POTENSI KEMENYAN DI INDONESIA
Dosen
Pembimbing:
Dr. Agus Purwoko
Oleh:
Felix Matheus Silalahi
131201037
HUT 4A
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Indonesia
memiliki hutan tropis yang di dalamnya terkandung kekayaan alam yang melimpah.
Pernyataan ini bukan hanya diakui oleh bangsa Indonesia saja, bangsa-bangsa
lain di dunia juga setuju dengan klaim ini bahkan menyebut hutan tropis
Indonesia sebagai mega biodiversity.Sebutan ini diberikan
berdasarkan fakta sebenarnya bahwa Indonesia memiliki luas hutan tropis
terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire (Republic Demokratic Congo)
dimana di dalamnya terkandung keanekaragaman hayati.
Kekayaan
alam yang terkandung di dalam hutan Indonesia seharusnya dapat diandalkan
sebagai modal pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan
makmur. Sejak Indonesia merdeka hutan sudah dimanfaatkan untuk tujuan
pembangunan, namun kenyataanya masih banyak warga Indonesia yang tinggal di
sekitar atau berdekatan dengan hutan hidup di bawah garis kemiskinan. Pada
tahun 2010 sebanyak 64,23% penduduk miskin tinggal di pedesaan yang umumnya
berdekatan dengan hutan. Dengan laju perusakan hutan yang mencapai 1,08 juta ha
per tahun pada tiga tahun terakhir sebagai akibat dari eksploitasi
sumberdaya hutan yang berpaham antroposentris dan timbulnya berbagai konflik di
daerah akibat dari terpinggirkannya masyarakat lokal semakin memperjelas bahwa
ada yang kurang dengan sistem pengelolaan hutan
Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
merupakan upaya yang dicanangkan pemerintah untuk dapat meningkatkan pendapatan
dan kulaitas hidup masyrakat. Untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan
produksi hasil hutan bukan kayu ini pemerintah telah mengeluarkan beberapa
kebijakan terkait upaya pengembangan hasil hutan bukan kayu dimaksud. Dengan
pengembangan hasil hutan bukan kayu baik yang berasal dari kawasan hutan maupun
luar kawasan hutan melalui kebijakan pengembangan HHBK diharapkan mampu
mengurangi ketergantungan pada hasil hutan kayu, meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar hutan dari HHBK serta menumbuhkan kesadaran memelihara
kawasan hutan, meningkatkan devisa sektor kehutanan bukan kayu dan terciptanya
lapangan kerja baru di sektor kehutanan yang berasal dari komoditas HHBK
(Dephut 2009). Selain itu dengan pengembangan hasil hutan bukan kayu ini
diharapkan terjadinya optimalisasi pemanfaatan HHBK, yang meliputi jumlah
jenis, bentuk dan tahap pengolahan serta mutunya dan terjadinya optimalisasi
potensi daerah dalam pengembangan HHBK sebagai alternatif sumber pangan, sumber
bahan obat-obatan, penghasil serat, penghasil getah-getahan dan lainnya yang
dapat meningkatkan ekonomi lokal dan nasional.
Sejalan dengan adanya upaya pemerintah pusat
dalam mengembangkan HHBK, pemerintah daerah mendukung program tersebut dengan
menggali semua potensi yang ada untuk memberikan kesejahteraan pada
masyarakatnya. Humbang Hasundutan salah satu kabupaten yang terdapat di
Provinsi Sumatera Utara, memiliki potensi sumberdaya alam untuk dikembangkan
sebagai salah satu sentra produksi hasil hutan bukan kayu yaitu kemenyan.
Kemenyan adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax spp) melalui proses penyadapan.
Sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu getah kemenyan dapat diolah dan
dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan. Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.35/Menhut/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu, kemenyan ditetapkan sebagai
salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) nabati yang masuk dalam kelompok resin.
Kemenyan (Stryrax sp) yang
termasuk famili Stryraccaceae dari ordo Ebeneles kebanyakkan diusahakan oleh
rakyat Sumatera Utara di tujuh Kabupaten, terutama di Kabupaten Tapanuli Utara,
Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, dan Toba Samosir. Tanaman ini juga
dikembangkan di Dairi, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah meski tidak
terlalu banyak. Sedangkan penghasil kemenyan terbesar masih di Tapanuli Utara
dan Humbang Hasundutan. Di
Kabupaten Humbang Hasundutan sendiri yang merupakan salah satu daerah pemekaran
dari Kabupaten Tapanuli Utara, sebaran tanaman kemenyan ditemukan pada 6
kecamatan dari 10 kecamatan. Kecamatan Dolok Sanggul merupakan kecamatan yang
memiliki hutan dan atau kebun kemenyan paling luas, yaitu 1.618,5 ha diikuti Kecamatan
Sijamapolang dengan luasan 1.150 ha (BPS Kab. Humbahas 2009). Masyarakat di
daerah ini sudah sejak lama mengenal dan mengusahakan kemenyan sebagai sumber
mata pencaharian. Menurut Affandi (2003) pemanfaatan kemenyan sebagai
komoditi yang dapat diperdagangkan sudah berlangsung sejak abab ke-17 dan
dampak dari perdagangan kemenyan tersebut telah nyata dirasakan oleh para
petani dan pedagang lokal. Melalui pengelolaan hutan kemenyan telah mampu
memberikan kontribusi yang besar terhadap ekonomi rumah tangga petani kemenyan,
yaitu sebesar 70%-75%. Namun sampai saat ini pengelolaan dan pengolahan
kemenyan oleh masyarakat masih bersifat tradisional dan belum banyak disentuh
oleh upaya-upaya pengembangan.
Melihat
ketersediaan sumberdaya yang ada, hutan kemenyan ini memiliki potensi yang
sangat besar untuk dikembangkan sebagai sarana meningkatkan pendapatan petani
kemenyan secara langsung dan meningkatkan perekonomian pedesaan secara tidak
langsung. Selain sebagai sumber pendapatan, melalui pengelolaan hutan kemenyan
dapat dijadikan sebagai sarana dalam melestarikan hutan melalui pemberdayaan
masyarakat.
B. Tujuan
1.
sebagai syarat
tugas dari mata kuliah ekonomi sumberdaya hutan.
2.
mengetahui potensi kemenyan yang ada .
PERMASALAHAN
POTENSI KEMENYAN
Sebelumnya telah disampaikan bahwa
Sumatera Utara memiliki dua jenis kemenyan yang telah dikenal, yaitu Styrax
sumatrana ”J.J.SM” atau yang dikenal dengan nama kemenyan toba
dan Styrax benzoin “DRYAND” yang dikenal dengannama
kemenyan durame. Secara umum kedua jenis tersebut dibedakan berdasarkan aroma
yaitu getah kemenyan toba beraroma lebih tajam dibandingkandengan kemenyan
durame. Secara botani kedua jenis tersebut juga dapat dibedakan dari bentuk dan
ukuran daun serta buahnya. Kemenyan durame mempunyai ukuran daun lebih besar
dan berbentuk bulat memanjang (oblongus). Di antara kedua jenis ini,
kemenyan toba lebih banyak diproduksi oleh masyarakatkarena harga jualnya di
pasar lokal lebih tinggi (Sasmuko 1998). Pada awal abad 20-an yaitu sekitar
1910, produksi kemenyan Tapanuli Utara sekitar 1.200 ton, kemudian naik menjadi
sekitar 2.300 ton pada tahun 1930 dan pada tahun 1950 produksi meningkat
menjadi sekitar 3.400 ton. Luas tanaman kemenyan pada tahun 1990 adalah lebih
kurang 22.793 ha. Kabupaten Tapanuli Utara memiliki tanaman paling luas yaitu
21.119 ha dengan produksi sekitar 4.000 ton. Pada tahun 1993 luas tanaman
kemenyan di Tapanuli Utara adalah 17.299 hektar dengan produksi 3.917 ton
(Sasmuko, 2003).
Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan
salah satu kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten
ini resmi terpisah dengan kabupaten induk pada tanggal 25 Pebruari 2003 dengan
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten
Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, dan kabupaten Humbang Hasundutan di
Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Humbang Hasundutan terletak
pada 02001’-02020’ Lintang Utara (LU) dan 98010’-980 38’
Bujur Timur (BT). Kabupaten ini terletak pada bagian tengah Provinsi Sumatera
Utara. Dilihat dari posisi kabupaten lain disekitarnya, sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Samosir, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Tapanuli Utara, sebelah Timur berbatasan Kabupaten Tapanuli Tengah
dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Barat.
Di Kabupaten Humbang Hasundutan
sendiri yang merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Tapanuli
Utara, sebaran tanaman kemenyan ditemukan pada 6 kecamatan dari 10 kecamatan.
Kecamatan Dolok Sanggul merupakan kecamatan yang memiliki hutan dan atau kebun
kemenyan paling luas, yaitu 1.618,5 ha diikuti Kecamatan Sijamapolang dengan
luasan 1.150 ha (BPS Kab. Humbahas 2009). Masyarakat di daerah ini sudah sejak
lama mengenal dan mengusahakan kemenyan sebagai sumber mata pencaharian.
Menurut Affandi (2003) pemanfaatan kemenyan sebagai komoditi yang dapat
diperdagangkan sudah berlangsung sejak abab ke-17 dan dampak dari perdagangan
kemenyan tersebut telah nyata dirasakan oleh para petani dan pedagang lokal. Melalui
pengelolaan hutan kemenyan telah mampu memberikan kontribusi yang besar
terhadap ekonomi rumah tangga petani kemenyan, yaitu sebesar 70%-75%
(Simanjuntak 2000, diacu dalam Nurrochmat 2001). Namun sampai saat ini
pengelolaan dan pengolahan kemenyan oleh masyarakat masih bersifat tradisional
dan belum banyak disentuh oleh upaya-upaya pengembangan.
Getah kemenyan merupakan komoditi
ekspor yang memiliki peminat di pasar internasional. Harga dan peluang pasarnya
yang cukup prospektif seharusnya memberikan motivasi bagi berbagai pihak untuk
mengembangkan tanaman kemenyan ini. Oleh karena itu, kemenyan diharapkan dapat
dijadikan komoditi unggulan dalam pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman.
ANALISIS
PENGEMBANGAN WILAYAH
Dalam
mengembangkan pengelolaan hutan kemenyan diperlukan upaya-upaya atau strategi
pengembangan. Untuk merumuskan dan menghasilkan strategi dimaksud, ada beberapa
cara, perangkat ataupun metode yang dapat dijadikan pilihan termasuk salah
satunya dengan menggunakan Analisis SWOT.
Rangkuti (2008) Analisis SWOT adalah
upaya identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi,
berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang dimana secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Sementara menurut Start dan
Hovland (2004), analisis SWOT merupakan sebuah alat perencanaan strategis yang
klasik. Dengan mempergunakan kerangka kekuatan dan kelemahan faktor internal
serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal, menyediakan sebuah cara yang
sangat sederhana untuk mengkaji strategi terbaik yang dapat diterapkan.
Analisis SWOT didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif harus
memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Dengan bantuan analisis SWOT, perencana menjadi realistis terhadap apa yang
akan dicapai dan pada bagian mana yang harus difokuskan.
Unsur kekuatan
1 Pengelolaan hutan kemenyan merupakan bagian dari budaya
masyarakat.
2 Getah kemenyan merupakan jenis komoditi ekspor.
3 Sumberdaya lahan masih tersedia (sangat luas) untuk
ditanami kemenyan sebagai salah satu upaya meningkatkan produktivitas lahan.
4 Masyarakat memiliki motivasi dan persepsi positif yang
mendukung pengelolaan hutan kemenyan.
5 Dalam memproduksi getah kemenyan tidak menimbulkan ataupun
meninggalkan residu yang dapat merusak lingkungan.
6 Jumlah tenaga kerja masih memenuhi.
7 Akses transportasi dari dan menuju desa dari kecamatan
sangat mendukung (kondisinya relatif baik).
Unsur Kelemahan
1 Kurangnya informasi pasar yang diterima petani kemenyan
2 Harga getah kemenyan yang tidak stabil di tingkat petani.
3 Pengelolaan hutan/kebun kemenyan yang ada sekarang, belum
disertai dengan upaya budidaya.
4 Waktu menghasilkan (panen) dari tanaman kemenyan
membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan komoditi lainnya
seperti kopi.
5 Sumberdaya manusia (pendidikan) masih relatif rendah.
Pemanfaatan kemenyan ini perlu
dipertahankan dan ditingkatkan karena tingginya nilai ekonomi yang diperoleh
dari kemenyan. Pemanfaatan yang terdapat di Kecamatan Pollung mayoritas hanya
memanfaatkan pada penyadapan getah kemenyan saja. Pemanfaatan lain adalah
penggunaan tanaman kemenyan sebagai kayu bakar dan adanya responden menggunakan
getah kemenyan sebagai bahan dalam pengobatan tradisional.
Secara umum, harga yang didapat
petani adalah untuk kualitas 1 (kualitas mata) adalah sekitar Rp.90.000 hingga
Rp.110.000/kg sedangkan kualitas 2 atau kualitas tahir sebesar Rp.40.000 hingga
Rp.60.000/kg. Produktivitas rata-rata getah kemenyan yakni 44,17 kg/ha untuk
kualitas 1 dan 21,56 kg/ha untuk kualitas 2. Biaya produksi sebesar
Rp.25.000/kg.
Pemanfaatan tanaman kemenyan sebagai
kayu bakar dapat dilakukan hanya bila tanaman kemenyan tidak berproduksi lagi
(mati) yang diperkirakan apabila tanaman berumur 60 tahun atau bila terserang
hama. Secara nilai ekonomi tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan karena
hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga yang jumlahnya juga sangat
sedikit. Pemanfaatan lain dari getah kemenyan adalah sebagai bahan dalam
pengobatan tradisional yang sering dipakai oleh dukun kampung atau sering
disebut parmalim yang menggunakan kemenyan sebagai salah satu bahan
pengobatannya
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Kemenyan
merupakan komoditi primadona yang berasal dari Sumatera Utara. Kemenyan jenis
durame (Styrax benzoin) dan kemenyan jenis toba (Styrax sumatrana) yang terdapat di Sumatera Utara.
2. Budidaya
tanaman kemenyan diawali dengan pengambilan benih kemenyan dari pohon induknya.
Kriteria pohon induk kemenyan adalah : bergetah banyak dan berkualitas baik;
bebas hama dan penyakit; berbatang lurus dan silindris; bertajuk normal dan
baik; serta bercabang sedikit dan berbatang bebas cabang relatif tinggi.
3. Permasalahan
yang dalam pemasaran getah kemenyan oleh para petani kemenyan adalah teknik
pemasaran yang masih sangat tradisional yang hanya melibatkan dua atau tiga pelaku
bisnis, sedangkan rantai pemasaran masih kurang teratur sehingga para petani
masih merasa kurang beruntung.
4. Terbatasnya
akses informasi menyebabkan tidak berfungsinya lembaga pemasaran ditingkat petani
serta rendahnya kemampuan menajemen pemasaran petani.
5. Selain
sistem pemasarannya yang masih bersifat tradisional dan belum banyak disentuh
oleh upaya-upaya pengembangan, dalam hal pemasaran petani sering kali kurang
menikmati hasil dari penjualan getah kemenyan.
SARAN
Pentingnya peranan dan
pendampingan dari pemerintah dalam pengelolaan dan akses pemasaran kemenyan
dengan megeluarkan kebijakan-kebijakan berbasis kesejahteraan petani kemenyan,
akan berdampak pada upaya pengembangan dan pengetahuan mekanisme dan pola
pemasaran yang baik bagi para petani kemenyan.
DAFTAR PUSTAKA
http://balithut-aeknauli.org/2014/01/03/potensi-karbon-hutan-rakyat-kemenyan-di-kabupaten- tapanuli-utara/
http://lusiastrisimamora.blogspot.com/2013/01/hasil-hutan-non-kayu-dari-hutan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar