Makalah
Ekonomi Sumberdaya Hutan Medan, April 2015
PEMANFAATAN
POHON JATI (Tectona grandis)
Dosen penanggungjawab:
Agus Purwoko,
S.Hut., M.Si
Oleh:
Kelas Hut 4A
Yunita Panjaitan
131201026
PROGRAM STUDI
KEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya
penulis mampu menyelesaikan Makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul
”Pemanfaatan Pohon Jati (Tectona grandis)” ini
merupakan tugas mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Hutan di Program Studi
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada bapak Agus Purwoko, S.Hut.,M.Si selaku dosen pembimbing
pada mata kuliah ini, serta kepada semua
teman teman Hut 4A yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna
sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian sehingga laporan ini lebih baik lagi ke depan. Semoga makalah ini bermanfaat dan memberikan informasi bagi yang para pembaca.
Medan, April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................... .......1
Tujuan................................................................................................... .......1
BAB II PEMBAHASAN
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan........................................................................................... .......4
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keadaan hutan indonesia dua puluh tahun
terakhir cukup memprihatinkan, hal ini terlihat dari tingginya laju kerusakan
hutan (deforestrasi) indonesia. Akibat yang ditimbulkan dari kerusakan hutan
ini, Indonesia menuai banyak bencana berupa banjir dan tanah longsor, selain
itu isu yang saat ini ramai di perbincangkan oleh dunia internasional adalah
perubahan iklim (Climate Change) berupa pemanansan global yang disebabkan
meningkatnya gas CO2 di atmosfer bumi. Dengan semakin tingginya kebutuhan masyarakat
akan jati, maka menyebabkan pembudidayaan tanaman jati ini harus lebih ditingkatkan agar menghasilkan produksi yang seimbangdengan kebutuhan
pasar terhadap kayu jati tersebut. Oleh karena itu, penelitian-penelitian
tentang pembudidayaan jati harus terus dilakukan untuk menemukan metode yang
tepat dengan hasil yang baik serta biaya yang relatif murah.
Tanaman jati
merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi,karena
tanaman jati dapat dibuat sebagai bahan bangunan dan meubel yang memiliki kualitasdan
kelas pasar yang cukup tinggi. Tanaman jati tergolong tanaman yang dapat
tumbuhdengan baik di hutan tropis, dan tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik di hutanhujan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari judul ini adalah
untuk mengetahui dan menambah wawasan terhadap potensi tanaman jati di
indonesia.
1.3
Rumusan Masalah
1. Penghasil tanaman jati yang
terbaik di Indonesia
2. Nilai ekonomi yang terdapat
pada kayu jati
BAB II
PEMBAHASAN
Jati adalah
sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat
tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang
luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah
maupun dataran tinggi.[1] Tempat yang paling baik untuk
pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan
air. Jati memiliki daun berbentuk
elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa.
Jati memiliki pertumbuhan yang
lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang
membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk
menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya diproduksi secara konvensionaldengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan
jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar
biji yang keras. Beberapa
alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji
dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan
asam, basa, atau bakteri. Akan
tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam
waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus,
tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat
mencapai 18–20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu
jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau
beralur dalam; dan jati pring (Jw., bambu) nampak seolah
berbuku-buku seperti bambu. Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh
meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter
1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter,
dengan diameter 0,9-1,5 meter. Bunga majemuk terletak dalam malai besar,
40 cm × 40 cm atau lebih besar, berisi ratusan kuntum bunga tersusun
dalam anak payung menggarpu dan terletak di ujung ranting; jauh di puncak tajuk
pohon. Taju mahkota 6-7 buah, keputih-putihan, 8 mm. Berumah satu.
Buah
berbentuk bulat agak gepeng, 0,5 – 2,5 cm, berambut kasar dengan inti
tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh
perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon kecil. Nilai Rf pada daun jati sendiri
sebesar 0,58-0,63.
Klasifikasi :
|
||||||||||||||
|
Kegunaan Pohon
Jati Selain kuat, pohon jati memiliki banyak manfaat dari akar hingga daun.
Berikut ini beberapa manfaat pohon jati: Akar berguna sebagai pewarna. Sekitar
abad ke-17, warga Sulawesi Selatan menggunakan akar jati untuk mewarnai
anyaman. Warna yang dihasilkan adalah kuning dan kuning agak kecoklatan. Pohon
jati berguna untuk membuat berbagai konstruksi berat dan furniture. Selain itu,
hasil seduhan kayu jati yang pahit dapat dijadikan sebagai penawar rasa sakit. Ranting
pohon jati berguna sebagai bahan bakar kualitas satu yang menghasilkan panas
sangat tinggi sehingga dulu digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap. Daun
muda yang diseduh maupun ditumbuk berguna sebagai penawar rasa sakit. Daun jati dimanfaatkan secara
tradisional di Jawa sebagai pembungkus, termasuk pembungkus makanan. Nasi yang dibungkus dengan daun jati terasa
lebih nikmat. Contohnya adalah nasi jamblang yang terkenal dari daerah Jamblang, Cirebon. Daun
jati juga banyak digunakan di Yogyakarta,
Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai pembungkus tempe. Berbagai jenis serangga hama jati juga sering dimanfaatkan sebagai
bahan makanan orang desa. Dua di antaranya adalah belalang jati (Jw. walang kayu), yang besar berwarna kecoklatan, dan ulat-jati (Endoclita). Ulat jati bahkan kerap dianggap makanan
istimewa karena lezatnya. Ulat ini dikumpulkan menjelang musim hujan, di pagi
hari ketika ulat-ulat itu bergelantungan turun dari pohon untuk mencari tempat
untuk membentuk kepompong (Jw. ungkrung).
Kepompong ulat jati pun turut dikumpulkan dan dimakan.
Penghasil
tanaman jati terbaik terdapat pada daerah jawa tengah, tepat nya pada kabupaten
Blora. Kabupaten Blora terdapat di provinsi Jawa Tengah
yang berbatasan langsung dengan kabupaten Bojonegoro provinsi Jawa Timur,
secara geografis terdiri atas dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian
20-280 meter dpl. Bagian utara merupakan kawasan perbukitan kapur utara, dari
bagian selatan juga berupa perbukitan kapur yang merupakan bagian dari
Pegunungan kendeng. Luas wilayah administrasi kabupaten Blora yang
didominasi oleh pegunungan kapur ini adalah 1820,59 km². Hampir 50%
wilayah ini merupakan kawasan hutan yang meliputi hutan negara dan hutan
rakyat. Blora adalah salah satu daerah utama penghasil kayu jati berkualitas
terbaik di Indonesia. Daerah Cepu Blora sejak lama dikenal sebagai daerah
tambang minyak bumi, yang dieksploitasi sejak era Hindia Belanda. Blora
mendapat sorotan internasional ketika di kawasan Blok Cepu ditemukan cadangan
minyak bumi sebanyak 250 juta barel.
Kayu
jati dari hutan Blora sangat terkenal kualitasnya dan telah lama menjadi
pemasok utama kebutuhan kayu jati di sentra kerajinan kayu jati seperti
furniture jati dan souvenir kayu jati. Ada 2 jenis kayu jati, jati hutan
yang dikelola perhutani untuk memenuhi kebutuhan ekspor dengan kualitas jati yang
paling tinggi, dan jati rakyat orang Blora menyebutnya dengan “jati kampung”
untuk memenuhi kebutuhan lokal dan nasional. Pengrajin kayu jati
Blora juga memanfaatkan kayu akar jati dari limbah produksi perhutani
untuk kerajinan ukiran dan penambah bahan furniture jati dan souvenir kayu
jati. Pengelolaan kayu jati secara nasional telah diatur secara ketat melalui
undang-undang, sehingga hanya pihak yang memiliki ijin dan sertifikasi khusus
yang dapat memasarkan kayu jati.
Dalam industri furniture atau souvenir kayu jati yang
menggunakan bahan baku utama kayu jati dikenal dengan istilah jati Jawa Barat
dan jati Jawa Timur/Tengah. Di Jawa Barat, hutan jati terkonsentrasi di sekitar
Ciamis. Menurut sumber dan pengalaman yang ada, kayu jati Jawa barat cenderung
lebih murah harganya dibandingkan dengan jati yang berasal dari Blora Jawa
Tengah dan sekitarnya. Perbedaan tersebut bisa mencapai nilai yang cukup tinggi
bahkan signifikan. Kayu jati dari Jawa Barat memiliki pori-pori kayunya lebih
besar, pada beberapa bagian kayu terdapat warna coklat kemerahan, namun jika dijemur
langsung di bawah sinar matahari, warna tersebut akan hilang dan berubah coklat
keemasan. Perbedaan Kualitas dari beberapa buyer furniture Jati yang
berpengalaman bisa membedakan kedua tipe kayu tersebut dan bahkan secara
spesifik melakukan negosiasi harga berdasarkan tipe kayu tersebut.
Jati adalah Pohon yang memiliki nilai komersial yang tinggi ini dibawa dari India dan
dibudidayakan pada zaman penjajahan Belanda ternyata cocok tumbuh di Indonesia.
Banyak masyarakat yang memanfaatkan kayu jati untuk pengrajin benda, kursi,
meja, lemari dan lain-lain. Begitu juga dengan warga Jepara yang sudah terbiasa
untuk mencari penghasilan sebagai pengrajin jati. Kayu jati banyak digunakan
untuk bantalan rel kereta api, tiang jembatan, mebel, balok dan gelagar rumah,
serta kusen, pintu, dan jendela.
Produk jati mempunyai nilai jual yang tinggi akibat
maraknya permintaan ekspor kayu olahan yang berbahan baku kayu jati. Pengembangan
potensi yang ada di masyarakat dalam hal teknologi manajemen dan permodalan
sehingga mampu menghasilkan produk yang luar biasa hasilnya bagi peningkatan
taraf hidup. Kebutuhan perbaikan kualitas lingkungan hidup, antara lain
produksi oksigen dan konservasi hutan, tanah dan air.
KESIMPULAN
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon jati
berguna untuk membuat berbagai konstruksi berat dan furniture. Selain itu,
hasil seduhan kayu jati yang pahit dapat dijadikan sebagai penawar rasa sakit.
Ranting pohon jati berguna sebagai bahan bakar kualitas satu yang menghasilkan
panas sangat tinggi sehingga dulu digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap.
Daun muda yang diseduh maupun ditumbuk berguna sebagai penawar rasa sakit. Daun jati dimanfaatkan secara
tradisional di Jawa sebagai pembungkus, termasuk pembungkus makanan. Nasi yang dibungkus dengan daun jati terasa lebih nikmat.
Contohnya adalah nasi jamblang yang terkenal dari daerah Jamblang, Cirebon Penghasil tanaman jati terbaik terdapat pada daerah jawa tengah,
tepat nya pada kabupaten Blora. Pada daun jati terdapat
hama yang dijadikan Usaha
pemanfaatan nilai tambah tanaman karna ulat daun yang mengandung protein hewani
yang tinggi ini merupakan usaha untuk mengurangi masalah kekurangan gizi.
DAFTAR PUSTAKA
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
BalasHapusmenyediakan ASAM HUMAT (AH-90) untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro