi produksi getah damar Lampung Barat merupakan terbesar di Indonesia. Diperkirakan sekitar 65 persen volume ekspor getah damar Indonesia berasal dari Lampung Barat. Seiring dengan itu, juga sedang diupayakan agar damar yang diekspor sudah produk olahan berupa vernis dan getah yang sudah dimurnikan menjadi cairan. Untuk itu sedang digagas pengadaan pabrik pengolahan getah damar di Lampung Barat.

Peralatan yang Umum Digunakan Dalam Menyadap Damar
            Peralatan yang digunakan untuk menyadap getah damar pada umumnya terbuat dari bahan – bahan yang merupakan produk hasil hutan seperti rotan dan bagian pohon aren. Jenis dan kegunaan peralatan penyadapan getah adalah sebagai berikut :
1. Pisau Sadap
            Pisau sadap atau biasa disebut kapak patil merupakan kapak kecil yang berbentuk menyerupai hurup T dengan lebar mata pisau sekitar 3 cm dan dapat dilepas serta dipasang dari gagangnya. Gagang kapak terbuat dari kayu dengan panjang kira-kira 15 cm. Mata pisau dan gagangnya dipasang dengan cara diikat menggunakan tali yang terbuat dari rotan. Kapak Patil berfungsi untuk membuat takik/lubang sadap, mengorek dan mengambil hasil damar, serta membuka/memperbarui luka sadap (menghuring).
2. Wadah Penampung Getah Damar
            Wadah penampung getah damar atau disebut tembilung merupakan wadah yeng berbentuk kerucut dengan ukuran diameter 25 cm dan tinggi 30 em. terbuat dari seludang/ pelepah aren atau keranjang berbentuk selinder yang terbuat dari anyaman kulit rotan. Alat ini digunakan untuk menampung damar yang baru dipungut dari lubang sadap.
3. Tali Pemanjat
            Tali pemanjat atau ambon/alit terbuat dari anyaman kulit rotan atau batang rotan berdiameter kecil yang panjangnya sekitar 3- 4 meter. Alat ini berfungsi untuk memanjat dan menyangga/menahan tubuh penyadap sewaktu menyadap dan memperbarui lubang sadap.
4. Keranjang Angkut
            Keranjang angkut atau babalang merupakan wadah damar seperti keranjang berbentuk bulat panjang dan terbuat dari anyaman  rotan dan dilengkapi dengan tali yang terbuat dari kulit kayu agar keranjang dapat digendong seperti ransel. Alat ini dapat memuat sekitar 60 – 75 kg darnar.

Cara Penyadapan Dan Pengumpulan Getah
            Pohon damar mulai disadap pada umur ± 20 tahun atau apabila diameter batangnya telah mencapai 25 cm. Sebelum penyadapan dilaksanakan. kulit batang pnhon damar yang akan disadap dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dikerik, agar di sekitar lubang sadap yang akan dibuat bebas dari kotoran atau tatal kayu yang mungkin akan mengotori getah/resin yang keluar. Setelah pembersihan kulit batang selesai, kemudian dilakukan penyadapan yaitu dengan membuat luka/lubang berbentuk segitiga pada kulit batang, dengan posisi lubang sadap pertama berada sekitar 50 cm di atas permukaan tanah. Ukuran lebar lubang sadap pertama/ muda yang dibuat adalah sekitar 3 cm (tergantung dari lebar mata pisau dari kapak parit yang digunakan) dengan kedalam setebal kulit batang atau sampai batas kambium (sekitar 2 – 2,5 cm). Jumlah lubang yang dibuat pada batang pohon yang baru pertama kali disadap (diameter batang sekitar 25 cm) biasanya sebanyak 2 – 4 tempat yang disusun berderet ke atas dalam satu  jalur, dengan jarak antar luka sadap dalam jalur vertikal sekitar 40 Cm. Ukuran lebar lubang sadap akan bertambah besar seiring dengan seringnya batang pohon disadap. Selain itu jumlah lubang dan jalur sadap akan bertambah pula sejalan dengan bertambahnya ukuran diameter batang pohon yang disadap. Jumlah jalur sadap pada pohon dengan diameter batang 60 – 30 cm adalah sebanyak 4 – 5 buah, dengan jumlah lubang sadap setiap jalur sebanyak 9 – 11 lubang. Beberapa saat setelah kulit batang disadap getah akan keluar, dan getah dibiarkan mengalir dan terkumpul di dalam lubang sadap hingga mengering. Setelah getah dammar mengering kemudian damar dipanen/dikumpulkan.
Periode pemanenan getah biasanya sekitar dia minggu sampai satu bulan setelah penyadapan. Cara pemanenan atau pengumpulan getah dari lubang sadap adalah dengan mengeluarkan/mengorek damar dari lubang sadapmenggunakan kapak patil. kemudian ditampung ke dalam  tembilung. Setelah semua getah dalam lubang sadap terkumpul dalam  tembilung, lubang sadap dibersihkan dari sisa-sisa getah yang mengering dan selanjutnya dilakukan pembaruan luka sadap. Pembaruan luka sadap dilaksanakan dengan membuang/menyayat beberapa milimeter kulit batang dari tepi lubang sadap sebelumnya. Pengumpulan getah dari lubang sedap yang tinggi (tidak terjangkau lagi oleh tangan penyedap) dilakukan dengan cara memanjat pohon dengan menggunakan bantuan alit yang dililitkan pada batang pohon dan tubuh penyadap. Setelah semua damar dalam satu pohon yang dipanen tertampung dalam tembilung, kemudian dimasukkan ke dalam babalang untuk selanjutnya diangkut ketempat pengumpulan.







PENUTUP
Keberhasilan sistem pengelolaan Damar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologi, ekonomi-bisnis, dan sosial-budaya. Faktor ekologi yang paling berpengaruh adalah tempat tumbuh yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman, kemampuan peran dan fungsi ekosistem Damar terhadap ekosistem-ekosistem lainnya, dan keberadaan komposisi jenis yang beraneka ragam. Strategi pengembangan sistem pengelolaan Damar sangat ditentukan oleh aktor organisasi masyarakat petani Damar yang kuat dan mandiri, Damar merupakan salah satu tanaman kayu asli Indonesia yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Damar biasanya dimanfaatkan kayunya karena mempunyai nilai jual yang cukup tinggi, terutama digunakan untuk pertukangan.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar