STATUS DAN POTENSI
KAYU MANIS ORGANIK NASIONAL DAN INTERNASIONAL
Dosen
Pembimbing:
Oleh
:
Rahmad Siregar
131201039
Hut 4A
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Ekonomi Sumberdaya Hutan
ini. Makalah yang berjudul “Status dan Potensi Pasar Kayu Manis (Cinnamomum verum, sin. C. zeylanicum) Organik Nasional dan Internasional”
ini dibuat untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Hutan
bagi mahasiswa/i Program Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Agus Purwoko, S.hut., M.Si
selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Hutan ini. Penulis
juga menyadari bahwa dalam penulisan dan pembuatan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan makalah ini.
Medan,
Maret 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kayu manis
(Cinnamomum verum, sin. C. zeylanicum) ialah sejenis pohon
penghasil rempah-rempah.
Termasuk ke dalam jenis rempah-rempah yang amat beraroma, manis, dan pedas.
Orang biasa menggunakan rempah-rempah dalam makanan yang dibakar manis, anggur panas.Kayu
manis adalah salah satu bumbu
makanan tertua yang digunakan manusia. Bumbu
ini digunakan di Mesir Kuno sekitar 5000
tahun yang lalu, dan disebutkan beberapa kali di
dalam kitab-kitab Perjanjian Lama.Kayu
manis juga secara tradisional dijadikan sebagai suplemen
untuk berbagai penyakit, dengan dicampur madu,
misalnya untuk pengobatan penyakit radang
sendi, kulit, jantung, dan perut
kembung.
Pohon kayu manis merupakan
tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan daratan Cina, (Smith, 1986)
Indonesia termasuk didalamnya. Tumbuhan ini termasuk famili Lauraceaeyang
memiliki nilai ekonomi dan merupakan tanamantahunan yang memerlukan waktu lama
untuk diambil hasilnya. Hasilutama kayu manis adalah kulit batang dan dahan,
sedang hasil ikutannya adalah ranting dan daun. Komoditas ini selain digunakan
sebagai rempah, hasil olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak
dimanfaatkan dalam industri-industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman,
rokok, dsb. Dan dari 54 spesies kayu manis (Cinnamomumsp.) yang dikenal di
dunia, 12 diantaranya terdapat di Indonesia.
Dari kesemuanya, tiga jenis kayu
manis yang menonjol di pasar dunia adalah Cinnamomum burmannii (di Indonesia)
yang produknya dikenal dengan nama cassiavera, Cinnamomum zeylanicum (di Sri
Lanka dan Seycelles) dan Cinnamomum cassia (di Cina) yang produknya dikenal
dengan Cassia Cina. Jenis-jenis tersebut merupakan beberapa tanaman rempah yang
terkenal di pasar dunia. Sekitar tahun 1928 ketiga jenis kayu manis yang
disebutkan terdahulu pernah coba dikembangkan di Indonesia, namun yang
memperoleh tempat dan berkembang dengan pesat adalah C. burmanni, bahkan
sisa-sisa pohon C. zeylanicumdan C. cassiahingga saat ini masih ada (Deinum,
1949). Disamping itu masih ada jenis-jenis C loureiridan C. Tamalayang
dibudidayakan berturut-turut di Vietnam dan India. Dan sesuai dengan variasi
kekayaan alamnya, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan kayu manis,
terutama C.zeylanicumyang bernilai ekonomi tinggi. Selama C. burmannii
BL., yang merupakan usaha perkebunan rakyat,
terutama diusahakan di Sumatera Barat, Jambi dan Sumatera Utara. Jenis C.
burmanii BL ini, dalam dunia perdagangan lebih dikenal dengan nama cassiavera
dan merupakan ekspor tradisional yang masih dikuasai Indonesia sebagai negara
pengekspor utama di dunia. Di Indonesia sendiri perkembangan C. burmanniilebih
pesat ketimbang C. zeylanicumdan C. cassia, ini didasarkan atas persyaratan
lingkungan pertumbuhan. Namun sebenarnya ketiga kayu manis tersebut mempunyai
peluang yang sama di daerah-daerah yang sesuai, baik agronomi maupun ekologi.
Panen kulit kayu manis biasanya
dilakukan pada musim hujan, ini dimaksudkan agar mudah mengulitinya. Sebelum
dikuliti, batang dikerok dengan pisau untuk membersihkan dari lumut dan kerak
serta gabus. Kulit dipanen mulai dari batang bagian bawah dengan panjang
sekitar 1 (satu) meter kemudian pohon ditbang pada ketinggian 20-30 cm dari
permukaan tanah. Pengambilan kulit kayu dimulai dari bagian atas batang dan
cabang-cabang yang besar. Tunggul dibiarkan bertunas yang kelak ditinggalkan
satu atau dua batang saja sehingga menjadi batang baru. Kulit yang telah
dipanen kemudian dikeringkan, baik dibawah sinar matahari atau dibawah naungan
sementara.
Bila sudah kering, kulit akan
menggulung menyerupai pipa (disebut quill), quilldari cassiavera ini berwarna
coklat kemerahan. Nilai utama kayu manis terdapat pada bagian kulit dari
batang, cabang serta ranting yangmengandung minyak atsiri, terutama
sinamaldehid (6-75%) dan eugenol (4-18%) (Suherdi, 1999).Dalam
perdagangan internasional produk pohon kayu manis dikenal dengan nama cinnamon
dan cassia. Masing-masing dalam bentuk kulit kayu, minyak atsiri dan oleoresin.
Minyak atsiri diperoleh dengan cara penyulingan kulit kayu dan daun, sedang
oleoresin hasil ekstraksi kulit kayu dengan menggunakan pelarut organik
tertentu. Nilai minyak atsiri kayu manis ditentukan oleh tinggi rendahnya kadar
sinamaldehid, makin tinggi kadarnya makin tinggi pula harganya. Minyak kulit
cinnamon mengandung sinamaldehid 51-76%, sedangkan minyak cassia berkadar
85-95%. Minyak atsiri dari daun, batang dan ranting C. cassiakaya akan
sinamaldehid, yaitu 70-75%, disamping itu masih mengandung fenol dan sekitar
4-8% segenol. Minyak atsiri yang diperoleh dari daun C. zeylanicum kaya akan
eugeno yaitu 65-95% yang merupakan bahan penting dalam industri essence. Dan
untuk menghasilkan semua itu, pohon harus ditebang, tidak bisa hanya dikuliti
saja. Satu pohon yang telah berusia delapan tahun lebih itu ditebang hanya untuk
mendapatkan kulitnya.
Begitu seterusnya, setiap
beberapa hari sekali peladang menebang pohon yang telah ditanam rata-rata 10
tahun hanya untuk sekalipakai. Walaupun peladang harus menunggu rata-rata 10
tahundan harus mengorbankan pohon kayu manis sekali pakai saja, para peladang
mengakutidak seberapa mendapat penghasilan dari rempah-rempah itu. Dari satu
pohonrata-rata didapat 20 kilogram kulit kayu manis kering. Jika rata-rata
produksi pohon kayu manis 20 kg, maka dengan harga
kayu manis kering sekarang yang hanya Rp. 4.500,-
per kg (ini sudah harga jenis super) maka pendapatan peladang dari satu pohon
selama 10 tahun hanya Rp.90.000,-3Hitungan itu merupakan hitungan rata-rata
dengan asumsi kayu manis kering biasa dalam satu pohon hanya 20 persen dari kayu
manis super. Kayu manis biasa merupakan kulit kayu manis bagian cabang,
sedangkan kayu manis super merupakan kulit kayu manis dari bagian batang.
Indonesia hingga kini baru sebagai produsen dan eksportir utama kulit kayu
cassia (cassiavera jenis C. burmannii), dandiekspor ke 44 negara, dengan tujuan
utama AmerikaSerikat dan sejumlah negara di kawasan Eropa serta negara-negara
di Asia. Sedangkan Sri Lanka, selain sebagai eksportir kulit kayu sekaligus
juga produsen dan eksportir utama minyak atsiri dan oleoresin dari jenis C.
zeylanicum; demikian juga Cina merupakan produsen dan eksportir utama kulit
kayu dan minyak cassia (C. cassia).
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana
membudidayakan kayu manis (Cinnamomum
verum, sin. C. zeylanicum) yang ditanam
dapat tumbuh dengan baik dan mendapatkan kulit yang berkualitas?
- Apa yang dilakukan untuk
mendapatkan kulit manis yang berkualitas agar mendapatkatkan harga yang
bagus?
C. Tujuan
- Untuk
mengetahui dan mempelajari nilai ekonomi dan nilai sosial kayu manis bagi
masyarakat.
- Untuk
mengetahui teknologi dan pemahaman tradisional masyarakat tentang cara
mengambil kulit kayu manis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi
Kayu manis (Cinnamomum verum,
sin. C. zeylanicum) merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan daratan
Cina. Secara taksonomis klasifikasi kayu manis adalah:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh)
Super Divisi:
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi:
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas:
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub
Kelas: Magnoliidae
Ordo:
Laurales
Famili:
Lauraceae
Genus:
Cinnamomum
Spesies:
Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees)
|
|
|
B.
Deskripsi Tumbuhan
Tinggi tanaman kayu manis berkisar antara 5 –
15 m, kulit pohon berwarna abu-abu tua berbau khas, kayunya berwarna merah
coklat muda. Daun tunggal, kaku seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai
daun 0,5 – 1,5 cm, dengan 3 buah tulang daun yang tumbuh melengkung. Bentuk
daun elips memanjang, panjang 4 – 14 cm, lebar 1,5 – 6 cm, ujung runcing, tepi
rata, permukaan atas licin warnanya hijau, permukaan bawah bertepung warnyanya
keabu-abuan. Daun muda berwarna merah pucat. Bunganya berkelamin dua atau bunga
sempurna dengan warna kuning. Ukurannya kecil. Kelopak bunga berjumlah 6 helai
dalam dua rangkaian. Bunga ini tidak bertajuk bunga. Benang sarinya besrjumlah
12 helai yang terangkai dalam empat kelompok, kotak sarinya beruang empat.
Persariann berlangsung dengan bantuan serangga. Buahnya buah buni berbiji satu
dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang. Warna buah muda hijau tua dan buah
tua ungu tua. Panjang buah sekitar 1,3 – 1,6 cm, dan diameter 0,35 – 0,75 cm.
Panjang biji 0,84 – 1,32 cm dan diameter 0,59 – ,68 cm.
C. Syarat Tumbuh
Ketinggian tempat penanaman kayu manis dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta kualitas kulit seperti ketebalan dan
aroma. Kayu manis dapat tumbuh pada ketinggian hingga 2.000 m dpl. Cinnamomum
burmannii akan berproduksi baik bila ditanam di daerah dengan ketinggian
500 – 1.500 m dpl. Kayu manis menghendaki hujan yang merata sepanjang tahun
dengan jumlah cukup, sekitar 2.000 – 2.500 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu
tinggi akan mengakibatkan hasil panen rendemennya terlalu rendah. Daerah
penanaman sebaiknya bersuhu rata-rata 25°C dengan batas maksimum 27°C dan
minimum 18°C. Kelembaban yang diinginkan 70 – 90 %, semakin tinggi
kelembabannya maka semakin baik pertumbuhannya. Sinar matahari yang dibutuhkan
tanaman 40 – 70%. Kayu manis akan tumbuh baik pada tanah lempung berpasir,
banyak humus, remah, kaya bahan organik dan berdrainase baik. pH tanah yang
sesuai 5,0 – 6,5.
D. Kandungan Kimia
Kayu manis mengandung minyak atsiri, eugenol, safrole,
cinnamaldehyde, tannin, kaqlsium oksalat, damar, zat penyamak.
E.
Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian
Kayu manis memiliki efek farmakologis sebagai berikut peluruh
kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), antirematik, meningkatkan
nafsu makan (stomakik), menghilangkan sakit (analgetik). Sifat kimiawinya
pedas, sedikit manis, hangat dan wangi.
F. Khasiat dan Cara Pemakaian
1. Batuk
Bahan :Kulit kayu manis 2 jari, daun sirih 3 lembar, cengkeh 3
buah, gula batu secukupnya.
Pemakaian :Semua bahan digodok dengan 3 gelas air sampai
tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum (Wijayakusuma, dkk,
1994).
2. Tekanan darah tinggi
Bahan :Kulit kayu manis 1 jari, asam trengguli 2 jari, cekur 1
½ jari, daun sena ¼ genggam, daun saga manis ¼ genggam, daun kaki kuda ¼
genggam, gula enau 3 jari.
Pemakaian :Semua bahan dicuci kemudian dipotong-potong
seperlunya, digodok dengan 3 gelas air sampai tersisa 2 ¼ gelas. Setelah dingin
disaring, lalu diminum 3 kali sehari ¾ gelas (Wijayakusuma, dkk, 1994).
3. Asam urat
Bahan :Kayu manis 1 jari, biji pala 5 g, kapulaga 5 butir,
cengkeh 5 butir, ubi jalar merah 200 g, merica 10 butir, jahe merah 15 g, susu
cair 200 cc.
Pemakaian :Semua bahan kecuali susu direbus dengan 1.500 cc
air sampai tersisa 500 cc. Kemudian disaring dan ditambahkan susu untuk
diminum.
4. Diare
Bahan :Kayu manis 5 g, daun jambu biji 5 lembar.
Pemakaian :Kayu manis dan daun jambu biji direbus dengan 600
cc air dan biarkan hingga tersisa 300 cc. Air yang telah disaring ditambah gula
secukupnya, kemudian diminum dua kali sehari 150 cc.
BAB III
KONDISI PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL
PRODUK KAYU MANIS ORGANIK
III. 1. Kondisi Pasar Nasional Kayu Manis Organik
Sebenarnya pengembangan dan perdagangan rempah
organik, khususnya kayu manis di Indonesia, sudah dilakukan sejak tahun 1994.
Kegiatan tersebut telah dilakukan di beberapa desa di sekitar kawasan Taman
Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Jambi. Perdagangan rempah organik ini dilakukan
oleh ForesTrade (FT) Incorporation, sebuah pemasar Amerika Serikat bekerja sama
dengan Warsi, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan di Jambi.
Selain aktif memasarkan rempah-rempah yang diproduksi secara alami, kedua
lembaga ini juga mendukung perkembangan sosial ekonomi para petani. Saat ini FT
telah mendampingi 1.124 petani, yang berada di desa sekitar TNKS. Petani yang
menjadi anggota adalah yang memenuhi kriteria-kriteria untuk menjadi anggota
dan membuat kesepakatan kerjasama dengan lembaga perwalian lokal (Pengurus
Kerja Pertanian Organik Desa) untuk mengolah ladangsecara ekologis dan telah
melalui proses sertifikasi oleh lembaga sertifikasi internasional NASAA
Australia. Kayu manis organik ini dijadikan alternatif solusi persoalan yang
dihadapi oleh petani dalam meningkatan harga jual (ekonomi), melestarikan
kearifan sosial budaya dan memperpanjang masa kesuburan tanah milik petani
serta melibatkan petani dalam pengelolaan sumberdaya alam yang arif dan
bijaksana. Potensi produksi kayu manis organik di wilayah Sumatera Barat (Rantau
Kermas, Renah Alai dan Pulau Tengah) adalah sekitar 1,5 ton/bulan. Sedangkan
pihak-pihak yang terlibat dalam programrempah organik di wilayah tersebut
adalah masyarakat petani kayu manis (Cassiavera), pedagang pengumpul desa,
lembaga perwalian lokal/desa, PT Pergamino (Eksportir) Forest Trade Inc. dan
Yayasan WARSI sebagai Teknikal Asistensi dan Fasilitator kegiatanditingkat
lapangan mulai dari petani sampai ke pengiriman produk dan Lembaga
SertifikasiInternasional Pertanian Organik NASAA Australia.
Pelaku produksi untuk produk ini
adalah petani sebagaiprodusen kayu manis, tengkulak atau pengumpul sebagai
broker atau perantara yang akan mendistribusikan produk kayu manis dari petani
kepada akses pasar yang lebih luas, misalnya pasar kabupaten, pasar propinsi
bahkan pasar antar propinsi sebelum sampaipada konsumen. Alur
pelaku produksi kayu manis organik di Sumatera Sedangkan rantai pemasaran kayu
manis organik untukwilayah Jambi/Sumatera adalah: Untuk pasar ekspor: 1) petani
sebagai produsen, 2) pedagang pengumpul sebagai pedagang perantara ekspor dan
langsung proses 1/2 jadi. Untuk pasar dalam negeri: 1) petani; 2) pedagang
pengumpul lokal; 3) ekspedisi; 4) perusahaan ekspor 5) lembaga lokal yang
berfungsi sebagai ICS (Internal Control Sistem). Di pasar kayu manis nasional,
tidak ada perbedaan harga yang mencolok antara produk kayu manis organik dan
non organik. Walaupun ada, selisih harga maksimal Rp.500.,- itupun dihargai
sebagai bentuk insentif yang diberikan kepada petani dalam bentuk pembangunan
baik fisik atau sumber daya manusia (seperti beasiswa). Dan sebagian besar
produk kayu manis organik asal Jambi ini ditujukan untuk pasar ekspor karena
kebutuhan dalam negeri yang terbanyak hanyauntuk bumbu. Pabrik-pabrik yang
membutuhkan kayu manis tidak perduli dengan kayu manis organik atau bukan.
Negara tujuan ekspor produk
organik ini khususnya adalah Eropa terdiri dari Belanda, Amerika, Australia,
Swiss, dan Jepang. Pesaing Indonesia di kancah perdagangan kayu manis organik
internasional adalah China, Vietnam, Thailand. Awal 2006 kayu manis organik
asal Indonesia di luarnegeri dihargai US$1,8/kg (Rp.16.200,-/kg). Dan umumnya
dipakai untuk keperluan industri seperti obat-obatan, kuliner seperti makanan,
minuman, es, sarapan pagi (yogi teh). Untuk mempopulerkan kayu manis organik
baik di dalam maupun di luar negeri, ada beberapa strategi yang biasa dipakai
para pemasar produk kayu manis organik, diantaranya adalah: mengikuti
pameran-pameran di negara-negara tujuan kayu manis, menggunakan fasilitas
website, Representative Selling Staff (wakil staf penjualan), maupun Petani
Kayu Manis Tengkulak/pengumpul/ perantara Pasar kabupaten Konsumen Pasar
propinsi Pasar antar propinsi promosi dengan membawa kearifan
masyarakat melalui fungsi sosial budaya masyarakat dalam penanamam kayu manis
dan lokasinya di sekitar kawasan konservasi. Sedangkan kendala yang dihadapi
diantaranya: 1). Tidak ada transparansi harga antara FT dan petani (untuk
ekspor); 2). Kuota produksi yang tidak jelas dan tidak terdokumen (untuk
petani); 3). Untuk dalam negeri, tidak ada dukungan dan rencana, monitoring dan
evaluasi daripemerintah ataupun lembaga sertifikasi nasional yang ada sekarang;
4). Mahalnya biaya sertifikasi sehingga sulit bagi petani dan kelompok untuk
mendapatkan investor atau modal yang dapat mengembangkan produk organik. Hampir
sama dengan apa yang dialami oleh para petani Sumatera Barat, petani kayu manis
Kalimantan Selatan pun tidak mempunyai akses pasar langsung. Ada 2 pola
pemasaran yang umum dilakukan oleh petani kayu manis di Malaris, Kalimantan
Selatan : Pola 1: Para tengkulak yang mendatangi petani. Dengan pola ini petani
tinggal menunggu tengkulak datang. Pola 2: Dijual ke pengumpul.
Dengan pola ini petani harus
mendatangi pengumpul untuk meyerahkan produk kayu manisnya. Dengan pola-pola
seperti tersebut diatas, posisi petani sangat tergantung dari para tengkulak
dan permintaan pasar, baik untuk penentuan harga maupun kapasitas produksi yang
bisa dipasarkan. Akses pasar petani produsen juga terbatas pada pasar desa yang
dikuasai pengumpul dan tengkulak. Untuk alur distribusi kayu manis, petani
tidak punya akses langsung ke konsumen.Rantai Pemasaran Kayu
Manis Organik di Kalimantan Selatan.Untuk pasar ekspor, petani juga tidak
mempunyai akses langsung ke eksportir. Petani akan berhubungan dengan pedagang
pengumpul, dan merekalah yang langsung berhubungan dengan para eksportir.
Sebenarnya selama ini kayu manis organik asal Kalimantan tidak kalah
kualitasnya. Namun, ada beberapa kendala sehingga komoditas unggulan ini belum mampu
memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar. Salah satunya adalah informasi
dan akses pasar yang belum terbuka.
Padahal, kayu manis asal
Kalimantan ini sangat berpotensi untuk menembus pasar organik. Yayasan
Cakrawala Hijau/YCHI (sebuah LSM lokal) bersama masyarakat setempat berupaya
membuka kesempatan pasar tersebut. Tentu saja, sebelum sampai ke pasar ada
persyaratan yang harus dipenuhi, yakni produk pertanian atau perkebunan yang
dilempar ke pasar organik tidak ada campuran bahan kimia,benar-benar alami atau
dari bahan organik. Tak ditampik jika selama inipenanganan produk ini masih
terkesan kurang maksimal. Ada sederet kekurangan yang masih dirasa mengganjal
kayu manis asal Kalimantan ini tak dilirik di pasaran, baik pasaran umum maupun
pasaran organik. Di antaranya dari cara pengolahan, kapasitas sumberdaya
manusia. PetaniTengkulak Pengumpul Besar BANJARMASIN Ibukota Propinsi KANDANGAN
Ibukota Kabupaten SAMARINDA (Kal–Tim) Pasar Desa PABRIK JAMU (kualitas B
sortir) Konsumen Jadi tidak heran, jika kayu manis asal
Kalimantan, khususnya Loksado harganya sangat rendah. Fluktuasi harga yang
tidak menentu karena sistem yang alamiah di arena perdagangan sederhana, dimana
masih kuat dominasi tengkulak, menyebabkan kayu manis ini kontribusinya minim
sekali bagi petaninya. Padahal, potensi kayu manis Kalimantan seperti hasil
survai partisipatif antara Pondok Informasi Komunitas ‘Mangkuraksa’ Malaris
bersama YCHI sungguh sangat membuka kesempatan yang sangat mungkin untuk
dikembangkan. Dan dari sisi kualitas organik sangat memungkinkan kawasan ini
menjadi ‘surga’ kayu manis. Untuk wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan
Kotabaru, Kalimantan Selatan volume produksi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kalimantan Selatan, 1-5 ton/bln dan Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, 1-3
ton/bln. Dan harga ditingkat petani pada awal 2006 Rp.3.500/kg sedangkan harga
di Banjarmasin Rp.4.000,-/kg.Data komprehensif volume produksi kayu manis
organik dalam negeri tidak ada. Tabel berikut adalah kompilasi penulis dari
data yang didapat dari Yayasan Warsi (Jambi) dan LPMA Banjarmasin. Kulit kayu
manis adalah jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai bahan pemberi
aroma dan citarasa dalam makanan dan minuman, dan bahan aditif pada pembuatan
parfum serta obat-obatan. Kulit kayu manis mengandung minyak atsiri dan
oleoresin. Namun hingga kini Indonesia hanya mengekspor kayu manis dalam bentuk
kulit kayu.
III. 2. Kondisi Pasar Internasional Produk Rempah Organik
Rempah-rempah tumbuh di lokasi yang sangat
spesifik, mereka membutuhkan tanah dan iklim khusus. Rempah paling banyak
tumbuh di Indonesia, India, Cina, Brazil, Tanzania, Madagaskar, Sri Lanka, dan
Guatemala. Pasar dunia untuk rempah dan bumbu masakan impor masih terbuka luas,
berkisar 2,3 juta dolar AS. Setidaknya Madagaskar, Komoro dan Tanzania
mendapatkan sebagian penghasilan luar negerinya dari rempah-rempah. Sejak 1995,
Negara-negara tersebut merupakan pemasok lebih dari separuh impor vanili dunia
dan seperlima kebutuhan tembakau dunia. Impor utama lainnya adalah paprika,kayu
manis, jahe, dll. Dari tahun 1995-1999, impor rempah organik dunia berkisar
500.000 ton dengan perkembangan sekitar 8,5% pertahun. Rata-rata pertumbuhan
ini adalah indikator atas meningkatnya konsumsi rempah-rempah dunia.
Negara-negara seperti Tanzania, Madagaskar, Sri Lanka dan Guatemala memiliki
potensi
untuk memperbesar ekspor rempah mereka baik ke
pasar negara-negara berkembang maupun negara-negara maju.
Ini adalah pasar besar yang
tumbuh dengan cepat dan Tanzania, Madagaskar, Sri Lanka dan Guatemala memiliki
sumber daya alam untuk bersaing. Negara-negara ini dapat mengambil keuntungan
dari perkembangan pasar yang cepat ini, dan dapat mengambil bagian pasar dari
para kompetitor dari negara-negara sedang berkembang denganmenambah jenis rempah
yangdipasok oleh negara-negara berkembang tersebut, dan meningkatkan nilai
tambah dengan pemrosesan awal. Namun meskipun impor dunia terus meningkat,
Tanzania, Madagaskar, Sri Lanka, dan Guatemala belum berperan baik dalam
mengekspor rempah di tahun-tahun terakhir ini. Selama 1995 hingga 1999, total
ekspor dari negara-negara ini jumlahnya menurun hingga 8,5% sedangkan nilainya
menurun hingga 4%. Ada dua penyebab utama: 1) menurunnya harga vanili dunia
karena kelebihan suplai dari Indonesia dan 2) kondisi iklim yang buruk di
beberapa negara produsen di Afrika pada tahun 1998 dan 1999. Dalam perdagangan
rempah dunia, strategi yang ditempuh oleh para eksportir antara lain:
•Diversifikasi pasar ekspor;
•Diversifikasi kisaran produk: seperti ketumbar,
cumin, salam, oregano, kemangi;
•Meningkatkan posisi dan kinerja pasar: syarat
kunci adalah meningkatkan konsistensi dalam hal kualitas dan ketepatan antar;
•Mengambil kesempatan dalam relung pasar yang
tersedia: Meskipun secara komparatif saat ini masih kecil (kurang dari 1% dari
kebutuhan total rempah), segmen rempah organik sebagai bahan masakan
tradisional menawarkan prospek yang cukup menggembirakan karena digunakan untuk
setiap masakan tradisionil;
•Pemrosesaan dan pengepakan: Ada kecenderungan
untuk memproses dan mengepak rempah di negara-negara berkembang. Rempahcampuran
juga semakin diminati.
Dengan kondisi pasar seperti saat
ini, negara pengekspor rempah harus lebih berkonsentrasi pada penyediaan produk
untuk prosesor dan pengepak besar dengan rempah yang berkualitas baik. Negara
produsen berusaha untuk menyediakan rempah berkualitas baik dalam jumlah besar
untuk industri yang lebih suka mengimpor langsung dari sumbernya dan
menggunakan lebih dari satu pemasok. Untuk jangka panjang, tujuannya harus
menarik investor melalui prosesor dengan pengetahuan pasar dan kemampuan
distribusi di negara-negara konsumen. Di tahun 2000, India mengekspor rempah
organik senilai US$290.000. Pada 2003, meningkat hingga empat kali lipat
senilai US$ 1,13 juta. Peningkatan ini karena dukungan dari Dewan Rempah India
yang mendorong pertanian rempah organik untuk ekspor. Pasar utama rempah
organik adalah Perancis, Jerman, Belanda, dan Inggris. Sedangkan harga kayu
manis organik di pasaran dunia adalah L15,80/kg (Rp.16.360,-/kg).
Karena kebanyakan produk
rempah-rempah ditanam dan dipanen di ruang terbuka, maka banyak kemungkinan
produk-produk tersebut mengandung benda asing seperti ranting, daun, serangga,
kerikil dan kotoran sebelum produk-produk tersebut disalurkan ke prosesor dan pabrik.
Frontier Natural Products Co-op, distributor besar produk herbal dan rempah
organik Amerika Serikat, pernah menolak pengiriman contoh rempah karena tidak
sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan perusahaan
tersebut. Beberapa benda asing seperti, ranting, daun, kerikil dapat
dibersihkan dengan alat pembersih sewaktu rempah tersebut diproses, sedangkan
bahan lain dapat dimusnahkan melalui sterilisasi. Benda asing yang tidak dapat
dibuang melalui kedua cara tersebut dapat mengakibatkan produk ditolak.
Sterilisasi diperlukan untuk memusnahkan pertumbuhan dan kemampuan reproduksi
mikro organisme yang dapat mengakibatkan pembusukan. Meskipun irradiasi
diperbolehkan oleh Badan Pengawas Makanan dan Minuman Amerika Serikat (FDA),
namun produk yang telah disertifikasi organik tidak boleh di iradiasi.
Penggunaan karbon dioksida dan panas selama sterilisasi adalah metode yang
biasa dipakaiuntuk memproses rempah organik. Namun, pemanasan dalam sterilisasi
tidak sesuai untuk semua jenis rempah, karena dapat merusak aroma dan rasa. CO2
hanya akan membunuh kutu dan telur-telurnya, bukan membersihkan rempah. FDA
memperbolehkan irradiasi untk rempah dengan mempertimbangkan bahwa: 1) dampak
iradiasi dapat dicairkan oleh makanan yang kita makan, 2) kelembaban rempah
membuatnya lebih aman untuk di iradiasi, 3) dosis tinggi iradiasi (3.000.000
rad) dibutuhkan untuk membunuh serangga dan bakteri. Tetapi beberapa perusahaan
rempah besar tidak mau mengganti resiko kimia yang ditimbulkan karena iradiasi
tersebut. Mereka lebih menyukai metode sterilisasi menggunakaan panas yang
lebih aman tanpa tambahan bahan kimia, menghasilkan produk yang tidak
membahayakan, tidak menghilangkan aroma dan rasa. McCormick, perusahaan yang
mendominasi 40% pasar rempah dunia tidak melakukan iradiasi pada
produk-produknya. McCormick selalu mencari berbagai metode untuk mendapatkan
metode sterilisasi yang aman, efisien, dan sesuai. (pernyataan yang dikeluarkan
September 1996)
BAB IV
KONDISI PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL
PRODUK KAYU MANIS KONVENSIONAL
IV.1. Kondisi Pasar Nasional Produk Kayu Manis Konvensional
Cassivera Indonesia, khususnya
Sumatera diekspor ke44 negara, dengan tujuan utama Amerika Serikat dan sejumlah
negara di kawasan Eropa serta negara-negara di Asia. Komoditi cassiavera saat
ini semakin tidak bernilaikarena harga yang ditawarkan pedagang pengumpul dalam
tiga tahun terakhir hampirsama dengan besarnya biaya panen. Anjloknya harga
kulit manis dipasaran hingga Rp.3.500,-/kg tersebut terjadi karena perubahan
ekonomi secara global sehingga ongkos produksi panen hingga ke tempat pemasaran
mencapai jumlah yang sama sehingga kondisi kulit manis yang diharapkan mampu
mendongkrak ekonomi masyarakat masih belum membuahkan hasil. Disamping itu
panen kulit manis cenderung dilakukanberdasarkan kebutuhan ekonomi walaupun
sudah ada yang berorientasi pada harga danditingkat petani pengolahan
cassiavera masih dilakukan secara manual. Belum faktor lainnya seperti panen
pada musim hujan, hal itu didorong oleh pendapatan petani yang cenderung
menurun sedangkan untuk menutupi kebutuhan itulah petani memanen dan memasarkan
harga.
Selain Sumatera, masyarakat adat
Dayak Meratus juga adalah produsen utama kayu manis di Kalimantan Selatan.
Kawasan ini adalah penghasil kayu manis nomor dua setelah Sumatera. Potensi
rempah-rempah di kawasan ini sangat besar, dan secara ekonomis bisa bersaing
dengan produk kayu manis dari daerah mana pun. Jika orang yang tiap harinya
hanya melihat kayu manis seukuran jari kelingking orang dewasa pasti akan
terheran-heran melihat potongan kayu manis made in Dayak Meratus yang begitu
panjang (sekitar 40 cm),merah menyala, dan aromanya yang begitu menggoda. Dalam
setiap kilogram kayu manis kering super biasanya terdapat 35 gulungan sampai 45
gulungan kayu manis yang harganya hanya Rp 4.500,- Semakin bulat gulungannya
dan semakin lurus bentuknya akan semakin meningkatkan kualitas kayu manis.
Karena itu, kayu manis yang bulat gulungannya dan lurus bentuknya hanya
diperoleh dari kulit kayu manis bagian batang. Sampai di Pulau Jawa, setiap
gulungan itu bisa dipotong sampai enam bagian dengan harga per potong Rp. 200,-
sampai Rp. 500,- yang dijual eceran untuk bumbu masak. Dan walaupun komoditas
rempah-rempah andalan Kalimantan Selatan tersebut terus terpuruk, namun hingga
kini para peladang tetap memproduksi kayu manis dan kemiri. Mereka sama sekali
tidak mengenal manajemen pasca panen menghadapi anjloknya harga, semisal dengan
menahan barang. Para peladang di pedalaman Dayak Meratus mengaku sepenuhnya tidak
tahu mengapa harga komoditas rempah-rempah mereka terus anjlok. Namun, mereka
bisa meraba-raba bahwa anjloknya rempah-rempah karena "ada yang
memainkannya." lebih murah
ketimbang jenis AA. Tingkat ketiga yaitu KC,disebut juga pecahan kulit manis.
Jenis ini dihasilkan dari kayu manis tipe KB. Di pasaran, jenis ini diperjual
belikan di tingkat penjualan yang terendah dibandingkan dua jenis yang
disebutkan sebelumnya. Meskipun harga kulit kayu manis biasanya sudah ada
standarnya, namun dalam praktiknya ketentuan tersebut selalu berubah. Faktor
yang menentukan adalah “tingkat kekeringan.” Semakin kering kulit kayu manis
tersebut, semakin tinggi harganya. Tingkat kekeringan ini ditentukan oleh
tengkulak. Melalui kendali harganya, mereka mendominasi arena penentuan harga
dan laba.
Namun pada kenyataannya sejumlah
besar tengkulak harus bersaing dengan sesamanya guna mendapatkan kayu manis
dari para petani.Dan bagaimanapun juga, tetap tengkulaklah yang mendomonasi
struktur perdagangan kayu manis. Pada umumnya petani merasa tidak puas dengan
harga yang diberikan tengkulak karena tingkat kekeringan (yang merupakan faktor
utama harga kayu manis) ditentukan oleh para tengkulak tersebut. Pada akhirnya
petani kayu manistidak pernah memenangkan transaksi tersebut, karena harga
sepenuhnya tergantung pada tengkulak. Petani yang berhasil adalah yang dapat
menjual habis dagangannya, berapapun harganya. Uang tunai adalah tujuan utama
transaksi ini. Uang yang mereka dapatkan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari ditambah membawa sedikit uanguntuk dibawa ke rumah. Ada dua alur
utama pemasaran kayu manis:Yang pertama, para petani kayu manis menjual hasil
panennya ke para tengkulak baik di pasar atau langsung kepada para tengkulak
desa. Jika dijual kepada tengkulak desa, maka para tengkulak desa-lah yang
kemudian menjualnya ketengkulak yang berada d pasar. Setelah terkumpul di
tengkulak pasar, para tengkulak inilah yang meneruskannya ke pedagang besar
untuk kepentingan ekspor. Sementara jika para petani langsung menjual hasil
panennya langsung di pasar lelang, maka ada kemungkinan produk kayu manis
tersebut dibeli oleh pedagang besar yang kemudian langsung diekspor atau hasil
lelang tersebut di jual ke berbagai pasar dalam negeri. Pemasaran
kulit kayu manis asal Indonesia sering mendapat hambatan di luar negeri karena
pencemaran oleh sisa-sisa serangga, sarang serangga dan cendawan, disamping
juga mutunya yang tidak stabil.
Hal ini antara laindisebabkan
oleh proses pengolahan/pengeringan, kulit kayu manis menjadi menggulung dan
dalam penyimpanan memungkinkan terdapatnya serangga atau kotoran dalam gulungan
tersebut. Disamping itu bila terdapat cendawan dibagian dalamnya akan sukar diketahui
dan dibersihkan. Untuk menghindari keadaan ini biasanya kulit tersebut diolah
kembali oleh eksportir, antara lain dengan cara perendaman, pencucian dan
pengeringan kembali. Pada prinsipnya persyaratan yang yang harus dipenuhi dari
pengolahan kulit kayu manis asal Indonesia oleh pembeli di luar negeri melalui
ketentuan yang ditetapkan oleh ASTA/FDA ditekankan pada faktor kebersihan
seperti adanya serangga hidup/mati, benda asing dan persentase jamur. Kondisi yang
demikian ini dapat diatasi bila cara pengolahannya tepat serta dapat diamati
secara langsung tingkat kebersihannya, dengan hasil olahan kulit keringnya yang
berbentuk “rata.”Dengan bentuk tersebut bahan relatif mudah dibersihkan dan
diharapkan menjadi tidak terlalu voluminous.Kayu manis Indonesia dihasilkan
dari kawasan pegunungan di Padang, Sumatera Barat. Dan karena berasal dari
kawasan yang lebih tinggi, kayu manis Korintji yang berasal dari Sumatera Barat
ini memiliki karakteristik yang lebih baik seperti lebih cerah warnanya dan
cita rasanya lebih terasa ketimbang Vera. Kandunganminyak kayu manis terbanyak
berada pada lapisan tipis di batang pohon terbawah.
IV.2. Kondisi Pasar Internasional Produk Kayu Manis Konvensional
Ada beberapa jenis kayu manis
yang dikenal dunia, namun sebagian besar yang digunakan di Amerika Serikat
adalah yang berasal dari jenis cassia. Diantara para pakar kayu manis, istilah
ini digunakan untuk membedakan jenis kayu manis dari Asia dan Sri Lanka. Cassia
berasal dari China, Indo-China dan Indonesia. Negara-negara tersebut Petani
Tengkulak Di pasar TengkulakDi desa Lelang Pedagang besar Bermacam pasar Ekspor
menghasilkan apa yang orang Amerika sebut sebagai kayu manis –
bubuk kecoklatan dengan aroma dan rasa yang khas. Sangat berbeda dengan kayu
manis dari Sri Lanka, kayu manis dari negeri ini warnanya coklat dengan aroma
yang lebih ringan ketimbang cassia. Dan hampir semua kayu manis Sri Lanka yang
diekspor ke AS di ekspor kembali ke Meksiko untuk dijadikan manisan/gula-gula.
Cassia adalah jenis kayu manis
yang paling banyak digunakan di Amerika Serikat. Ada tiga negara penghasil
utama cassia, dan Indonesia mensuplai dua jenis yaitu “Korintje” dan “Vera.”
Yang lainnya adalah “Saigon” yang berasal dari Vietnam. Pasar cassia dunia
berkisar antara 20.000-25.000 ton pertahunnya, Indonesia menyumbangkan dua
pertiganya dan Cina sisanya. Produsen kecil lainnya adalah Vietnam dan India.
Sekitar 2.000 hingga 3.000 ton kulit kayu manis diekspor dari Vietnam tiap
tahunnya. Amerika Serikat, Jepang adalah pasar utama. Sampai saat ini Indonesia
hanya mengekspor produk kayu manis dalam bentuk kulit. Dalam bentuk kulit
kering ini, kulit kayu manis (C.burmanniiBL.) merupakan komoditas ekspor yang
penting bagi daerah tertentu seperti Sumatera Barat. Pada tahun 1987, dari
29.917 ton ekspor kayu manis dunia, 60%-nya berasaldari Indonesia. Negara
pengimpor utama kayu manis Indonesia adalah Amerika, Kanada dan Jerman.
Kayu manis dan cassia
penggunaannya seringkali dipertukarkan. Kegunaan utama produk ini adalah untuk
roti, bumbu daging, ikan, sayur dan buah yang diawetkan, teh, dan beberapa
obat-obatan. Amerika Serikat adalah pengimpor cassia dan kayu manis terbesar.
Negara ini mengimpor cassia dan kayu manis sebanyak 10.291 ton (bernilai US$ 22
juta) dan 13.898 ton (bernilai sekitar US$ 26 juta) selama tahun 1990 dan 1991.
Dilihat dari volume ekspor, pangsa pasar Indonesia tetap menempati posisi yang
kuat yaitu masing-masing sebesar 90% dalam tahun 1996, 91% dalam tahun 1997,
93% dalam tahun 1998, 92% dalam tahun 1999 dan 89% dalam tahun 2000. Penurunan
nilai eksor Indonesia ini disebabkan karena terutama oleh turunnya harga yaitu
dari US$2,01 per kg dalam tahun 1996 menjadiUS$1,10 per kg dalam tahun 2000.
Sedangkan total impor Masyarakat Ekonomi Eropa untuk produk kayu manis ini
meningkat dari 5.452 ton dengan nilai 10,6 juta Euro pada tahun 1990 hingga
6.388 ton dengan nilai 11,2 juta Euro pada tahun 1991. Importir utama
Masyarakat Ekonomi Eropa untuk produk ini adalah Indonesia (36%), Malagasi
(21%), Sri Lanka (11%), Cina (6%), Seychelles (1%) dan negara lainnya (15%).
Impor Jepang akan produk ini juga meningkat dari 1.967 ton dengan nilai 780
juta Yen pada tahun 1990 hingga 2.034 ton pada tahun 1991 dengan
nilai 644 juta Yen. Cina adalah pemasok utama ke Jepang. Vietnam juga
mengekspor 248 ton ke Jepang pada tahun 1991. Tren permintaan dan pasokan dunia
Selain dalam bentuk batangan atau bubuk, kecenderungan permintaan pasar dunia
akan kayu manis akan mengarah pada bentuk minyak kayu manis. Permintaan dunia
akan minyak kayu manis berada di kisaran 120-150 ton/5 tahun (1987-1992), dan
kebanyakan dipasok dari Sri Lanka.Amerika Serikat dan Eropa Barat adalah pasar
utama minyak kayu manis. Beberapa tahun belakangan, impor ke Perancis dan
Inggris anjlok, karena kedua negara ini mendapat pasokan dari India. Hongkong
juga merupakan importir yang cukup signifikan walau hampir seluruh minyak kayu
manisnya di ekspor kembali. Minyak kayu manis adalah minyak esensial yang
bernilai tinggi namun volume perdagangannya masih sangat rendah. Dalam sepuluh
tahun terakhir sejak 1983, ekspor dari Sri Lanka, satu-satunya pemasok minyak
tersebut, tidak pernah lebih dari 2,8 ton. Pasar utamanya adalah Masyarakat
Eropa, dan Perancis adalah importir terbesar disusul Amerika Serikat.
Sri Lanka adalah satu-satunya
pemasok minyak kayu manis denganpengecualianpada tahun 1990 saat mengalami
kekurangan pasokan. Konsumsi dalam negerinya kecil sehingga tingkat produksi
tidak lebih tinggi dari ekspor. Madagaskar dan Seychelles terkadang adalah
pemasok minyak kayu manis namun dalam jumlah yang relatif sedikit. India juga
memproduksiminyak kayu manis dalam jumlah yang sangat sedikit untuk kebutuhan
dalam negeri.Hampir semua minyak kayu manis di perdagangan intenasional berasal
dari Cina karena ada kebutuhan untuk konsumsi dalam negerinya sehingga total
produksi pertahunnya berkisar 500 ton.
Sejumlah kecil minyak kayu manis
juga di poduksi di Indonesia, Vietnam, India dan Nepal. Standar di Amerika
Serikat menyebutkan bahwa kandungan aldehid berkisar antara 55-78%. Sedangkan
standar internasional untuk minyakkayu manis, yang unsur pokoknya eugenol,
adalah harus sama dengan kandungan total phenol dari minyak kayu manis. Minyak
kayu manis dari Seychelles lebih disukai karena kandungan eugenol yang cukup
tinggi (90%). Pada praktiknya, Sri Lanka patut diperhitungkan dalam kancah
perdagangan internasional dengan kandungan phenol 75-80%. Kandungan lain yang
berperan dalam aroma adalah cinnamaldehyde. Untuk minyak kayu manis,
cinnamaldehyde adalah kandungan utama, kandungan minimumnya adalah 80%. Minyak
kayu manis yang diperoleh dari batang kayu lebih mahal ketimbang dari daunnya
dan kemungkinan memiliki harga termahal diantara minyak esensial lainnya.
Selama 1992, minyak ini diperdagangkan dengan nilai sekitar 385 US$/kg. Dan di
tahun 1993 dan awal 1994, para pedagang di London hanya memberikan harga ketika
diminta. Harga minyak kayu manis berada di tingkat yang cukup memuaskan di
beberapa tahun terakhir. Pada periode awal 1991 hingga 1993 mencapai 33-35
US$/kg. Kemudian turun secara drastis dan di awal 1994 berada di kisaran 29
US$/kg. Harga tersebut lebih rendah ketimbang di awal dan pertengahan 1980-an
ketika cadangan kulit kayu manis di Cina.
V. KESIMPULAN
III. 1. Status
dan Potensi Pasar Kayu Manis Organik Nasional
Produksi Kayu Manis Organik di
Indonesia perbulan adalah 5,5 ton,sebagian besar dihasilkan di kawasan Sumatera
Barat dan Kalimantan. Di pasar kayu manis nasional, tidak ada perbedaan harga
yang mencolok antara produk kayu manis organik dan non organik. Walaupun ada,
selisih harga maksimal Rp.500.,- itupun dihargai sebagai bentuk insentif yang
diberikan kepada petani. Harga ditingkat petani pada awal 2006 adalah
Rp.3.500-4.000,-/kg sedangkan di luar negeri, kayu manis organik asal Indonesia
dihargai sebesar US$1,8/kg (Rp.16.200,-/kg).Sebagian besar produk kayu manis
organik asal Indonesia ditujukan untuk pasar ekspor karena kebutuhan dalam
negeri yang terbanyak hanyauntuk bumbu masakan. Pabrik-pabrik yang membutuhkan
kayu manis tidak perduli dengan kayu manis organik atau bukan. Pelaku produksi
untuk produk ini adalah petani sebagai produsen kayu manis, tengkulak atau
pengumpul sebagai broker atau perantara yang akan mendistribusikan produk kayu
manis dari petani kepada akses pasar yang lebih luas, misalnya pasar kabupaten,
pasar propinsi bahkan pasar antar propinsi sebelum sampaipada konsumen. Untuk
alur distribusi kayu manis, petani tidak punya akses langsung ke konsumen.
III. 2. Status dan Potensi Pasar Kayu Manis Organik
Internasional Negara tujuan
ekspor produk kayu manis organik adalah Eropa terdiri dari Belanda, Amerika,
Australia, Swiss, dan Jepang. Sedangkan pesaing Indonesia di kancah perdagangan
kayu manis organik internasional adalahChina, Vietnam, Thailand. Data khusus
untuk pasar kayu manis organik dunia sulit didapatkan. Pasar utama rempah
organik adalah Perancis, Jerman, Belanda, dan Inggris. Sedangkan harga kayu
manis organik di pasaran dunia adalah 15,80 Poundsterling/kg
(Rp.16.360,-/kg).Pasar dunia untuk rempah dan bumbu masakan impor masih terbuka
luas, berkisar 2,3 juta dolar AS. Setidaknya Madagaskar, Komoro dan Tanzania
mendapatkan sebagian penghasilan luar negerinya dari rempah-rempah. Dari tahun
1995-1999, impor rempah organik dunia berkisar 500.000 ton dengan perkembangan
sekitar 8,5% pertahun. Rata-rata pertumbuhan ini adalah indikator atas
meningkatnya konsumsi rempah-rempah dunia.
IV. 3. Status dan Potensi Pasar Kayu Manis Konvensional
Nasional Cassivera Indonesia,
khususnya Sumatera diekspor ke 44 negara, dengan tujuan utama Amerika Serikat
dan sejumlah negara di kawasan Eropa serta negara-negara di Asia. Sebagian
besar ekspor kayu manis Indonesia berasal dari kerinci, dalam pedagangan
internasional, kayu manis dari kawasan ini dikenal dengan cassiavera/cinnamon
Korintji. Kulit kayu manis ini dipergunakan untuk komoditi dasar
seperti obat-obatan, parfum, makanan dan minuman.Informasi yang dihimpun
menyebutkan, harga cassiavera asal pedagang pengumpul pada eksportir berada
pada kisaran Rp 4.500/kg. Memang ada fluktuasi harga dalam tiga tahun terakhir,
tetapi berkisar pada harga Rp. 4.500,-/kg,. Produksi komoditas kayu manis (cassiavera)
di Provinsi Sumbar tahun ini (2006) diperkirakan 20.000 ton atau turun 60%
dibandingkantahun lalu yang tercatat berjumlah 32.000 ton.
Akibatnya permintaan pasar
terhadap komoditas tersebut akan sulit dipenuhi. Padahal minat petani untuk
membudidayakan cassiavera secara besar-besaran belum pulih akibat rendahnya
harga komoditi itu di tingkat petani. Sebaliknya, permintaan cassiavera
berpotensi naik hingga menjadi 30.000 ton, sehingga eksportir memperkirakan
akan terjadi kekurangan pasokan komoditas itu hingga mencapai 5.000 ton.
Seretnya pasokan cassiavera itu akibat berkurangnya produksi komoditas itu
mengingat mayoritas petani telah mengganti tanaman cassiavera dengan komoditas
ekspor lainnya. Tingginya permintaan ekspor kayu manis tersebut menyebabkan
jumlah eksportir yang mengirim kayu manis ke pasar internasional juga semakin
bertambah. Sementara itu, harga jual kayu manis di pasar Internasional juga
terus meningkat, dan ini tentu akan berpengaruh ada harga di tingkat petani.Di
tahun 2006 produsen cassiavera mulai bernapas lega menyusul melambungnya harga
komoditas ini di tingkat petani hingga mencapai 50%, padahal selama hampir 10
tahun, harga komoditas ekspor unggulan tersebut ter-puruk pada level terendah.
Kenaikan harga yang terjadi sejak awal tahun ini termasuk yang tertinggi sejak
harga komoditas tersebut terpuruk pada level terendah Rp.3.000/kg. Komoditas
cassiavera saat ini (2006) di pedagang pengumpul dihargai Rp. 4.500,-/kg.
Kenaikan harga cassiavera yang sangat signifikan tersebut dipicu oleh seretnya
pasokan cassiavera dari petani.
IV. 4. Status dan Potensi Pasar Kayu Manis Konvensional
Internasional Cassia adalah jenis
kayu manis yang paling banyak digunakan di Amerika Serikat. Ada tiga negara
penghasil utama cassia, dan Indonesia mensuplai dua jenis yaitu “Korintje” dan
“Vera.” Yang lainnya adalah “Saigon” yang berasal dari Vietnam. Pasar cassia
dunia berkisar antara 20.000-25.000 ton pertahunnya, dan Indonesia
menyumbangkan dua pertiganya dan Cina sisanya. Produsen kecil lainnya adalah
Vietnam dan India. Sekitar 2.000 hingga 3.000 ton kulit kayu manis diekspor
dari Vietnam tiap tahunnya. Amerika Serikat, Jepang adalah pasar utama. Sampai
saat ini Indonesia hanya mengekspor produk kayu manis dalam bentuk kulit. Dalam
bentuk kulit kering ini, kulit kayu manis (C. burmanniiBL.) merupakan komoditas
ekspor yang penting bagi daerah tertentu seperti Sumatera Barat. Pada tahun
1987, dari 29.917 ton ekspor kayu manis dunia, 60%-nya berasaldari Indonesia.
Negara pengimpor utama kayu manis Indonesia adalah Amerika, Kanada dan Jerman.
DAFTAR PUSTAKA
RY, S.R., TULADHAR, B.S., SHEAK, A., BEEK, T.A.V.,
POSTHUMUS, M.A.and LELYVELD, G.P. (1992)Investigation of Nepalese essential
oils. I. Theoil of Cinnamomum glaucescens (sugandha kokila). Journal of
Essential Oil Research, 4(2), 151-159.
Bisnis Indonesia, 22 Juni 2006
BRADU, B.L. and SOBTI, S.N. (1988)Cinnamomum tamala
in NW Himalayas. Evaluation of various chemical types forperfumery value.
Indian Perfumer, 32(4), 334-340.
DEINUM, HK. 1949. KANNEL dalam C.J.J. Van Hall en
C. van de Koppel.De LandboADHIKAuw in de Indische Archipel dell IIB. 746:762.
Detik News, Kayu Manis Loksado Bidik Pasar
Organik,19/01/2006 11:05 WIB
DUNG, N.X., KHIEN, P.V., CHIEN, H.T. and LECLERCQ,
P.A. (1993) The essential oil of Cinnamomum camphora (L.) Sieb. var.
linaloolifera from Viet Nam. Journal of Essential Oil Research, 5(4), 451-453.
Effendi Nursyirwan, (1999), Working Paper No.313
The Social and Marketing Network among Traders: A Case of Minangkabau Market,
West Sumatera.
Wijayakusuma, H. 1994. Tanaman
Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid 1. Pustaka Kartini. Jakarta. 122 hlm.
Wijayakusuma, H., S. Dalimartha, dan A.S. Wirian. 1994.
Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid 3. Pustaka Kartini. Jakarta. 143
hlm.
http://toiusd.multiply.com/journal/item/268
http://commons.wikimedia.org
RUSLI, S dan ABDULLAH ACHMAD, 1988.Prospek
pengembangan kayu manis di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. VIII (3), hal
75:79.
SUHERDI, (1999)Kajian produksi kulit kayu manis
dari berbagai tinggi tempat di Sumatera Barat. Prosiding seminar penelitian
tanaman rempah dan obat Sub Balitto Solok.
http://www.organicindonesia.org/files/konsumen_1.pdf