Kamis, 09 April 2015

POTENSI KEMENYAN DI INDONESIA

POTENSI KEMENYAN DI INDONESIA

Dosen Pembimbing:
Dr. Agus Purwoko
Oleh:
Felix Matheus Silalahi
131201037
HUT 4A









PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG  
Indonesia memiliki hutan tropis yang di dalamnya terkandung kekayaan alam yang melimpah. Pernyataan ini bukan hanya diakui oleh bangsa Indonesia saja, bangsa-bangsa lain di dunia juga setuju dengan klaim ini bahkan menyebut hutan tropis Indonesia sebagai mega biodiversity.Sebutan ini diberikan berdasarkan fakta sebenarnya bahwa Indonesia memiliki luas hutan tropis terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire (Republic Demokratic Congo) dimana di dalamnya terkandung keanekaragaman hayati.
            Kekayaan alam yang terkandung di dalam hutan Indonesia seharusnya dapat diandalkan sebagai modal pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Sejak Indonesia merdeka hutan sudah dimanfaatkan untuk tujuan pembangunan, namun kenyataanya masih banyak warga Indonesia yang tinggal di sekitar atau berdekatan dengan hutan hidup di bawah garis kemiskinan. Pada tahun 2010 sebanyak 64,23% penduduk miskin tinggal di pedesaan yang umumnya berdekatan dengan hutan. Dengan laju perusakan hutan yang mencapai 1,08 juta ha per tahun pada tiga tahun terakhir  sebagai akibat dari eksploitasi sumberdaya hutan yang berpaham antroposentris dan timbulnya berbagai konflik di daerah akibat dari terpinggirkannya masyarakat lokal semakin memperjelas bahwa ada yang kurang dengan sistem pengelolaan hutan
Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan upaya yang dicanangkan pemerintah untuk dapat meningkatkan pendapatan dan kulaitas hidup masyrakat. Untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan produksi hasil hutan bukan kayu ini pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait upaya pengembangan hasil hutan bukan kayu dimaksud. Dengan pengembangan hasil hutan bukan kayu baik yang berasal dari kawasan hutan maupun luar kawasan hutan melalui kebijakan pengembangan HHBK diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada hasil hutan kayu, meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan dari HHBK serta menumbuhkan kesadaran memelihara kawasan hutan, meningkatkan devisa sektor kehutanan bukan kayu dan terciptanya lapangan kerja baru di sektor kehutanan yang berasal dari komoditas HHBK (Dephut 2009). Selain itu dengan pengembangan hasil hutan bukan kayu ini diharapkan terjadinya optimalisasi pemanfaatan HHBK, yang meliputi jumlah jenis, bentuk dan tahap pengolahan serta mutunya dan terjadinya optimalisasi potensi daerah dalam pengembangan HHBK sebagai alternatif sumber pangan, sumber bahan obat-obatan, penghasil serat, penghasil getah-getahan dan lainnya yang dapat meningkatkan ekonomi lokal dan nasional.
Sejalan dengan adanya upaya pemerintah pusat dalam mengembangkan HHBK, pemerintah daerah mendukung program tersebut dengan menggali semua potensi yang ada untuk memberikan kesejahteraan pada masyarakatnya. Humbang Hasundutan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara, memiliki potensi sumberdaya alam untuk dikembangkan sebagai salah satu sentra produksi hasil hutan bukan kayu yaitu kemenyan. Kemenyan adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax spp) melalui proses penyadapan. Sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu getah kemenyan dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan. Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu, kemenyan ditetapkan sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) nabati yang masuk dalam kelompok resin.
Kemenyan (Stryrax sp) yang termasuk famili Stryraccaceae dari ordo Ebeneles kebanyakkan diusahakan oleh rakyat Sumatera Utara di tujuh Kabupaten, terutama di Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, dan Toba Samosir. Tanaman ini juga dikembangkan di Dairi, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah meski tidak terlalu banyak. Sedangkan penghasil kemenyan terbesar masih di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Di Kabupaten Humbang Hasundutan sendiri yang merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara, sebaran tanaman kemenyan ditemukan pada 6 kecamatan dari 10 kecamatan. Kecamatan Dolok Sanggul merupakan kecamatan yang memiliki hutan dan atau kebun kemenyan paling luas, yaitu 1.618,5 ha diikuti Kecamatan Sijamapolang dengan luasan 1.150 ha (BPS Kab. Humbahas 2009). Masyarakat di daerah ini sudah sejak lama mengenal dan mengusahakan kemenyan sebagai sumber mata pencaharian. Menurut Affandi (2003) pemanfaatan kemenyan sebagai komoditi yang dapat diperdagangkan sudah berlangsung sejak abab ke-17 dan dampak dari perdagangan kemenyan tersebut telah nyata dirasakan oleh para petani dan pedagang lokal. Melalui pengelolaan hutan kemenyan telah mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap ekonomi rumah tangga petani kemenyan, yaitu sebesar 70%-75%. Namun sampai saat ini pengelolaan dan pengolahan kemenyan oleh masyarakat masih bersifat tradisional dan belum banyak disentuh oleh upaya-upaya pengembangan.
            Melihat ketersediaan sumberdaya yang ada, hutan kemenyan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai sarana meningkatkan pendapatan petani kemenyan secara langsung dan meningkatkan perekonomian pedesaan secara tidak langsung. Selain sebagai sumber pendapatan, melalui pengelolaan hutan kemenyan dapat dijadikan sebagai sarana dalam melestarikan hutan melalui pemberdayaan masyarakat.

B. Tujuan
1.      sebagai syarat tugas dari mata kuliah ekonomi sumberdaya hutan.
            2.  mengetahui potensi kemenyan yang ada .














PERMASALAHAN

POTENSI KEMENYAN
Sebelumnya telah disampaikan bahwa Sumatera Utara memiliki dua jenis kemenyan yang telah dikenal, yaitu Styrax sumatrana ”J.J.SM” atau yang dikenal dengan nama kemenyan toba dan Styrax benzoin DRYAND” yang dikenal dengannama kemenyan durame. Secara umum kedua jenis tersebut dibedakan berdasarkan aroma yaitu getah kemenyan toba beraroma lebih tajam dibandingkandengan kemenyan durame. Secara botani kedua jenis tersebut juga dapat dibedakan dari bentuk dan ukuran daun serta buahnya. Kemenyan durame mempunyai ukuran daun lebih besar dan berbentuk bulat memanjang (oblongus). Di antara kedua jenis ini, kemenyan toba lebih banyak diproduksi oleh masyarakatkarena harga jualnya di pasar lokal lebih tinggi (Sasmuko 1998). Pada awal abad 20-an yaitu sekitar 1910, produksi kemenyan Tapanuli Utara sekitar 1.200 ton, kemudian naik menjadi sekitar 2.300 ton pada tahun 1930 dan pada tahun 1950 produksi meningkat menjadi sekitar 3.400 ton. Luas tanaman kemenyan pada tahun 1990 adalah lebih kurang 22.793 ha. Kabupaten Tapanuli Utara memiliki tanaman paling luas yaitu 21.119 ha dengan produksi sekitar 4.000 ton. Pada tahun 1993 luas tanaman kemenyan di Tapanuli Utara adalah 17.299 hektar dengan produksi 3.917 ton (Sasmuko, 2003).
Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten ini resmi terpisah dengan kabupaten induk pada tanggal 25 Pebruari 2003 dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, dan kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada 02001’-02020’ Lintang Utara (LU) dan 98010’-980 38’ Bujur Timur (BT). Kabupaten ini terletak pada bagian tengah Provinsi Sumatera Utara. Dilihat dari posisi kabupaten lain disekitarnya, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Samosir, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara, sebelah Timur berbatasan Kabupaten Tapanuli Tengah dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Barat.
Di Kabupaten Humbang Hasundutan sendiri yang merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara, sebaran tanaman kemenyan ditemukan pada 6 kecamatan dari 10 kecamatan. Kecamatan Dolok Sanggul merupakan kecamatan yang memiliki hutan dan atau kebun kemenyan paling luas, yaitu 1.618,5 ha diikuti Kecamatan Sijamapolang dengan luasan 1.150 ha (BPS Kab. Humbahas 2009). Masyarakat di daerah ini sudah sejak lama mengenal dan mengusahakan kemenyan sebagai sumber mata pencaharian. Menurut Affandi (2003) pemanfaatan kemenyan sebagai komoditi yang dapat diperdagangkan sudah berlangsung sejak abab ke-17 dan dampak dari perdagangan kemenyan tersebut telah nyata dirasakan oleh para petani dan pedagang lokal. Melalui pengelolaan hutan kemenyan telah mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap ekonomi rumah tangga petani kemenyan, yaitu sebesar 70%-75% (Simanjuntak 2000, diacu dalam Nurrochmat 2001). Namun sampai saat ini pengelolaan dan pengolahan kemenyan oleh masyarakat masih bersifat tradisional dan belum banyak disentuh oleh upaya-upaya pengembangan.
Getah kemenyan merupakan komoditi ekspor yang memiliki peminat di pasar internasional. Harga dan peluang pasarnya yang cukup prospektif seharusnya memberikan motivasi bagi berbagai pihak untuk mengembangkan tanaman kemenyan ini. Oleh karena itu, kemenyan diharapkan dapat dijadikan komoditi unggulan dalam pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman.
               
ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH
            Dalam mengembangkan pengelolaan hutan kemenyan diperlukan upaya-upaya atau strategi pengembangan. Untuk merumuskan dan menghasilkan strategi dimaksud, ada beberapa cara, perangkat ataupun metode yang dapat dijadikan pilihan termasuk salah satunya dengan menggunakan Analisis SWOT.
Rangkuti (2008) Analisis SWOT adalah upaya identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi, berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang dimana secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Sementara menurut Start dan Hovland (2004), analisis SWOT merupakan sebuah alat perencanaan strategis yang klasik. Dengan mempergunakan kerangka kekuatan dan kelemahan faktor internal serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal, menyediakan sebuah cara yang sangat sederhana untuk mengkaji strategi terbaik yang dapat diterapkan. Analisis SWOT didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif harus memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Dengan bantuan analisis SWOT, perencana menjadi realistis terhadap apa yang akan dicapai dan pada bagian mana yang harus difokuskan.
Unsur kekuatan
1 Pengelolaan hutan kemenyan merupakan bagian dari budaya masyarakat.
2 Getah kemenyan merupakan jenis komoditi ekspor.
3 Sumberdaya lahan masih tersedia (sangat luas) untuk ditanami kemenyan sebagai salah satu upaya meningkatkan produktivitas lahan.
4 Masyarakat memiliki motivasi dan persepsi positif yang mendukung pengelolaan hutan kemenyan.
5 Dalam memproduksi getah kemenyan tidak menimbulkan ataupun meninggalkan residu yang dapat merusak lingkungan.
6 Jumlah tenaga kerja masih memenuhi.
7 Akses transportasi dari dan menuju desa dari kecamatan sangat mendukung (kondisinya relatif baik).
Unsur Kelemahan
1 Kurangnya informasi pasar yang diterima petani kemenyan
2 Harga getah kemenyan yang tidak stabil di tingkat petani.
3 Pengelolaan hutan/kebun kemenyan yang ada sekarang, belum disertai dengan upaya budidaya.
4 Waktu menghasilkan (panen) dari tanaman kemenyan membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan komoditi lainnya seperti kopi.
5 Sumberdaya manusia (pendidikan) masih relatif rendah.
Pemanfaatan kemenyan ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan karena tingginya nilai ekonomi yang diperoleh dari kemenyan. Pemanfaatan yang terdapat di Kecamatan Pollung mayoritas hanya memanfaatkan pada penyadapan getah kemenyan saja. Pemanfaatan lain adalah penggunaan tanaman kemenyan sebagai kayu bakar dan adanya responden menggunakan getah kemenyan sebagai bahan dalam pengobatan tradisional.
Secara umum, harga yang didapat petani adalah untuk kualitas 1 (kualitas mata) adalah sekitar Rp.90.000 hingga Rp.110.000/kg sedangkan kualitas 2 atau kualitas tahir sebesar Rp.40.000 hingga Rp.60.000/kg. Produktivitas rata-rata getah kemenyan yakni 44,17 kg/ha untuk kualitas 1 dan 21,56 kg/ha untuk kualitas 2. Biaya produksi sebesar Rp.25.000/kg.
Pemanfaatan tanaman kemenyan sebagai kayu bakar dapat dilakukan hanya bila tanaman kemenyan tidak berproduksi lagi (mati) yang diperkirakan apabila tanaman berumur 60 tahun atau bila terserang hama. Secara nilai ekonomi tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan karena hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga yang jumlahnya juga sangat sedikit. Pemanfaatan lain dari getah kemenyan adalah sebagai bahan dalam pengobatan tradisional yang sering dipakai oleh dukun kampung atau sering disebut parmalim yang menggunakan kemenyan sebagai salah satu bahan pengobatannya







KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
1.      Kemenyan merupakan komoditi primadona yang berasal dari Sumatera Utara. Kemenyan jenis durame (Styrax benzoin) dan kemenyan jenis toba (Styrax sumatrana) yang terdapat di Sumatera Utara.
2.      Budidaya tanaman kemenyan diawali dengan pengambilan benih kemenyan dari pohon induknya. Kriteria pohon induk kemenyan adalah : bergetah banyak dan berkualitas baik; bebas hama dan penyakit; berbatang lurus dan silindris; bertajuk normal dan baik; serta bercabang sedikit dan berbatang bebas cabang relatif tinggi.
3.      Permasalahan yang dalam pemasaran getah kemenyan oleh para petani kemenyan adalah teknik pemasaran yang masih sangat tradisional yang hanya melibatkan dua atau tiga pelaku bisnis, sedangkan rantai pemasaran masih kurang teratur sehingga para petani masih merasa kurang beruntung.
4.      Terbatasnya akses informasi menyebabkan tidak berfungsinya lembaga pemasaran ditingkat petani serta rendahnya kemampuan menajemen pemasaran petani.
5.      Selain sistem pemasarannya yang masih bersifat tradisional dan belum banyak disentuh oleh upaya-upaya pengembangan, dalam hal pemasaran petani sering kali kurang menikmati hasil dari penjualan getah kemenyan.

SARAN
 Pentingnya peranan dan pendampingan dari pemerintah dalam pengelolaan dan akses pemasaran kemenyan dengan megeluarkan kebijakan-kebijakan berbasis kesejahteraan petani kemenyan, akan berdampak pada upaya pengembangan dan pengetahuan mekanisme dan pola pemasaran yang baik bagi para petani kemenyan.






DAFTAR PUSTAKA

http://lusiastrisimamora.blogspot.com/2013/01/hasil-hutan-non-kayu-dari-hutan.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar