POTENSI EKONOMI
PEMANFAATAN AGARWOOD SEBAGAI PENGHASIL HASIL HUTAN NON KAYU
Dosen
Pembimbing:
Oleh
:
Muhammad Evin Bustami
131201031
Hut 4A
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha
Kuasa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
paper ini dengan tepat waktu. Adapun
judul dari paper ini adalah “Potensi Ekonomi Pemanfaatan Gaharu (Agarwood) sebagai Penghasil Hasil Hutan Non Kayu”,
yang disusun sebagai salah satu syarat dalam memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan di Program Studi
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan paper ini, tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain
karena berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi dapat teratasi. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si selaku
dosen penanggungjawab mata kuliah ini,
sehingga dalam pelaksanaannya dapat terwujudnya paper
ini.
Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya pembuatan paper ini dan semoga paper ini
bermanfaat tidak hanya bagi mahasiswa
dari Kehutanan Universitas Sumatera Utara saja, namun juga bermanfaat
bagi setiap orang yang membacanya sehingga
penulis dapat memperbaiki laporan ini
agar menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Medan, April
2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI...................................................................................... ....... ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang................................................................................. 1
Jenis-jenis Tumbuhan Penghasil Gaharu dan Penyebarannya....... .. 2
Tujuan
..................................................................................... 2
BAB II ISI
A.
Ide
atau Gagasan
.................................................................... 3
B.
Manfaat
Gaharu ..................................................................... 3
C. Teknologi Pengolahan Gaharu
................................................ 4
D.
Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Gaharu
..................... 6
E. Arti Ekonomi Tanaman Gaharu
.............................................. 8
F.
Analisis
Budidaya Gaharu
........................................................... 8
BAB
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.......................................................................... .......... 11
Saran.................................................................................... ............ 11
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
GAHARU merupakan tanaman yang mempunyai nilai
ekonomi yang sangat tinggi, sehingga sangat tepat apabila dikembangkan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia. Hampir semua bagian pohon gaharu
ini dapat dimanfaatkan untuk bahan baku produk, praktis tidak ada bagian yang
terbuang. Kayu gaharu yang terinfeksi atau disebut gubal mempunyai nilai jual
yang sangat tinggi, sementara gubal gaharu kualitas rendah dapat disuling untuk
produksi minyak dengan harga yang sangat menjanjikan. Daun gaharu dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan teh gaharu. Turunan produk gaharu pun semakin hari
semakin meningkat variasinya, menempatkan pohon gaharu sebagai pohon industri.
Manfaat gaharu diantaranya adalah pewangi rungan,
bahan baku industri parfum ekslusif, bahan baku industri kosmetika, bahan baku
untuk bahan obat (kanker, asmatik, perangsang, dll), bahan HIO (untuk ritual
agama hindu, budha, dan Kong Hu Chu), bahan Kohdoh (jepang), serta daunnya
dimanfaatkan untuk teh hijau (agarwood tea). Harga gubal gaharu bervariasi
tergantung grade (kualitas), harga gubal gaharu grade super di pasar lokal
mencapai Rp 25 jt/kg, sedangkan harga terendah Rp 50 ribu/kg untuk kayu gaharu
yang tidak mengandung resin sama sekali.
Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk yang diiringi
dengan meningkatnya kesejahtreaan hidup dan terjadinya pergeseran gaya hidup (life
style) serta didukung oleh kemajuan IPTEK telah mendorong peningkatan
permintaan akan gubal gaharu dunia. Bersamaan dengan itu, ekspor gaharu
Indonesia juga mengalami peningkatan yang pesat. Menurut data BPS yang di
analisis oleh Asgarin (2001) dalam Parman (2004), ekspor gaharu Indonesia dalam
lima tahun terakhir meningkat rata-rata 51 %.
Selama ini gaharu yang diekspor pada umumnya berasal dari
hutan seluruh Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara
dan Papua. Sebagai akibat permintaan gaharu yang terus menerus meningkat, maka
keberadaan tanaman sebagai penghasil gubal gaharu di dalam kawasan hutan
semakin menurun dan terancam punah, karena dieksploitasi secara berlebihan dan kurang
memperhatikan kaidah kelestarian. Karena itu dalam konferensi CITES IX di
Florida AS tahun 1994, tanaman gaharu disepakati untuk dimasukkan dalam Apendix
II CITES. Dengan masuknya gaharu dalam Appendix II CITES, berarti dalam
kegiatan ekspor gaharu harus mengikiuti ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
CITES sesuai dengan keputusan Presiden No.43 tahun 1987.
Jenis-jenis
Tumbuhan Penghasil Gaharu dan Penyebarannya
Tanaman Gaharu yang menghasilkan gubal gaharu terdiri
dari berbagai jenis, dan umumnya termasuk suku Thymeleaceae. Jenis-jenis
pohon penghasil gaharu yang telah diketahui antara lain: Aquilaria hirta Ridl.,
terdapat di semenanjung Malaya, Sumatera dan Bangka: A. crassna Pierr ex
H. Lee, tersebar di Indo China dan Thailand; A. malaccensis Lamk. Banyak
tersebar di India, Burma, Malaysia, Jawa Barat ,Kalimantan dan Philipina.
Jenis-jenis lainnya seperti A. beccariana van Tiegh. Tersebar di
Malasyia, Sumatera dan Kalimantan; Wikstroemia tenuiramis Miq. Terdapat
di Malaysia dan Kalimantan sedangkan W. polyantha Merr. dijumpai di
Malaysia, Jawa barat dan Kalimantan.
Untuk jenis Enkleia malaccensis Griff, dapat
ditemukan di India, Burma, Semenangjung Malaya, Sumatera, Kalimantan serta
Philipina; Gonystylus bancanus Griff (Miq.) Kurz., G. macropyllus (Miq.)
Airy Show, Aetoxylon sympetalum (Steen & Domke) Airy Show, serta
serta pohon gaharu yang ditemukan di Lombok yakni Girinops verstegii (Gilg)
Domke juga dijumpai di Malaya, sumbawa, NTT, Sulawesi, dan Irian.
Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya ide atau gagasan ini untuk
menjelaskan jenis jenis tumbuhan penghasil gaharu, potensi dan penyebarannya, teknologi produksi dan pengolahannya,
produk turunannya, kualitas dan pemasarannya.
BAB II
ISI
A. Ide
atau Gagasan
Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk
dan warna yang khas, memiliki kandungan damar wangi, berasal dari pohon atau
bagian pohon penghasil gaharu, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi
secara alami atau buatan biasanya pada pohon Aquilaria sp (Thymelaeaceae). Harga satu batang Pohon Agarwood bisa
mencapai beberapa ribu dollar USD per kilogram, makanya pohon ini disebut
sebagai “POHON YANG SANGAT MAHAL DI DUNIA – ”MOST EXPENSIVE TREES IN
THE WORLD”.
Setelah
penyulingan harga minyak gaharu bisa mencapai sekitar 5,000 - 10,000 USD/kg dan
setelah dibuat menjadi cairan extract harganya mampu mencapai lebih dari USD
30,000 atau Rp. 300.000.000,- / Liter.
B. Manfaat
Gaharu
Gaharu ternyata memiliki berbagai khasiat sebagai
obat-obatan antara lain: sebagai anti asmatik, anti mikrobia, stimulan kerja
syaraf dan pencernaan. Dari segi etnobotani di China digunakan sebagai, obat
sakit perut, Aphrodisiac (perangsang nafsu birahi), anodyne (penghilang
rasa sakit), kanker, diare, tersedak, ginjal, tumor paru paru dan lain-lain,
demikian juaga di Eropa gaharu digunakan sebagai obat kanker. Selain itu di
India gaharu juga dikenal sebagai obat tumor usus. Khasiat gaharu untuk
berbagai macam obat tersebut di atas, disebabkan karena gaharu diketahui
mengandung tidak kurang dari 17 macam senyawa antara lain; 3,4-dihydroxydihydroagarufuran,
agaros-pirol, p-methoxybenzylacetone, aquillochin dan noroxoagarufuran.
Pohon Gaharu yang kayunya bewarna putih dan lunak dilihat
dari produk kayunya sendiri termasuk bermutu rendah, karena itu tidak memenuhi
syarat untuk bahan bangunan atau bahan perabot rumah tangga. Namun gaharu
termasuk komoditi yang bernilai tinggi karena produk gubalnya yang mengandung
dammar wangi (aromatic resin). Oleh karena kandungan resin tersebut maka
global gaharu sudah lama diperdagangkan sebagai komoditif ekspor untuk
keperluan industri parfum, kosmetik, hio, setanggi dan obat-obatan.
Negara-negara pengimpor utama antara lain: Singapura, Saudi Arabia, Taiwan, Uni
emirat Arab dan Jepang.
Selain produk gubal yang dihasilkan, bagian lain dari
pohon gaharu seperti
daun dan
buahnya, diyakini oleh sebagian masyarakat sasak berkhasiat sebagai obat
malaria. Selain itu, kulit kayunya yang memiliki serat yang sangat ulet dapat
dibuat talitemali atau produk kerajinan lainnya yang cukup berharga. Meskipun
pengkajian tentang pembudidayaan tanaman gaharu telah lamam dilakukan tapi
teknologi budidaya gaharu termasuk teknologi yang relatif baru dalam bidang
pertanian. Oleh karena itu, dalam rangka pemberdayaan masyarakat perlu
memperhatikan persyaratan-persyaratan dalam penerapannya, yaitu : (1) teknis
bisa dilaksanakan; (2) ekonomis menguntungkan; (3) sosial tidak bertentangan
bahkan menumbuhkan/mendorong motivasi petani atau pengusaha; (4) tidak
mencemari lingkungan bahkan mengkonversi lingkungan yang serasi dan sehat; dan
(5) dapat mendorong pertumbuhan wilayah yang bersangkutan secara berkelanjutan.
Dengan demikian berarti, dalam pengembangan agroforestry
gaharu harus layak bukan hanya dari aspek ekonomi, tapi juga dari aspek teknis,
sosial budaya, lingkungan dan juga dari aspek pembangunan wilayah. Untuk
memenuhi persyaratan tersebut berarti system dan jenis tanaman yang diusahakan
haruslah dipilih sedemikian rupah agar sesuai dengan kondisi sosio-kultural dan
ekonomi masyarakat setempat, lingkungan tempat pengembangan, dan mempunyai
potensi pasar yang jelas.
C.
Teknologi
Pengolahan Gaharu
1.
Teknologi
produksi gubal gaharu
Gubal gaharu (Aromatic resin) berasal dari bagian
pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat
dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon
tersebut dan pada umumnya terjadi pada jenis pohon dari suku Thymeliceae. Pohon
gaharu yang tidak terifeksi oleh suatu mikrobia yang sesuai tidak akan
menghasilkan gubal gaharu.
Di belantara sering dijumpai pohon gaharu yang sudah
sangat tua, diameter sampai mencapai 40 – 150 m tetapi belum dapat menghasilkan
gubal gaharu. Hal ini menggambarkan bahwa untuk terbentuknya gubal gaharu,
perlu adanya mikrobia yang masuk melalui luka sehingga dapat memacu pembentukan
gubal gaharu.
Mikrobia
yang menyebabkan terjadinya pembentukan gaharu pada setiap jenis pohon
gaharu
biasanya berlainan, bahkan ada yang menyebutkan bahwa bagian batang dan akar
mikrobianya berlainan. Keberadaan jamur Cytosphaera mangifera sebagai
hasil isolasi dari gubal yang terbentuk pada batang gaharu A. malaccensis
Lamk. Jamur parasit dari jenis Phialophora parasitica. Jamur
tersebut, kecuali dapat menginfeksi batang pohon yang masih hidup juga dapat
menginfeksi potongan-potongan batang yang sudah mati. Parman, et al (1996)
menemukan mikrobia penyebab terbentuknya gubal gaharu pada pohon ketimunan
yakni cendawan Fusarium lateritium dan Popollaria sp. Kemudian
menemukan teknik inokulasi yang paling efektif dalam memacu terbentuknya gubal,
yakni dengan menggunakan gergaji. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan
produksi gaharu secara artificial
dengan meliputi tiga hal yang perlu dipahami yaitu :
1. Metode
inokulasi
2. Evaluasi
pasca inokulasi
3. Pemanenan
2. Teknologi
inokulasi gaharu
Penyuntikan (inokulasi) yang dimaksudkan disini adalah
memasukkan bibit gubal gaharu untuk memacu pembentukan gubal gaharu. Bibit
gubal gaharu berupa jamur ditumbuhkan pada medium khusus. Untuk mendukung
keberhasilan penyuntikan perlu dilakukan pemilihan pohon yang sesuai. Pohon
yang memenuhi syarat-syarat untuk disuntik adalah pohon yang sudah berbuah,
yaitu pohon yang berumur sekitar 5 - 6 tahun. Pertumbuhan pesat dan subur,
diameter telah mencapai lebih dari 10 cm. Keadaan sekitarnya cukup teduh agar
kelembaban tanah dan udara tetap terpelihara. Bibit gubal gaharu tidak
terkontaminasi oleh jamur lain.
Pertumbuhan jamur yang telah optimal, memenuhi semua
media inokulum.
Bahan dan alat
1. Bahan
Bibit gubal
gaharu, berupa serbuk yang telah ditumbuhi jamur, spritus atau alkohol 70 %,
paku reng, kawat, dan lilin lunak.
2. Alat
Gergaji,
bor, parang, batang besi sepanjang 35 cm, pisau tajam (cutter), corong
seng, serok, hand sprayer, meteran, kuas, palu, dan tang
3. Prosedur
·
Pengukuran
dan pembuatan tanda pada pohon yang akan disuntik
·
Pembuatan
lubang inokulasi
·
Inokulasi
bibit gaharu
·
Penutupan
lubang inokulasi
D.
Pemanenan
dan Penanganan Pasca Panen Gaharu
1.
Tanda-tanda morfologi pohon gaharu yang telah diinokulasi dan siap panen
·
Kulit
batang di sekitar lubang inokulasi berwarna coklat kehitaman, rapuh, apabila
ditarik mudah putus.
·
Jaringan
di sekitar lubang inokulasi berwarna coklat kehitaman atau hitam, jika bagian
batang berwarna hitam diambil dan dibakar akan mengeluarkan bau harum.
·
Batang
yang sudah diinokulasi ditumbuhi tunas adventif dalam jumlah yang cukup banyak
·
Kanopi
pohon yang mempunyai tanda-tanda seperti merana, atau daunnya banyak menguning
dan mengalami kerontokan, sehingga menyebabkan beberapa ranting tidak berdaun.
2. Pemanenan dengan cara bertahap
·
Pemangkasan
tunas adventif
·
Pencuplikan
jaringan kayu yang mengandung gaharu
·
Pengupasan
dan pengerokan gubal gaharu
·
Pemilahan
gaharu menurut kelasnya
·
Pengeringan
gaharu hasil pemilahan
3. Pemanenan dengan cara tebang habis
·
Penebangan
dan pemotongan batang
·
Pembelahan,
pengupasan dan pengerokan gaharu
·
Pembongkaran
akar
Sistem dan
jadwal panen
Sistem dan
jadwal panen akan menentukan arus penerimaan dan periode waktu investasi.
Periode investasi ditentukan oleh jadwal panen tanaman gaharu sebagai pokok.
Jadwal panen ditentukan oleh system panen yang dipilih. Ada dua kemungkinan
system panen gaharu yang dapat dipilih, yaitu :
1. Sistem
panen habis, artinya semua tanaman gaharu yang ditanam pada tahun pertama
akan dipanen habis pada akhir tahun kedelapan. Berarti penyuntikan inokulan
dilakukan pada tahun keenam, karena sejak penyuntikan sampai panen membutuhkan
waktu selama 2 tahun (Dephut, 2002; Parman, 2003). Dengan demikian berarti
periode investasi dipandang berakhir pada akhir tahun kedelapan.
Tanaman-tanaman lain yang belum habis masa panennya pada waktu itu
diperhitungkan sebagai sisa investasi yang dimasukkan dalam arus penerimaan
bersama-sama dengan hasil gaharu.
2. Sistem
panen pilih, artinya tanaman gaharu yang ditanam pada tahun pertama dipanen
secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan tanaman atau
pertimbangan-pertimbangan lain yang telah menguntungkan. Kalau panen misalnya
dijadwalkan rata-rata 25 % sejak tahun kedelapan, berarti jadwal panen dan
periode investasi akan berakhir pada ahun kesebelas. Pada akhir tahun
kesebelas, kemungkinan besar tanaman-tanaman lain seperti kopi dan coklat umur ekonomisnya
belum berakhir. Karena itu sisa dari tanaman-tanaman yang ada juga tetap
diperthitungkan sebagai nilai sisa yang dimasukkan dalam arus penerimaan.
E.
Arti
Ekonomi Tanaman Gaharu
Pohon Gaharu
yang kayunya bewarna putih dan lunak dilihat dari produk kayunya sendiri
termasuk bermutu rendah., karena itu tidak memenuhi syarat untuk bahan bangunan
atau bahan perabot rumah tangga. Namun gaharu termasuk komoditif yang bernilai
tinggi karena produk gubalnya yang mengandung dammar wangi. Oleh karena kandungan
resin tersebut maka global gaharu sudah lama diperdagangkan sebagai komoditif
ekspor untuk keperluan industri parfum, kosmetik, hio, setangi dan obat-obatan.
Negara-negara pengimpor utama antara lain: Singapura, Saudi Arabia, Taiwan, Uni
emirat Arab dan Jepang. Nilai ekonomi glubal gaharu bervariasi tergantung
kelasnya. Penentuan kelas glubal gaharu tersebut didasarkan atas kandungan atau
kadar resin yang dimiliki glubal gaharu tersebut. Ada beberapa kelas glubal
gaharu yang dikenal dalam bisnis/perdagangan glubal gaharu seperti: kelas
super, AB, BC, C1, dan C2. harga glubal gaharu yang berlaku untuk masing –
masing kelas pada saat ini dapat dilihat pada table 1 berikut ini.
Tabel 6.1. Harga glubal gaharu menurut kelas
No. Klasifikasi Harga
per Kg (Rp.)
1 Super
4.000.000 – 5.000.000
2 AB 2.000.000
– 3.000.000
3 BC
1.000.000 – 1.500.000
4 C1
500.000 – 750.00
5 C2 (kemedangan) 100.000 – 250.00
F. Analisis
Budidaya Gaharu
Analisa
biaya dan keuntungan dari budidaya pohon penghasil gaharu, pada luasan tanah :
240
m2, jangka waktu 10 tahun. Dengan jarak tanam 3m x 3m luas tanah
240
m2 (asumsi 12 m x 20 m) cukup ideal ditanami gaharu sebanyak
25
batang.
Berikut
ini adalah perincian biaya dan keuntungan dari budidaya pohon penghasil gaharu:
Harga
Bibit Pohon Gaharu
1.Bibit
anakan tanpa polibag isi: 110 Pohon Harga Rp.400.000,-
2.Bibit
polibag siap tanam isi: 50 Pohon Harga Rp.1.250.000,-
3.Bibit
paket investasi isi: 1 Pohon Harga Rp.500.000,-
4.Serum
( inokulum ) untuk suntik gaharu 1 liter harga Rp.850.000,-
1.
Biaya
Biaya
sendiri kita bedakan menjadi 3 yaitu:
biaya
tahap 1 (pengadaan bibit,penanaman dan perawatan di tahun pertama),
biaya
tahap 2 (perawatan tanaman pada tahun ke-2 sampai tahun ke-7),
biaya
tahap 3 (inokulasi dan perawatan pasca inokulasi tahun ke-8 sampai tahun
ke-10).
a.
Biaya tahap 1 :
-
pembelian bibit 25 btng @ Rp.15.000 = Rp. 375.000
-
pupuk kandang 100 kg @ Rp.500 = Rp. 50.000
-
pestisida (furadan,stiko,dll ) = Rp. 50.000
-
tenaga penanaman = Rp. 200.000
-
tenaga perawatan = Rp. 200.000
JUMLAH
= Rp. 875.000,-
b.
Biaya tahap 2 :
-
pupuk kandang = Rp. 300.000
-
pupuk pabrik = Rp. 300.000
-
pestisida = Rp. 200.000
-
tenaga perawatan = Rp. 500.000
-
Biaya oprasional = Rp. 1.000.000
JUMLAH
= Rp. 2.300.000
c.
Biaya tahap 3:
-
pembelian fusarium sp 25 botol
@Rp.350.000 = Rp.4.375.000,- (Subsidi 50% dari Perusahaan)
-
tenaga inokulan = Rp. 2.500.000
-
tenaga perawatan = Rp. 500.000
-
tenaga panen = Rp. 2.500.000
-
lilin inokulan = Rp.100.000
JUMLAH
= Rp.9.975.000,-
Jumlah
a+b+c = Rp.13.150.000,-
2.
Penerimaan
Dengan
asumsi bahwa tingkat keberhasilan inokulasi adalah 80 %, dari 25 batang
tanaman
cuma menghasilkan 20 batang pohon saja yang bisa dipanen. Satu batang, pohon
gaharu dengan masa inokulasi 3 tahun menghasilkan rata-rata 2 kg gubal, 5 kg
kemedangan, dan 10 kg abu. Sehingga total yang dihasilkan dari 20 batang adalah
40 kg gubal, 100 kg kemedangan, dan 200 kg abu.
A.
GUBAL 40 KG @ RP.5.000.000,- = RP. 200.000.000
B.
KEMEDANGAN 100 KG @ RP.1.000.000 = RP. 100.000.000
C.
ABU 200 KG @ RP.200.000 = RP. 40.000.000
JUMLAH
= RP.340.000.000,-
Jumlah
penerimaan diatas kami ambil dari data harga jual gaharu yang paling rendah,
sedangkan gubal kualitas super harga bisa mencapai Rp.25.000.000/Kg
3.
Keuntungan
Penerimaan – Biaya
= RP. 340.000.000- – RP. 13.150.000- = RP. 326.850.000
jadi
keuntungan yang didapat dari rata rata per pohon
Rp.326.850.000
: 25 = Rp.13.074.000,-
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Gaharu merupakan
tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi, hampir semua bagian
pohon gaharu ini dapat dimanfaatkan untuk bahan baku produk.
2.
Tanaman
Gaharu yang menghasilkan gubal gaharu terdiri dari berbagai jenis, dan umumnya
termasuk suku Thymeleaceae.
3.
Manfaat
gaharu diantaranya adalah pewangi rungan, bahan baku industri parfum ekslusif,
bahan baku industri kosmetika, bahan baku untuk bahan obat, bahan HIO, bahan
Kohdoh (jepang), serta daunnya dimanfaatkan untuk teh hijau (agarwood tea).
4.
Dalam
pengembangan agroforestry gaharu harus layak bukan hanya dari aspek ekonomi,
tapi juga dari aspek teknis, sosial budaya, lingkungan dan juga dari aspek
pembangunan wilayah.
Saran
Seharusnya
pemerintah lebih menyediakan teknologi yang lebih baik dan canggih agar
pemanfaatan gaharu bagi para petani tidak hanya sebatas membudidayakan (menanam
hingga memanen saja), tetapi hingga mengolah gaharu tersebut menjadi produk
yang memiliki nilai tambah (added value)
yang tinggi, layaknya menjalankan arus agribisnis. Sebagai contoh, seperti
menyediakan alat penyuling (destilasi) kepada masyarakat/petani untuk
pengolahan gubal gaharu menjadi minyak gaharu.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Taskirawati, Ira.
2009. Buku Ajar Hasil Hutan Bukan Kayu. Unhas.
Makassar
http://gaharusuper.blogspot.com/2011/12/sepintas-tentang-gaharu.html.[20
Maret 2015][22.00 WIB]
http://rumahnyabisnisgaharu.blogspot.com/2011/05/gaharu.html.[23
Maret 2015]
[22.15]
Winarno, FG dan Agustina,W. 2007. Pengantar Bioteknologi (Revised
Edition).
MBrio Press :Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar