MakalahEkonomiSumberDayaHutan Medan,Maret2015
NILAI EKONOMI ECENG
GONDOK
DosenPembimbing :
Oleh :
Samrenta Defina Sianturi
NIM 131201018
HUT 4A
PROGRAM
STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah
Nilai Ekonomi Eceng Gondok yang
merupakan salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Agribisnis Tanaman
Hutan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi
Sumber Daya Hutan Agus Purwoko, S.Hut., M.Si yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti perkuliahan Agribisnis Tanaman
Hutan.
Dalam penulisan
makalah ini, masih banyak kesalahan yang terjadi baik dalam penulisan maupun
penyajiannya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata
semoga makal ah ini berguna bagi kita semua. Atas kesempatan yang
diberikan kepada penulis, penulis mengucapkan terima
kasih.
Medan, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang.............................................................................................1
1.1.
Tujuan Penulisan..........................................................................................4
1.2.
Rumusan
Masalah........................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
2. Deskripsi Eceng Gondok..............................................................................5
2.1. Manfaat dan
Potensi Tanaman Eceng Gondok............................................7
2.2.
Prospek Ekonomi
Eceng Gondok
1.
Eceng gondok sebagai komoditi kerajinan.............................................9
2.
Eceng gondok
sebagai pupuk Kompos................................................11
3.
Eceng Gondok
Sebagai Briket.............................................................13
4. Eceng Gondok Sebagai Obat Herbal....................................................14
5. Eceng Gondok Sebagai Pakan Ternak.................................................14
6. Bahan Baku Pulp dan Kertas................................................................14
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan................................................................................................15
3.2.
Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di
sekitar alam lingkungan hidup kita.Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja
seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya. Contoh
dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan
dan banyak lagi lainnya.
Agar sumber daya alam dapat bermanfaat dalam waktu yang panjang maka
hal-hal berikut sangat perlu dilaksanakan:Sumber daya alam harus dikelola untuk
mendapatkan manfaat yang maksimal, tetapi pengelolaan sumber daya alam harus
diusahakan agar produktivitasnya tetap berkelanjutan; Eksploitasinya harus di
bawah batas daya regenerasi atau asimilasi sumber daya alam; Diperlukan
kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada agar dapat lestari
dan berkelanjutan dengan menanamkan pengertian sikap serasi dengan
lingkungannya.
Di dalam pengelolaan sumber daya alam hayati perlu adanya pertimbangan-pertimbangan
teknologi yang dipakai tidak sampai merusak kemampuan sumber daya untuk
pembaruannya, Sebagian hasil panen harus digunakan untuk menjamin pertumbuhan
sumber daya alam hayati, dampak negatif pengelolaannya harus ikut dikelola,
misalnya dengan daur ulang, pengelolaannya harus secara serentak disertai
proses pembaruannya.
Ekologi
adalah suatu kajian studi terhadap hubungan timbal balik (interaksi) antar
organism (antar makhluk hidup) dan antara organism (makhluk hidup) dengan
lingkungannya. Faktor-faktor pembatas ekologis ini perlu diperhitungkan agar
pembangunan membawa hasil yang lestari.Hubungan antara pengawetan ekosistem dan
perubahan demi pembangunan demi pembangunan ada tiga prinsip yang perlu
diperhatikan, yaitu: Kebutuhan untuk memperhatikan kemampuan untuk membuat
pilihan penggunaan sumber alam di masa depan, Kenyataan bahwa penyelamatan
masyarakat biotis dan sumber alam yang khas merupakan langkah pertama yang
logis dalam pembangunan daerah baru, dengan alasan bahwa sumber alam tersebut
tak dapat digantikan dalam arti pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia, dan
kontribusi jangka panjang terhadap pemantapan dan produktivitas daerah.
Hampir setiap waktu sumber daya alam ini tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Untuk
menjamin keberlanjutan fungsi layanan sosial-ekologi alam dan keberlanjutan
sumberdaya alam dalam cakupan wilayah yang lebih luas maka pendekatan
perencanaan SDA dengan instrumen penataan ruang harus dilakukan dengan
mempertimbangkan bentang alam dan kesatuan layanan ekosistem, endemisme dan
keterancaman kepunahan flora-fauna, aliran-aliran energi sosial dan kultural, kesamaan
sejarah dan konstelasi geo-politik wilayah.Dengan pertimbangan-pertimbangan ini
maka pilihan-pilihan atas sistem budidaya, teknologi pemungutan/ekstraksi SDA
dan pengolahan hasil harus benar-benar mempertimbangkan keberlanjutan ekologi
dari mulai tingkat ekosistem lokal sampai ekosistem regional yang lebih luas.
Dengan pendekatan ekosistem yang diperkaya dengan perspektif kultural
seperti ini tidak ada lagi “keharusan” untuk menerapkan satu sistem PSDA untuk
wilayah yang luas. Hampir bisa dipastikan bahwa setiap ekosistem bisa jadi akan
membutuhkan sistem pengelolaan SDA yang berbeda dari ekosistem di wilayah lain.
ekosistem yang dianggap “buruk” dengan pengelolaan yang tepat, justru dapat
menjadi penyelamat ekosistem lain. contoh yang dibawakan dalam makalah ini
adalah tumbuhan Eceng Gondok.
Eceng gondok adalah salah satu
tumbuhan air yang dapat dengan mudah kita temui di kolam kolam dangkal, rawa,
dan sungai di seluruh perairan Indonesia. Eceng gondok sendiri sebenarnya
memiliki fungsi sebagai penyerap residu dari pestisida dan penangkap polutan
logam berat yang terbawa ke air. Namun karena kecepatan tumbuhnya yang sangat
tinggi, tumbuhan ini seringkali dianggap sebagai gulma.Eceng
gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap
sebagai gulma yang
dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui
saluran air ke badan air lainnya.
Tumbuhan ini bisa menyumbat aliran
sungai, mengganggu kelancaran transportasi air karena penyebarannya yang
menutup seluruh area permukaan air, serta mempercepet proses pendangkalan
karena eceng gondok yang mati akan tenggelam ke dasar sungai. Dampak buruk
lainnya dari eceng gondok ini adalah berkurangnya debit air karena digunakan
sebagai makanan bagi daun daunnya yang lebar yang tumbuh dengan sangat cepat.
Karena beberapa hal inilah banyak yang menganggap eceng gondok sebagai sampah
dan gulma, namun sebenarnya sampah ini dapat diolah sebagai sesuatu yang
bernilai dan menguntungkan.Pertumbuhan
eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang
tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO).
Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi
pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan
bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada
musim kemarau.
Banyak orang mengenal tanaman enceng gondok atau dalam bahasa latin bernama
Eichornia crassipes, merupakan gulma bagi tanaman disawah. Selain sebagai gulma
dalam jumlah besar enceng gondok akan mengakibatkan pendangkalan pada perairan
seperti danau dan kolam.Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok
antara lain, meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui
daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya
yang cepat, menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga
menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved
Oxygens), tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan
sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan, mengganggu lalu lintas
(transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih
tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah
lainnya, meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia, menurunkan
nilai estetika lingkungan perairan, dikenal sebagai tanaman gulma air, karena
pertumbuhannya yang begitu cepat sehingga menutupi permukaan air, menimbulkan
permasalahan lingkungan lainnya, seperti cepatnya penguapan perairan.
Eceng
gondok yang memiliki nama ilmiah Eichornia crassipes merupakan tumbuhan air dan
lebih sering dianggap sebagai tumbuhan pengganggu perairan. Eceng gondok
memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat. Dalam tempo 3–4 bulan saja,
eceng gondok mampu menutupi lebih dar 70% permukaan danau. Cepatnya pertumbuhan
eceng gondok dan tingginya daya tahan hidup menjadikan tumbuhan ini sangat
sulit diberantas. Pada beberapa negara, pemberantasan eceng gondok secara
mekanik, kimia dan biologi tidak pernah memberikan hasil yang optimal. Ada juga
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa eceng gondok berpotensi menghilangkan
air permukaan sampai 4 kali lipat jika dibandingkan dengan permukaan terbuka.
Dari
berbagai hasil penelitian, eceng gondok terbukti mampu menyerap zat kimia baik
yang berasal dari limbah industri maupun rumah tangga (domestik). Karena
kemampuannya itu, eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk mengolah limbah kedua
sumber tersebut (industri dan rumah tangga) secara biologi.
Pertumbuhan populasi eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan
pendangkalan ekosistem perairan dan tertutupnya sungai serta danau.Selain sisi
gelapnya, tumbuhan yang aslinya berasal dari Brazil ini juga ternyata memiliki
sisi terangnya. Beberapa penelitian menunjukkan, eceng gondok dapat
menetralisir logam berat yang terkandung dalam air. Pada beberapa daerah, eceng
gondok bermanfaat sebagai bahan baku kerajinan tangan. Karena kandungan
seratnya yang tinggi, eceng gondok bahkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri. Di Thailand, eceng gondok sudah menjadi komoditi petani, dibuat
plot-plot seperti pencetakan sawah-sawah di Jawa. Di negara gajah putih ini,
eceng gondok juga telah menjadi bahan baku industri kerajinan rakyat.
1.1. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi syarat tugas yang
telah di berikan oleh Dosen Mata Kuliah.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa manfaat dan potensi dari tanaman Eceng Gondok?
2. Bagaimana prospek pengembangan pemanfaatan (pengelolaan)
secara ekonomi yang bisa didapat dari tanaman Eceng Gondok?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Deskripsi
Eceng Gondok
Eceng gondok atau enceng gondok jenis tumbuhan air
mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di
Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal
dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal
dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe. Eceng gondok
pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl
Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada
tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng
gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap
sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah
menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang
berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang.
Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal
tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau.
Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung.
Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan
berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang
ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH,
temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat
terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang
kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam
(tinggi)pada lingkunganvdapat menghambat pertumbuhan tanaman eceng gondok
seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana
eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan
garam naik pada musim kemarau.
Akibat Negatif
Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain:Meningkatnya
evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman),
karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat, menurunnya
jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya
tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens), tumbuhan eceng
gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat
terjadinya proses pendangkalan, mengganggu lalu lintas (transportasi) air,
khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai
seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya, meningkatnya
habitat bagi vektor penyakit pada manusia, menurunkan nilai estetika lingkungan
perairan.
Cara Penanggulangan
Eceng Gondok
Karena Eceng gondok dianggap sebagai gulma yang
mengganggu maka berbagai cara dilakukan untuk menanggulanginya.
Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain:Menggunakan
herbisida, mengangkat eceng gondok tersebut secara langsung dari lingkungan
perairan, menggunakan predator (hewan sebagai pemakan eceng gondok), salah
satunya adalah dengan menggunakan ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella)
atau ikan koan. Ikan grass carp memakan akar eceng gondok, sehingga
keseimbangan gulma di permukaan air hilang, daunnya menyentuh permukaan air
sehingga terjadi dekomposisi dan kemudian dimakan ikan. Cara ini pernah
dilakukan di danau Kerinci dan berhasil mengatasi eceng gondok di danau
tersebut, memanfaatkan eceng gondok tersebut, misalnya sebagai bahan pembuatan
kertas, kompos, biogas, perabotan, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan
bagi jamur merang, dan lain sebagainya.Laju pertumbuhan enceng gondok di
perairan sangat cepat dan tidak terkendali, hal ini dapat menimbulkan banyak
sekali kerugian yakni mengurangi produktivitas badan air ( mengambil ruang, mengambil
unsur hara yang juga dibutuhkan oleh
ikan ). Oleh karena itu banyak upaya dilakukan untuk memberantasnya walaupun
amat sulit karena pertumbuhannya yang amat cepat.
2.1. Manfaat
dan Potensi Tanaman Eceng Gondok
Meski seringkali dianggap sebagai gulma yang mengganggu populasi dalam
suatu ekologi, namun Eceng Gondok ternyata memiliki banayak manfaat dan
berpotensi memberikan keuntungan secara ekologi dan ekonomi.
a.) Manfaat Eceng Gondok
Memanfaatkan eceng gondok tersebut, misalnya sebagai bahan pembuatan
kertas, kompos, biogas, perabotan, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan
bagi jamur merang, dsb. Pembersih Polutan Logam Berat eceng gondok dilaporkan
juga mampu menyerap residu pestisida.
Secara alamiah sebenarnya enceng gondok dapat berfungsi
untuk mengurangi kandungan logam berat - Fe,Zn,Cu,Hg - yang ada di perairan.Beberapa logam berat yang sering mencemari ekosistem perairan
diantaranya Fe, Mg, Mn, Pb, dan Ni.
Dengan demikian tanaman ini sebenarnya dapat berfungsi untuk membersihkan air
dari limbah atau racun yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan di sektor
pertanian dan manufaktur misalnya, pestisida dan limbah pabrik. Enceng gondok
dikenal sebagai tanaman yang mempunyai kadar selulose besar. Oleh karena itu dengan
sedikit inovasi sebenarnya tanaman tersebut dapat diproses menjadi bahan bakar
alternatif dan kompos.
Beberapa
logam berat yang sering mencemari ekosistem perairan diantaranya Fe, Mg, Mn,
Pb, dan Ni.
Di sisi lain eceng gondok dapat juga di manfaatkan secara
komersial. Enceng gondok dapat dibuat barang-barang seperti; tas, sepatu,
sandal, keranjang, tempat tissue, bahkan juga mebel seperti kursi, meja dan
sofa besar. Namun sampai saat ini memang belum banyak pengrajin atau pengusaha
yang memanfaatkan enceng gondok tersebut untuk tujuan-tujuan komersial.
Sesuai dengan jenisnya, tanaman eceng gondok ada yang
dapat dikonsumsi dan tidak dapat dikonsumsi :
1.Genjer, umumnya ditemukan di daerah persawahan.
Masyarakat biasa mengambil daun muda dan bunga kuncupnya sebagai sayur.
2. Enceng Gondok, tumbuh mengapung di perairan di sekitar
persawahan atau jalur aliran sungai. Tanaman jenis ini ini tidak bisa
dikonsumsi.
b.) Potensi Eceng Gondok
Meskipun tumbuhan yang lebih sering dianggap sebagai
tumbuhan pengganggu kawasan perairan ini memiliki banyak dampak negatif,
ternyata eceng gondok memiliki berbagai manfaat, diantaranya: Eceng gondok
mampu menetralkan limbah rumah tangga dan industri, menyerap uranium dan
mercirium, dua zat yang sangat berbahaya bila mencemari perairan, pembersih
polutan logam berat
Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan,
tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Dalam waktu
24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel
(Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu
tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni
0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur
dengan logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat
diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam
Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen, mampu menyerap residu
pestisida, Eceng gondok dapat diolah menjadi bahan pembuatan kertas, kompos,
biogas, perabotan, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan bagi jamur
merang, Eceng gondok kaya asam humat yang menghasilkan Senyawa Fitohara yang
mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman, Eceng gondok dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik.
Enceng gondok ternyata
merupakan sumber lignoselulosa yang dapat dikonversi menjadi produk yang lebih
berguna, seperti pakan ternak. Namun pemanfaatan enceng gondok sebagai pakan
mempunyai beberapa kelemahan, antara lain : kadar airnya tinggi, teksturnya
halus, banyak mengandung hemiselulosa dan proteinnya sulit dicerna. Oleh karena
itu perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu baik pengolahan fisik, kimia,
biologi maupun kombinasinya.
Banyak
potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dari tanaman Aceng Gondok. Beberapa
contoh diantaranya, Bahan Baku Pulp dan Kertas, bahan baku pupuk, pakan ternak, kerajinan tangan, pembuatan briket,
sebagai bahan pembuatan obat herbal, dan lain sebagainya.
2.2. Prospek
Ekonomi Eceng Gondok
Banyaknya potensi alam tanaman enceng gondok dan peluang
ekonomi yang cukup menjanjikan membuat sentra kerajinan enceng gondok
dibeberapa tempat. Hanya perlu lebih diintensifkan lagi agar meningkatkan
ekonomi bisnis usaha kecil dan rumah tangga. Peluang usaha kerajinan enceng
gondok semakin menemukan tempatnya, seiring dengan pengembangan kerja sama
industri kerajinan dan mebel berbasis bahan baku eceng gondok antara Indonesia
dengan Pemerintah Mesir.Pengembangan bisnis kerajinan enceng gondok selain
ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama kelompok Bisnis
Usaha Kecil Dan Menengah(UKM) juga bermanfaat dalam mendukung lingkungan hidup
daerah sekitar.
Di bawah ini beberapa contoh pengembanagn (Pengelolaan)
dari tanaman Eceng gondok yang dapat memberikan keuntungan besar :
1. Eceng
gondok sebagai komoditi kerajinan
Dengan serat batang daun yang cukup kuat, setelah dikeringkan tanaman eceng
gondok ini dapat diubah menjadi berbagai jenis kerajinan yang memiliki nilai eksotisme
dan nilai jual tinggi seperti tas jinjing, sendal, dompet, hiasan dinding,
taplak meja, dan lain sebagainya sesuai dengan kreatifitas para pengrajin.
Barang barang tersebut bahkan mampu menjadi salah satu komoditi eksport yang
diminati berbagai negara di eropa, Australia, Amerika, dan beberapa negara
lainnya seperti Arab Saudi dengan nilai jual berkisar antara 20 ribu sampai 200
ribu bahkan lebih tergantung kerumitan model dan variasi bentuk.
Cara Membuat:
a.Pengumpulan:
Pengumpulan eceng gondok ini sebenarnya menjadi pekerjaan mulia karena bisa
membersihkan sungai sekaligus mencegah banjir yang mungkin datang karena akibat
yang kontra produktif tanaman eceng gondok ini.
b.
Pencucian:
Cara mencuci eceng gondok ini cukup disemprot dengan air bersih dan dirontokkan
kotorannya dengan cara dibanting-banting. Pencucian bisa dilakukan di lokasi
pengumpulan enceng gondok agar tidak mengotori angkutan yang akan membawanya ke
tempat produksi tas.
c.
Pemisahan
Dari Tangkai: Setelah sampai di lokasi pengrajin, eceng gondok mulai
dipilah-pilah. Pemilahan antara daun dan batang ini diperlukan untuk
mengklasifikasikan bahan yang akan digunakan sebagai pembuat tas atau kerajinan
lainnya. Pemisahan bisa dilakukan dengan cara memotong menggunakan gunting kain
yang kuat atau dengan pisau. Karena keuletan dan kerasnya enceng gondok sulit
untuk dipatahkan dengan tangan biasa.
d.
Pengeringan
Enceng Gondok: Apabila sedang musim kemarau maka pengeringan ini bisa berjalan
dengan lancar dan waktunya cukup singkat. Hal ini Berbeda ketika musim hujan
yang pengeringannya berjalan sangat lama dan tidak mudah.Pada beberapa industri
kecil pembuatan kerajinan dari eceng gondok juga dilakukan pengeringan dengan
cara diasap atau diletakkan dalam ruangan pengering. Tetapi cara ini tetap kurang
efektif dan kurang disukai karena kualitas eceng gondok akan menurun dibanding
dengan proses pengeringan alami.
e.
Penganyaman
Eceng Gondok: Batang biasanya dianyam terlebih dahulu setelah kering, sebelum
digunakan sebagai bahan baku pembuatan tas, sepatu, dan aksesori lainnya.
Penganyaman ini bisa berbentuk lilitan kecil ataupun anyaman sedang.
f.
Membuat
Pola: Sebelum memotong dan membentuk anyaman yang telah dibuat, maka terlebih
dahulu pengrajin perlu membuat pola produk yang akan dihasilkan, bisa membuat pola
tas ataupun sepatu dan aksesori lainnya. Pembuatan pola ini diaplikasikan pada
kertas koran atau cukup digambar apabila pola nanti berfungsi untuk membentuk
anyaman enceng gondok.
g.
Finishing:
Dari pola yang telah dibuat maka lembaran anyaman enceng gondok bisa digunting
sesuai pola tersebut. Untuk pola yang berbentuk aksesori lilit bisa langsung
dilihat dan diaplikasikan dalam anyaman yang tengah dilakukan. Setelah produk
sudah terbentuk, maka selanjutnya kita bisa mewarnai atau melakukan finishing dengan
cat atau fernis. Tas atau sepatu dari enceng gondok bisa dibiarkan sesuai serat
yang dihasilkannya atau bisa juga dilukis dengan berbagai macam corak.
Beberapa
hasil kerajinan dari eceng gondok :
2. Eceng
gondok sebagai pupuk Kompos
Selain dapat dirubah sebagai berbagai jenis barang yang cantik dan eksotis,
eceng gondok juga dapat dirubah menjadi pupuk organik dengan kualitas tinggi.
Eceng gondok sendiri mengandung senyawa fitohara yang dapat mempercepat
pertumbuhan akar sehingga tanaman dapat tumbuh lebih cepat dan lebih baik.
Bahkan penelitian yang dilakukan di Laboratorium Pertanian Pesantren Alam
Bubohu tentang evektifitas tanaman eceng gondok sebagai pupuk organik
mendapatkan hasil yang sangat menakjubkan.
Tanaman yang baru berusia 5 bulan sudah mampu
menghasilkan 10 kg ketela jika dipupuk menggunakan eceng gondok, padahal
lazimnya ketela sebanyak itu baru bisa diperoleh pada usia 9 bulan. 1 hektar
lahan yang biasanya menghasilkan 20 – 30 kg ketela juga akan mendapatkan hasil
hampir 100 kg jika dipupuk menggunakan eceng gondok.
Ada banyak senyawa asam humat dalam kandungan pupuk
kompos eceng gondok. Senyawa asam humat adalah senyawa yang dapat menghasilkan
fitohormon yang mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman. Sehingga membantu
pertumbuhan tanaman.
Cara membuat:
Bahan:
•1 Ton eceng
gondok kadar air 60%
•250 Kg
Kotoran ternak
•10 Kg
Dolomit (opsional)
•2,5 Kg
STARDEC
|
Alat:
• Golok /
mesin pencacah
• Pacul
• Bambu
Belah panjang 1.5 meter
|
Prosedur:
•Cacah eceng gondok
dengan golok / mesin pencacah
•Jemur eceng gondok
hingga kadar air menjadi 60% - ditandai dengan tidak adanya air keluar dari
eceng gondok ketika diperas dengan tangan
•1 ton eceng gondok
yang sudah dikeringkan ini siap untuk pengolahan selanjutnya
•Buat kandang pagar
bambu di atas permukaan tanah dengan ukuran 1 x 1 x 1.5 meter di tempat yang
terhindar dari siraman air hujan
•Masukkan kotoran
ternak kedalam kandang bambu setinggi 5 cm
•Taburkan sedikit
dolomit dan STARDEC ke keseluruhan permukaan kotoran ternak secara merata
•Masukkan eceng
gondok yang sudah dikeringkan ke dalam kandang bambu, injak-injak hingga
ketinggian mencapai 30 Cm
•Taburkan kembali
pupuk kandang dan dolomit setebal 5 - 10 Cm beserta STARDEC di atas permukaan
lapisan eceng gondok.
•Maukkan kembali
eceng gondok, injak-injak hingga lapisan eceng gondok ke dua ini mencapai
tinggi 30 Cm
•Ulangi langkah
penaburan lapisan pupuk kandang, dolomit, STARDEC dan lapisan eceng gondok
sampai ketinggian mencapai minimum 1.2 meter
•Biarkan tumpukan
selama 1 minggu
•Suhu bahan kompos
akan naik ke kisaran 60º - 80º Celcius
•Buka pagar bambu
•Pindahkan tumpukan
bahan kompos ke samping dengan menggunakan pacul. Pemindahan/pembalikan ini
berfungsi untuk mencapur material agar tercampur rata
•Biarkan kembali
tumpukan selama 1 minggu
•Pindahkan kembali
tumpukan ketempat semula
•Lakukan
langkah-langkah pembalikan di atas sampai minggu ke empat
•Pada minggu ke
lima EGON Fine Compost telah matang dan siap digunakan untuk pemupukkan
3. Eceng
Gondok Sebagai Briket
Biobriket atau briket biomassa atau disebut pula briket
bioarang adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Menurut Basriyanta biomassa limbah
industri, hutan, perkebunan, pertanian, dan sampah merupakan semua bahan baku
biobriket, sebagai sumber energi alternatif terbesar.
Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka
kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan. Selain itu
penggunaan briket arang dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak
tanah atau gas elpiji. Dengan memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan
pembuatan briket arang maka akan meningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan
sekaligus mengurangi pencemaran udara, karena selama ini limbah ampas batang
aren yang ada hanya dibakar begitu saja. Dengan bahan eceng gondok ini,
diharapkan masyarakat juga dapat mengurangi pemakaian kayu sebagai bahan dasar
briket.
Cara membuat:
1. Eceng
gondok diiris-iris lalu digiling dengan mesin penggiling sederhana. Air perasannya
dipisahkan dan bisa dimanfaatkan untuk pupuk.
2. Setelah
itu, campuran tadi dimasukkan ke dalam silinder pencetak yang berdiameter 15
sentimeter. Setelah dijemur tiga hari, briket eceng gondok pun bisa langsung
digunakan. Dengan ditambah sedikit minyak tanah, briket akan segera membara dan
siap untuk memasak.
Briket bisa juga dibakar sehingga
menjadi bio arang. Dengan kandungan karbon yang lebih tinggi dan kadar air yang
terkurangi, mutu bio arang ini lebih baik dibanding briketnya. Selain ramah
lingkungan, briket dan bio arang ini lebih harum dan sedikit asapnya.
4.
Eceng Gondok Sebagai Obat Herbal
Selain sebagai bahan
kerajinan, pupuk, dan biobriket, Eceng Gondok juga dapat bermanfaat untuk
kesehatan. Anatra lain: mengobati penyakit lambung seperti maag, memperbaiki
kinerja hati, obat asma atau sesak nafas, meneymbuhkan sakit gigi dan
gejalanya, menurunkan panas atau demam, mengatasi sakit perut, dan lain-lain.
Cara membuat:
Semua manfaat di atas dengan cara merebus akar atau rimpang dari Eceng
Gondok kemudia diminum dengan sedikit tambahan garam. Namun untuk sakit perut,
dibutuhkan bagian daun untuk proses pembuatanya.
5.
Eceng Gondok Sebagai Pakan Ternak
Sebagaimana tanaman lainnya, eceng gondok dapat
dijadikan pakan ternak. Karena tingginya kandungan serat kasar, eceng gondok
harus diolah terlebih dahulu. Salah satu teknik pengolahannya adalah melalui
teknologi fermentasi.
Cara membuat:
1.
Pada proses ini, eceng gondok diolah menjadi tepung
2.
Difermentasikan secara padat
3.
Dengan
menggunakan campuran mineral dan mikroba Trichoderma harzianumproses fermentasi dilakukan selama 4 hari dengan suhu ruangan.
6.
Bahan Baku Pulp dan Kertas
Di saat sedang menurunnya pasokan kayu tropis dan
meningkatnya kerusakan hutan, eceng gondok dapat dijadikan sebagai penyedia
bahan baku pulp yang bernilai ekonomis. Menurut Patt (1992), proses
pulping kimia masih dianggap menguntungkan secara ekonomis apabila nilai
rendemen tersaring di atas 40% dan bilangan Kappa dibawah 25.Kertas
dari eceng gondok menurut standar tergolong dalam kelas kualitas II.
Dengan demikian, eceng gondok memiliki prospek sebagai bahan baku kertas yang bernilai
ekonomis cukup tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.
Enceng
gondok memiliki banyak manfaat, baik manfaat ekologi dan manfaat ekonomi
2.
Dari sisi ekologi, eceng gondok mampu meningkatkan
kualitas air yang tercemar. Berkat eceng gondok, logam berat dan polutan
lainnya bisa diserap dari ekosistem perairan.
3.
Dari
sisi ekonomi, eceng gondok dapat diolah menjadi berbagai produk, antara lain:
pupuk, briket, kerajinan tangan, obat, pakan ternak, bahan kertas dan pulp, dan
lain sebagainya
4.
Semua
bagian dari eceng gondok dapat dimanfaatkan, baik manfaat secara ekologi maupun
ekonomi
5.
Banyaknya
potensi alam tanaman enceng gondok merupakan kesempatan untuk peluang ekonomi
yang cukup menjanjikan.
3.2. Saran
Sebaiknya pihak-pihak terkait mampu
mensosialisasikan manfaat dan keuntungan
dari Eceng gondok kepada masyarakat, dan diadakan penelitian-penelitian
lebih lanjut terhadap tumbuhan eceng gondok agar dapat dijadikan sebagai
peluang usaha. Sementara lembaga atau pihak terkait mampu dan mau mendanai
penelitian tersebut. Dengan demikian, masyarakat tidak lagi memandang Eceng
gondok sebagai gulma.
DAFTAR
PUSTAKA
Rozak, Galih.
2010. Pemanfaatan Tanaman Eceng Gondok Sebagai Pupuk. Penelitian Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi
Industri Universitas Pembangunan
Nasional “veteran” Jawa Timur. Surabaya.
Warming. 2013. Eceng Gondok: Si Sampah yang Berharga.
Diakses dari http://jujubandungblogspot.com-eceng-gondok-sampah-berharga.html
[21 Maret 2014] [19:15 wib].
Lestari, P. 2010. Bisnis Kerajinan Eceng Gondok.
Diakses dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/07/14/11040175/kerajinan.ta ngan.eceng.gondok.html [21 Maret 2015]
[20:21 wib].
Ria. 2014. Kearajinan Eceng Gondok. Diakses dari http://riablogspot.kerajinan- tangan- ecenggondok.com.html [25 Maret 2015]
[21:08 wib].
Supartono.
2014. Pemanfaatan Eceng Gondok Sebagai
Tumbuhan Yang Memiliki Nilai
Guna dan Bisnis dan AGAR ECENG GONDOK TIDAK
BIKIN GONDOK. Diakses dari http://Pemanfaatan/Eceng Gondok Sebagai Tumbuhan Yang
Memiliki Nilai Guna dan Bisnis.com/read.html [25 Maret 2015] [21:22 wib].
Rasyid,
Tuti, dkk. 2007. Teknik Pembuatan Briket Campuran Eceng Gondok. Tenik Kimia, Fakultas Tenik UNSRI.
Palembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar